Part 27

1.2K 54 1
                                    

"Oke, aku mulai cerita nih?"

"Hm," gumam Nora sembari menyesap minuman di hadapannya.

Kedua remaja itu kini tengah berada di kantin rumah sakit yang ditempati oleh Thea. Keadaan Thea sudah mulai membaik, tetapi kembaran Nora itu sepertinya mengalami trauma dan masih merasa shock.

"Mulai ceritain dari mana?" tanya Raka, cowok itu menatap Nora yang sedang memainkan jarinya pada sedotan.

"Awal. Waktu masalah lo dimulai."

"Hmm," Raka berhenti sejenak. Ia mengusap dagunya sambil mengingat-ingat peristiwa apa saja yang terjadi dalam hidupnya. "Masalahnya, masalah aku itu banyak, banget. Kamu kan tau aku bandelnya di sekolah kayak apa."

Nora menatap Raka dengan malas. Gadis berambut sepanggung itu menjitak dahi Raka dengan memajukan badannya. "Bukan yang di sekolah, Bego."

"Oh, yang di rumah?" Nora hanya mengangguk menanggapi. "Aku bingung mau cerita dari mana. Dari mamaku mau cerai aja ya?"

"Terserah."

Raka mengangguk. "Oke." Ia lalu menarik napas dalam-dalam sebelum bercerita. "Mama minta cerai dari papa gara-gara Baj*ngan itu suka kasar ke mama. Mama takut Adela liat dan bikin adek aku ketakutan. Bukan itu doang sih, sebenernya aku yang nyuruh mama cerai sama Si Baj*ngan itu. Aku nggak tega liat mama disalahin terus gara-gara nggak becus urusin aku."

Nora diam mendengarkan. Cewek itu mengangkat sebelah alisnya kala Raka diam.

"Bokap dulu nggak gitu, Ra. Dia kayak gitu semenjak tau kalo kakek bakal warisin sebagian besar harta dia ke cucu cowoknya yang paling pinter. Semenjak itu, papa nuntut aku buat selalu belajar, dan bakalan nyiksa aku kalo nilaiku jelek. Aku nggak suka. Seberapa keras aku berjuang buat dapetin nilai, papa nggak pernah puas sama nilai yang aku dapetin. Kamu pernah denger rumor kalo dulu waktu SMP aku pinter? Itu nggak sepenuhnya salah. Semenjak SMA, aku jadi kayak gini. Udah ogah nurutin kata-kata papa. Papa juga jarang pulang, jadi pas papa pulang, aku keluar dari rumah biar nggak dijadiin bahan berantem papa sama mama," Raka lagi-lagi berhenti.

Iya sih, Nora pernah mendengar rumor kalau dulunya Raka adalah anak yang rajin dan pintar sewaktu menempuh sekolah menengah pertama. Cowok itu bahkan mantan ketua OSIS di SMP-nya dulu. Tapi sekarang, Raka berubah menjadi anak nakal dan suka bolos.

"Dan saat ini, papa ngotot buat ambil hak asuh aku. Aku nggak mau tinggal sama Baj*ingan itu, Ra. Makanya aku minta sama mama buat berusaha ambil hak asuh aku."

Nora mengangguk-angguk, paham dengan apa masalah Raka. "Hmm, ok, nggak ada masalah lain?" Nora bertanya dengan posisi kepalanya yang miring ke kanan. Gadis itu menatap kekasihnya dengan mata menyipit.

Raka menggeleng. "Enggak. Kalau di rumah sih itu aja. Kalau di sekolah baru banyak."

"Ck. Ogah gue dengerin masalah lo di sekolah. Bisa sampe berbusa mulut gue ngasih nasehat lo."

Raka tertawa. "Kamu kan juga bandel, jadi aku nggak bakal nurut sebelum kamu jadi anak rajin dulu," ujarnya.

"Dih. Gue mah baik ya di sekolah."

"Iya, waktu jadi Anna dan bener-bener keliatan sama anak-anak. Waktu sama aku mah, singanya balik. Hahahaha."

Nora mendelik, sedangkan Raka tertawa semakin keras. "Harusnya mah, aku dulu pura-pura nggak tau aja ya kalo kamu Nora? Biar nggak galak-galak sama aku, terus biar bisa malu-malu juga. Kan, lucu." Raka mengaduk minumannya sambil mengamati raut wajah Nora. "Ah, tapi kurang greget. Gregetan juga yang badboy punya cewek badgirl, tapi malah nanti jadi alim. Bisa nggak ya kita?"

TS [1]: Twin BadgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang