Setelah semalam suntuk dilalui Sinta dengan tangisnya yang meraung-raung di dalam kamar Siska, nampaknya itu belum cukup untuk membuat semangatnya kembali. Pagi ini Sinta berangkat sekolah dengan mood nyaris berada di titik nol.
Dan semua ini terjadi hanya karena cowok kurang ajar yang sudah mengeksekusi harga diri Sinta kemarin. Cowok gila yang sialnya dia tampan. Membuat Sinta susah untuk membenci wajah mempesona itu.
Sementara Siska yang sedang berdiri di samping Sinta pun turut merasa geram. Pertama, dia masih kesal karena semalam harus rela kamarnya dijajah lagi oleh Sinta setelah acara curhat berlangsung.
Kedua, Siska juga geram pada Alden yang dengan seenak jidat menebas habis harga diri Sinta dengan perlakuannya itu. Dan yang terakhir, Siska sangat kesal lantaran Sinta di sampingnya yang berjalan sambil melamun.
Mungkin hampir seluruh manusia di dunia ini tidak percaya dengan adanya zombie. Namun jika melihat kondisi Sinta saat ini, Siska menjadi percaya bahwa zombie itu ada. Setidaknya, makhluk yang mirip zombie itu benar-benar ada. Sinta salah satunya.
Bagaimana tidak? Melihat Sinta saat ini sama seperti sedang melihat mayat hidup. Gadis itu seakan berjalan tanpa nyawa. Hanya raganya yang berpijak, namun jiwanya mungkin sudah mengudara ke angkasa.
Ditambah dengan sepasang manik mata yang biasanya selalu dihiasi binar itu sudah berubah suram sepenuhnya, lengkap dengan kantung mata sembab hasil karya Sinta semalaman suntuk meraung-raung di depan Siska. Sungguh, Siska ngeri sendiri ketika mengingatnya.
Siska rasa, Alden benar-benar sudah keterlaluan pada Sinta. Bahkan jika ada orang lain yang mendengar atau mengetahui kalimat pedas Alden untuk Sinta kemarin, mereka juga akan berpemikiran sama untuk mengatai Alden sebagai cowok yang tidak punya perasaan.
Ingatkan Siska untuk meraup muka Alden jika ia bertemu dengannya nanti. Enak saja Alden menebas habis harga diri Sinta seperti itu.
"Yaudah sih. Lo maunya gimana sekarang?", ucap Siska karena lidahnya gatal untuk memecah keheningan.
Karena sejak tadi dari rumah hingga saat ini mereka sudah berada di area sekolahan, yang dilakukan Sinta hanya tetap membisu dengan wajahnya yang meminta untuk digaruk.
Beruntung Siska sedang baik dan tidak mau mencari gara-gara dengan Sinta.
"Alden", ucap Sinta dengan melasnya.
Siska menghela napas lelah. Sinta itu, bertingkah seolah Alden adalah satu-satunya cowok yang paling ia butuhkan.
Tidak ingatkah semalam dia baru saja mengumpati Alden dengan rentetan kalimat penuh hina?
Lihat sekarang bagaimana Sinta begitu menginginkan kehadiran Alden.
Padahal Siska yakin, jika saat ini muncul Alden di depan Sinta, pasti gadis itu akan menjadi kesal sendiri.
Atau lebih parahnya, Sinta akan memaki-maki Alden tepat di depan mukanya. Ya, itu mungkin jika Sinta tidak lebih dulu terhipnotis oleh muka lempengnya itu.
"Nanti biar gue yang ngomong ke dia. Biar gue maki tuh cowok sengak!", ujar Siska sedikit bersemangat. Berusaha untuk menghibur saudara kembarnya yang sedang gundah.
Mendengar itu, Sinta langsung menggeleng kuat.
"Nggak-nggak! Nggak usah! Biar gue yang ngomong sendiri ke dia. Nanti dikira gue tukang adu lagi"
"Lah, kan emang lo ngadu ke gue semalem", jawab Siska dengan alis bertaut.
"Bukan ngadu, tapi curhat"
Bermaksud untuk mengalah, Siska tak menanggapi bantahan dari sang kembaran tersebut. Takutnya jika dia balik membantah, malah akan memicu pertikaian kecil antara mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar yang Dikembar-kembarkan
Ficção Adolescente. Alih-alih saudara kembar yang biasanya selalu akur kemana-mana berdua, Siska dan Sinta adalah kembar yang akan cakar-cakaran jika disandingkan. Kembar dengan segala perbedaan bumi dan langit, ditambah lagi dengan sikap semua orang yang sel...