Gua rela, tiap hari dikasih hukuman karena telat masuk sekolah. Asalkan gua dihukumnya bareng sama lo.
- The Fake Class Leader
*****
SINAR matahari menelusup masuk melalui celah-celah fentilasi kamar seorang gadis yang kini masih meringkuk di atas tempat tidurnya. Suara jam alarm yang sedari tadi berdering di nakas dekat tempatnya tidur nampaknya malah ikut menjadi musik yang menghantarkannya kembali ke dalam alam mimpinya. Harusnya dia segera bangun, karena hari ini adalah hari senin. Hari yang begitu berat untuk dijalani setelah terlalu dalam menikmati hari-hari libur walaupun cuma dua hari. Namun, nampaknya Kanaya tidak peduli akan hal itu. Yang menjadi fokusnya saat ini adalah untuk kembali kepada mimpi indahnya yang sempat terpotong.
"Enggak.. gue.. gue mau ko dicium sama lo... pliss jangan pergi dulu.."ceracau Kanaya sambil mengulurkan tangannya ke atas, dia lega ketika tangannya akhirnya berhasil menangkap pergelangan tangan cowok yang tadinya hendak berlalu pergi.
"Jangan pergi dulu .." gumamnya lagi.
Laki-laki itu membalikkan tubuhnya lalu menatap mata Kanaya, Kanaya dapat melihat dengan jelas bagaimana bibir laki-laki berperawakan tinggi di depannya itu. Entah mengapa Kanaya merasa bibirnya sangat menggoda untuk dicium. Ah, bodoh sekali pemikiran ini. Sesaat kemudian tangan laki-laki itu terulur ke arah wajah Kanaya. Kanaya memejamkan kedua matanya, dia pikir laki-laki yang ternyata adalah Alvaro itu hendak menciumnya, ternyata yang dia dapatkan selanjutnya adalah sebuah sentilan keras yang menyakitkan mendarat di keningnya.
Kanaya meringis, lalu merutuk, "awh! ko kamu nyentil aku sih?" tanyanya sambil memegangi keningnya yang bahkan terlihat memerah. Bahkan dalam mimpi saja dia dapat merasakan sakit.
Alvaro menertawakannya lalu berkata, "aku nyentil kamu supaya kamu bangun!" katanya menimbulkan sebuah kernyitan di dahi Kanaya.
"Bangun?" gumam Kanaya bingung. Belum hilang rasa bingungnya tiba-tiba dia mendengar suara yang entah dari mana asalnya bergema di sekitarnya.
"BANGUN! BANGUN UDAH SIANG, SEKOLAH! GUA MAU NGAMPUS NIH!"
Kanaya sontak membuka kedua matanya ketika seseorang berteriak di samping telinganya. Begitu tersadar, mata Kanaya membelalak ketika mendapati Bang Rama kini tengah mentertawai dirinya yang baru saja bangun tidur.
"Aku mau dicium kamu sayang, jangan pergi aah tidak jangan pergi dulu.. hahahaha.." Ceracau Rama sambil memeragakan bagaimana pengucapan yang tadi diucapkan oleh adik perempuannya itu dalam tidurnya.
Mata Kanaya membulat penuh, rambutnya yang selalu terlihat berantakan tiap kali bangun tidur semakin memekar seperti singa jantan yang siap memburu mangsanya, pipinya langsung panas ketika sadar kalau kakak laki-lakinya itu ternyata sedang meledek gumaman tidurnya barusan. "BANG RAMA! Apaan sih, Bang ih! Pagi-pagi udah bikin ribut di kamar orang!" omelnya pada Rama.
Bukannya minta maaf, ledekan Rama malah semakin menjadi-jadi, "hahaha.. abisnya lo tadi ngigonya lucu, mimpiin apaan sih sampe minta dicium gitu? Wahhh jangan-jangan... abis mimpi jorok yaa?" tebak Rama sambil memasang senyuman sejahat iblis.
Pipi Kanaya semakin merah mendengarnya. Kepalang kesal, dia pun bangun dari tempat tidurnya, diambilnya bantal guling miliknya dari tempat tidurnya lalu hendak memukul Rama menggunakan guling itu. Menyadari bahaya yang mengancam, Rama segera melesat pergi dari kamar adiknya itu lalu berlari menuju ruang tamu. "BANG RAMA JANGAN LARI LO!" Pekik Kanaya ikut mengejar Rama menuju ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Class Leader
Teen Fiction[TAMAT] Dia itu pengganggu, pengacau, gue gak peduli seberapa pinter dia atau seberapa tenar dia di sekolah ini, bagi gue dia itu penghancur mood. - Kanaya. Gua gak tau kenapa gua selalu pengen ngancurin mood dia, seorang cewek berisik yang gak t...