Chapter - 9

14 2 0
                                    




                    raka mungkin jarang berada di kantor namun tugas selalu tapet waktu diserahkan kepada papanya. dia dan kakaknya itu beda perusahaan yg ditepatkan, mereka berdua tak tau kenapa ? mereka dipisahkan. raka berjalan santai membawa sebuah dukomen yg baru diselesaikannya, ia berjalan dg sebelah tangannya didalam saku celananya dan sebelahnya memegang dokumen. sampainya di depan pintu ruang kerja papa, raka menarik napas sebelum mengetuk pintu. tak lama dia menghela napas selama beberapa detik, pintu terbuka dan ia mendapati kakaknya.

                  rilzas keluar dg ketidak sukaan di raut wajahnya bahkan rilzas tak melihat kearah raka yg heran melihatnya. raka terdiam melihat kepergian kakaknya dari ruang kerja papa. setelah itu baru raka masuk dan juga ia melihat papa memegeng kepalanya.

" lihatlah sikap kakakmu itu? "

sambil memandang kearah pintu.raka yg tak mengerti kembali berbalik dan memandangi pintu.

membanting pintu mobil seraya masuk. rilzas memukul setir mobil saking kesalnya, ia tak mengerti dg semua ini, padahal ia tak melakukan apapun, kenapa ? dia harus menanggung semuanya. INI TAK ADIL ? sungutnya, ril menjalankan mobilnya dg kesal, ia ingin meminta penjelasan, kenapa dia membuatnya terpojot seperti ini.

             


             ril kembali ke kantornya  dg mengemudi dg cepat sampai ia hampir menabrak mobil di depannya. dia terlihat sangat marah sangat sangat, sampai karyawannya tak berani melihatnya. mereka semua menunduk saat ril lewat, tanpa pikir panjang ril membanting pintu ruangan kerjanya yg terbuat dari kaca sampai pintu itu retak. hingga hampir pecah, semua karyawan terkejut. ril mondar mandir di tempat sambil memegang pinggang dg kedua tangannya, ril berhenti dan mendekati pot bunga dan menendangnya.

" sial ! " 

cetusnya dg kesal. bayang2 perkataan papa yg masih teringat di benaknya.

" kau pikirsegala kau punya, apapun itu, apa bisa membuatmu senang ? "

papa berbicara dg perkataan yg tak dimengerti oleh rilzas.

" ini awal dari permulaan, coba saat kau pikirkan. penyesalan itu datangnya selalu terlambat, semua yg kau miliki itu tak semuanya akan kau miliki selamanya, zolranfel. "

papa tak berhenti berbicara dikursi kerjanya. ril yg mendengar ocehan papa hanya berdiri di depan meja papa.

" ini awal dari peringatan. kami sudah lama berteman. aku tau ranfel bagaimana sahabatku itu, jangan ada lagi istilah hubunganmu itu yg tak baik. kau pikir kau saja yg dijodohkan, papamu juga sama sepertimu. dijodohkan dg wanita yg tak kukenal, semua awalnya emang tak semudah yg kau pikirkan, hanya saja kau harus menerimanya apa adanya. tak ada kau ingin memutuskan hubungan ini kecuali dia yg ingin mengakhiri ! "

papa berbicara panjang lebar tanpa berhenti, sedang ril yg tak mengerti merasa kesal dg semua ini.

" terakhir kalinya, zolranfel. bisakah kau jadi anak yg bisa membuatku bahagia. setidaknya jika kau tak bisa membuatkku senang, jadilah anak yg berguna ! "

amarahnya semakin naik disaat papa mengatakan itu, apa salahnya ia harus mendapatkan cacian ini.

" tunggu, pa ? apa selama ini yg aku perbuat itu, hal yg tak berguna bagimu. jika emang papa tak senang dg apa yg kulakukan. untuk apa papa memberikan satu grup perusahaan untukku ?? "

ril mulai tajam memandangi papa.

" jika apa yg kau lakukan bisa membuatkku senag tentang apapun itu, zolranfel. seharusnya kau sadar kau membuat... "

belum selesainya papa bicara, ril tak tahan lagi dia langsung pergi saat itu raka datang.

ruangan kerjanya berhamburan dan juga berantakkan. semua kemarahannya di lampiaskan kepada ruang kerjanya. ril memegang kursi kerjanya dan akhirnya ia berlalu dari ruangannya.

Zahrina SyalwaaisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang