Menikah itu nasib. Mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi kamu tidak dapat merencanakan cintamu untuk siapa.
.
.
.
HARI INI, tepatnya hari terakhir dari musim dingin, hari yang paling Riana tidak harapkan. Ya, Hari ini adalah hari yang akan mengikatnya dengan sosok pria yang beberapa waktu yang lalu menabraknya. Hari ini pula, statusnya yang berawal dari seorang wanita lajang akan berubah menjadi seorang istri. Disaat semua pengantin perempuan selalu menantikan momen-momen pernikahan, tetapi beda dengan Riana yang sangat tidak mendambakan pernikahan palsu mereka.
Dulu dia berharap bahwa ia akan menikah dengan sosok pria tampan dan mapan, yang akan memperlakukan nya hangat dan membentuk keluarga kecil yang bahagia bersamanya. Tapi pada kenyataannya, semuanya berbanding terbalik dengan impian Riana.
"Anata no doresu wa owatta, josei."(Gaun anda sudah selesai, nona)
Riana tersentak kaget saat suara pelayan menyadarkannya dari lamunan nya. Riana tersenyum sebagai respon dari pujian pelayan.
Riana menatap dirinya yang sedang berdiri didepan cermin setinggi dua meter dengan seorang pelayan yang tadi membantunya mengenakan White Vintage Empire Waist Lace Dress. Riana berulang kali mengerjapkan matanya karna tidak percaya bahwa dirinya yang ada dipantulan cermin.
"Nona sangat cantik mengenakan gaun ini! Pasti calon suami nona sangat bahagia punya calon istri secantik nona."puji pelayan dan Riana tersenyum kikuk.
Andaikan saja Regan adalah orang yang mencintainya, pasti saat ini Riana akan merasa sebagai orang yang paling bahagia didunia ini. Tapi nyatanya, semua itu hanya imajinasi semata memikirkan bahwa Regan akan mencintainya, jelas itu tidak mungkin.
Riana segera menggelengkan kepalanya, menepis semua harapan-harapan yang jelas tidak mungkin terjadi. Ia tidak boleh mengharapkan sesuatu yang jelas-jelas tidak mungkin. Karna jika Riana berharap, ia pasti akan terluka karna terlalu berharap dari ketidak pastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in winter
ChickLitPada musim dingin kala itu, butiran - butiran salju berterbangan menghiasi indahnya kota Tokyo. Pertemuan kita dimulai di awal Desember di musim dingin. Awalnya aku kira pertemuan kita hanyalah pertemuan sesaat yang tidak ada artinya. Tetapi semua...