49

1.9K 69 0
                                    

Juna terlihat bingung sedari tadi. Memikirkan ucapan Bella yang menganggapnya pacar didepan orang lain.

Bella yang sedang mengaduk minumannya dengan asalpun melirik Juna. Bella mengangkat alisnya sebelah.

"Jun?"

Juna sedikit tersentak karena teguran Bella. Langsung ia menatap Bella dengan tatapan 'iya, ada apa?'

"Lo bengong aja mikirin apa?" tanya Bella sesekali meminum jus jeruknya. Juna malah menggaruk keningnya, bingung harus berkata apa.

"Enggak kok. Nggak mikirin apa apa." jawab Juna berbohong. Bella menjadi menatap Juna dengan tatapan intimidasi.

"Yakin nggak mikirin apapun? Tapi, kenapa gue lihat mata lo. Terpancar sesuatu yang lo pendam. Dan ada sesuatu yang ganjal dihati lo yang sebenarnya pengen lo ungkapin tapi lo ragu." tebak Bella meminum jusnya lagi.

"I-iya yakin. Kenapa memangnya?" tanya Juna balik.

"Ya gue ngerasa ada sesuatu aja gitu. Kaya ada yang lo mau ungkapin tapi lo mengurungkannya." pikir Bella.

Dari kejauhan, Bella memandang seseorang yang tidak jauh dari tempatnya sedang berjalan lesu seperti tidak bertenaga.

"Itu Bima kan?" tunjuk Bella dengan dahi berkerut. Juna yang penasaranpun ikut menolehkan kepalanya kearah telunjuk Bella.

"Iya itu Bima. BIMA!!" ujar Juna membenarkan lalu memanggilnya.
Bella pun ikut melambaikan tangannya agar Bima tahu bahwa dirinya dan Juna lah yang memanggilnya.

Bima berjalan lesu tanpa semangat menuju Bella dan Juna. Bima menjatuhkan pantatnya di kursi samping Juna. Dengan tertunduk, Bima menghela nafas.

"Lo ada apa, Bim? Nggak biasanya begini?" tanya Bella bertopang dagu memperhatikan Bima.
Sedangkan yang ditanyai malah semakin mendesah.

"Lo kenapa? Ada apa sih?" tanya Juna selanjutnya sambil merangkul pundak sahabatnya itu berkmaksud memberikan dukungan.

"Nana, bro." eluh Bima dengan raut wajah memelas. Bella dan Juna semakin bingung, bahkan alis keduanya tampak jelas berkerut.

"Nana? Kenapa dia?" tanya Bella.

"Lo ngomong yang jelas kek. Bingung gue mencernanya" sambung Bella menatap Bima serius.

Kini Bima menoleh kearah Bella.
"Nana marah sama gue." ucap Bima yang membuat Bella dan Juna melongo melototkan matanya tidak percaya.

"Kalian kenapa? Kok mukanya kayak abis ditagihin uang kas dikelas sih?" heran Bima menggaruk tengkuknya.

"Jadi lo lesu gitu, nggak ada semangat sedikitpun, kayak orang nggak punya semangat hidup, cuman gara gara Nana marah sama lo?!" ulang Bella tidak percaya.

Bima mengangguk.

Juna berdecak, Bella hanya meutar kedua bola matanya kesal.
"Dasar alay lo!" sungut Bella mendoromg sedikit bahu Bima hingga sang empu sedikit tersenggol.

"Memangnya karena apa? Tumben juga Nana marah sama lo. Pasti lo bikin kesalahan kedia, iyakan?" tanya Juna dengan mimik muka yang sedikit penasaran.

"Jadi ceritanya..."

Flashback on...

Nana sedang duduk didepan kelasnya. Karena dirinya sedang menunggu kekasihnya, Bima. Dengan bosan Nana menggoyang-nggoyangkan kakinya.

"Bima mana si?"

Saat matanya sibuk mencari, tidak sengaja tertuju pada seorang siswi sedang ngobrol dengan orang yang dicarinya sedaritadi. Bima.

Nathan dan Vania[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang