Myunghyun : Stay With Me (3)

367 102 9
                                    

Kenapa Woohyun harus merasakan sakit separah ini?

Astaga, ia bahkan belum cukup dewasa untuk menanggung semua itu. Woohyun hanyalah seorang remaja 17 tahun seperti pada umumnya yang ingin menikmati hidup yang normal seperti teman-temannya.

Boohyun tak mengerti bagaimana hidup bisa sangat tak adil pada adik kecilnya. Jika bisa, ia ingin sekali memindahkan semua rasa sakit adiknya ke dirinya sendiri.

"Hyunie..." Myungsoo dengan lembut mengelus punggung tangan Woohyun dan mengusapnya di pipi. "Bangunlah... Apa kau tidak lelah menutup matamu terus?"

Bip... bip... bip... bip...

Bunyi dari mesin pendeteksi detak jantung itu terdengar nyaring di ruangan besar yang sepi ini. Suaranya terdengar lambat dan menakutkan, baik bagi Myungsoo maupun Boohyun.

"Ireonabwa, Hyunie, jebal..." suara Myungsoo nyaris seperti bisikan. Cairan bening kembali melewati pipinya. "Kau harus bangun, jadi aku bisa membelikanmu sebanyak apapun strawberry cheese cake yang kau minta. Buthakae, Woohyunie."

Boohyun menyentuh bahu Myungsoo, membuat si brunette itu menoleh ke belakang. "Aku masih harus mengurus administrasi susulan dan sebagainya." Kata Boohyun. "Dan... kerja. Meskipun aku ingin cuti dan menemani adikku, tapi aku tak bisa, karena itu bisa mengurangi gajiku. Aku tak ingin rumah sakit ini menurunkan fasilitas perawatan Woohyun, makanya aku harus terus menghasilkan uang. Jadi.. Myungsoo-ssi, karena kau teman baiknya dan karena aku perlu bantuanmu, maukah kau menemani Woohyunie, sementara aku mengurus administrasi dan pergi kerja setelahnya?"

Myungsoo menghapus kasar air matanya. Ia menatap Boohyun seolah memberikan jawaban setuju. "Kau tak perlu bertanya untuk itu, Boohyun-ssi. Aku janji takkan meninggalkannya."

Boohyun memberikan senyum hangatnya. "Terima kasih, Myungsoo." Ucapnya sebelum beranjak keluar kamar. "Aku mengandalkanmu untuk menjaga adikku. Ponsel Woohyun ada diatas nakas. Ada nomorku di kontaknya. Segera hubungi aku jika terjadi sesuatu. Ah dan satu lagi, kau tak perlu formal. Cukup panggil aku hyung saja, sama seperti Woohyun."

"Arrasimnida, hyung." Myungsoo mengangguk.

"Kalau begitu, aku pergi dulu."

Blam.

Hanya tinggal Myungsoo dan Woohyun di ruangan ini. Myungsoo masih setia menggenggam tangan Woohyun dan mengajaknya bicara meskipun ia sadar jika Woohyun takkan bisa menanggapi atau sekedar mendengarkannya.

"Woohyun-ah, kau ingat saat minggu lalu kau mengajakku keluar?" Myungsoo tersenyum miris. Ia tak tahu mengapa air matanya tak henti menggenangi pelupuk matanya. "Aku sudah sembuh sekarang. Aku juga sudah bisa berjalan lagi seperti sebelumnya. Kita bisa pergi kemanapun kau mau, Hyun."

"Hyung! Hyung!"

"Wae? Jangan berteriak, Hyun. Kau bisa membuat telingaku pecah."

"Haha, biar saja! Kau tahu tidak hyung?"

"Kenapa?"

"Ini hari pertama musim semi! Pasti diluar banyak sekali bunga-bunga dan pohon bermekaran. Ish, aku ingin sekali keluar dan melihat seminya pohon sakura yang berderet di tepi Sungai Han itu, hyung!"

"Kau seperti tak pernah melihat bunga sakura saja. Pohonnya kan sudah banyak dimana-mana."

"Memang tidak pernah, hyung... Musim dingin selalu memperburuk kondisiku. Biasanya aku akan dirawat sampai musim semi berakhir. Jadi, musim semi adalah musim dimana aku tidak bisa keluar ruangan untuk tahu apa saja yang terjadi saat musim penuh tanaman mekar itu tiba."

INFINITE Short Stories CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang