Jadi cowok itu yang gentle, bukannya malah main tangan ke cewek! Kalau lo masih aja main tangan ke cewek, kelamin lo pantes buat dicurigai!
.
.
.
RIANA menatap salju yang turun satu-persatu ke arah jendela yang menjadi teman nya untuk menyantap makan siang. Biasanya Cella selalu menemani nya makan, tapi semenjak kejadian itu hubungan mereka jadi renggang. Entah bagaimana caranya supaya hubungan mereka kembali seperti semula, Riana terlalu gengsi untuk memulai pembicaraan, mulutnya terlalu keluh untuk berbicara.
Setelah meneguk ice tea hingga tandas, pandangan Riana terhenti kepada seseorang yang sedang menatapnya sendu. Riana membalas tatapan seseorang yang ada di didepannya. Ada perasaan sedih saat melihat seseorang itu tersenyum sendu.
"Rin, maafin gue."Cella segera menghambur kepelukan Riana untuk menumpahkan air matanya.
Riana menepuk-nepuk punggung sahabatannya itu. "Udah gue maafin." Riana menatap mata Cella sambil menyinggung senyuman, "Gue gapapa, justru seharusnya gue yang minta maaf sama lo karna kemaren gue udah kelewatin. Tapi percaya, gue ngelakuin itu demi lo."
Cella menggeleng, "Bukan lo yang salah, rin. Gue yang terlalu bodoh karna terbutakan oleh rasa cinta gue ke Brian. Gue nyesel, rin. Gue udah ngga tahan,"Cella kembali terisak, kedua tangannya langsung digerakkan untuk menutupi kedua wajahnya.
Riana menangkup kedua pergelangan tangan Cella, "Jadi hubungan lo sama dia gimana?"
"Gue pengen memperjelas hubungan gue sama dia, gue pengen udahan. Jadi—"Ucapan Cella terhenti serambi melirik Riana takut-takut, "—Gue pengen lo temanin gue buat mutusin dia baik-baik. Kan gue sama dia jadian baik-baik, putus juga pasti harus baik-baik."
"Yauda, gue mau. Anata ni totte fukanōna koto?"(Apasih yang nggak buat lo)
Cella menghapus airmatanya kemudian tertawa pelan,"Dasar tukang gombal."
***
Beberapa jam yang lalu, Cella sudah menguhubungi Brian untuk mengajak pria itu bertemu di sebuah restaurant dengan alasan bahwa Cella ingin memperbaiki hubungan mereka. Dan sekarang Riana dan Cella sudah berada didepan pintu masuk La'vue rooftop restaurant.
"Irasshaimase, Nanmei sama desu ka?" (Selamat datang, untuk berapa orang?) Riana tersenyum sebelum menjawab, "Futari."(Dua)
Pelayan itu membalas senyuman Riana, "Kochira e douzo," (Silahkan lewat sini)
Riana dan Cella mengikuti arahan dari pelayan yang ada didepannya, hingga mereka berhenti di sepasang meja yang langsung menghadap pemandangan kota Tokyo. Riana menatap kagum terhadap langit senja berwarna gradasi dihadapannya, kemudian mengabadikannya dengan ponsel gold miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in winter
Literatura FemininaPada musim dingin kala itu, butiran - butiran salju berterbangan menghiasi indahnya kota Tokyo. Pertemuan kita dimulai di awal Desember di musim dingin. Awalnya aku kira pertemuan kita hanyalah pertemuan sesaat yang tidak ada artinya. Tetapi semua...