Chapter 3

2.5K 167 19
                                    

Clara

Gue memasukki sekolah yang lumayan besar, tapi sekarang gue bukan Clara yang berani, tapi Clara yang pengecut. Eits, kenapa gue jadi pengecut? Kalau gue udah tebar pesona duluan, gue yakin kakak kelas bakal ngelabrak gue dan berkata,”Anak kelas 1, terus baru, sok-sokan!”

Yah kakak kelas memang begitu, takut kalah saingan. Jadi sekarang gue berjalan dikoridor dengan menundukkan kepala, dan tidak melirik kearah siapapun.

‘Bruk’, ya gue menabrak seorang cowok,”Maaf kak, gak sengaja,” ujar gue dan langsung kabur.

Kalau gue melihat kearahnya, gue ditandai dan dimaki-maki.

Daripada mikirin itu, gue sekarang sedang mencari majelis guru untuk menemui ibu Teri. Pertama kali yang gue pikirkan ketika mendengar nama ibu Teri adalah apa ibu ini keturunan ikan teri? Atau orang tuanya fans sama ikan teri? Mungkin, jika gue menanyakan itu, gue bakal digampar.

Tiba di majelis guru, gue menanyakan siapa ibu yang bernama Teri. Ada seorang guru yang melambaikan tangan kearah gue, mungkin itu ibunya.

Gue menuju kepada ibu yang melambai-lambaikan tangannya,”Ibu Teri?” tanya gue dan dia mengangguk.

“Kamu Clara kan? Clara Floarea?”

“Iya bu”

“Ayo ikut ibu, biar ibu antarkan kamu kekelasnya, takut nanti kamu kesasar,” ujar ibu Teri sambil berdiri.

Gue mengikuti ibu Teri yang saat ini sedang berjalan didepan gue,”Kamu disamping ibu aja, gak enak banget kalau disamping gak ada orang”

“Baik bu,” sahut gue sambil berjalan disampingnya.

Ibu Teri menanyakan berbagai hal, kenapa gue pindah kesini, kenapa harus kesini, dan kenapa pindah kesini? Semuanya serba kesini.

Tiba dikelas, ibu Teri memperkenalkan gue dengan murid dikelas ini, mereka menyambut dengan baik. Ibu Teri mempersilahkan gue untuk duduk disamping seorang cewek, pakai kacamata, dan gayanya nerd banget.

Gue duduk disampingnya dan melirik kearahnya,”Gue Clara Floarea”

“Gue Mona Josslyn Purnama,” ujarnya serius memperhatikan bu Teri yang memulai pelajaran.

Dia orang yang serius.

Jujur, gue orangnya gak bisa diam, waktu smp gue selalu berjalan-jalan ketika ada guru, dan saat ini? Gue yakin gak bisa.

“Disini ada klub apa aja?” tanyaku.

Mona melirik kearahku,”Lo bisa tanya ketika istirahat,” ujarnya dingin dan datar lebih datar dari ekspresi wajahnya.

Gue memilih diam dan mengikuti pelajaran.

***

Bel istirahat bunyi, ketika gue memasukkan buku pelajaran, ada beberapa siswi yang mengelilingiku. Mereka bertanya seperti yang bu Teri tanya, sungguh, ini benar-benar membuatku risih.

“Berisik,” ujar Mona yang asik membaca buku.

Mereka merasa tersindir dan bubar mengelilingiku,”Thanks,” ujar gue sambil tersenyum.

“Kalau lo gak suka, langsung bilang aja. Mereka itu cuman sok baik”

“Ah iya, eh gue mau nanya tentang klub dong disini. Disini ada klub apa aja?”

“Banyak, tapi gue milih klub siaran”

“DISINI ADA RADIO GITU? BENER?! GUE MAU MASUK DONG!” kata gue senang.

“Ya ampun, tenang dong. Suer lo itu excited banget! Oke-oke mau gue antar?” tawar Mona dan gue mengangguk.

Mona mengantarkan gue ke klub tersebut, dia bilang jam istirahat mereka ngumpul. Gue yakin anggotanya banyak, jarang-jarang ada kayak gini.

Single? WolesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang