Apakah Ini Yang Namanya Cinta ?

7 0 0
                                    

   "Akhir – akhir ini kami menjadi lebih akrab. Aku juga sedikit terkejut ketika dirinya menyatakan cinta padaku. aku berharap tadi aku bisa langsung menjawabnya tapi sepertinya nanti saja. Entah mengapa aku punya firasat tidak enak bila aku menjawabnya tadi. Haris, kumohon tunggu jawaban dariku"

    Begitulah Olivia menulis diarynya, segala apa yang dirasakannya akhir – akhir ini ia curahkan dalam tulisan tersebut.
“kak itu dipanggil ayah di ruang keluarga”
“baiklah kakak kesana sekarang”

    Menutup buku diarynya lalu pergi ke ruang keluarga yang berada di lantai satu.

   “ada apa pah ? memanggilku kemari ?”
“duduklah dulu, ayah ingin bicara serius sekarang ini”

    Sesuai perintah ayahnya Olivia duduk di sofa yang saling berhadapan dengan sofa yang diduduki ayahnya.
“berapa umurmu sekarang via ?”

    “hmm… 20 tahun. Memangnya ada apa pah ?”
“begini ayah berencana ingin menikahkanmu dengan seseorang, atau lebih tepatnya dengan anak tuan Frenz, Johanes”

    “maksud ayah dengan sang pangeran ?”
“ya, keluarga kerajaan sudah memberi surat lamaran pada ayah”
“tidak, aku tidak akan menikah dengannya”

    “kenapa via ? kamu tidak bisa menolaknya begitu saja”
“tapi aku tetap akan menolaknya bila ayah ingin aku menikah dengan pangeran Johannes”

    “Baiklah. Kalau begitu, begini saja bila tahun depan kamu masih belum menemukan seseorang yang menurutmu tepat untukmu ayah akan menerima surat lamaran ini. Bagaimana ?”

   Olivia masih tetap diam saja baru setelah beberapa detik dia menjawabnya.
“baiklah”

   Olivia menutup dan mengunci pintu kamarnya rapat – rapat. Lalu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan mulai menangis perlahan.

****

    “apa kau ingin bertemu ? ada yang ingin dibicarakan ? hmm… sepertinya tidak bisa sekarang, aku sedang sibuk sekarang tapi kalau nanti sore mungkin bisa. seperti biasa kita ketemuan di café itu”

     Menutup telephonenya Sarah melanjutkan pekerjaannya.
“Sarah pak direktur ingin bertemu denganmu”
“Baiklah aku segera kesana tapi setelah menyelesaikan pekerjaan ini”
.
.
.
    “akhirnya kau datang juga Sarah”
“ada apa ya pak ? apa saya membuat kesalahan ?”
“tidak, justru sebaliknya saya ingin mengankat anda menjadi sekertaris baru saya karena kebetulan Rosetta saya pindahkan untuk mengurus salah satu cabang kita dikota lain”

    Direktur tersebut berdiri lalu berbalik kebelakang memandangi pemandangan kota dari atas gedung sebelum melanjutkan.
“bagaimana apa kamu akan menerimanya ?”
“ya tentu saja”

****

    “jadi apa yang ingin kamu bicarakan ?”tanya Sarah lalu menyedot jus manga yang dipesannya.
“apa kamu tahu tentang pangeran Johannes ?”tanya Olivia.

    “ya, putra mahkota dari Kerajaan Zeus. Memangnya kenapa ?”
“dia mengirimkan surat lamaran pada ayahku ?”

    “apa !? bagaimana bisa ? kamu menerimanya ?”tanya Sarah yang langsung meminum jusnya hingga habis.
“tidak aku menolaknya”

    “hah… kenapa ? kau bisa menjadi ratu berikutnya bukan ?”tanya Sarah heran.
“aku tidak suka dengannya. Tapi itulah yang membuatku bingung sekarang. Bila sampai tahun depan aku belum menemukan seseorang yang tepat untukku. Orang tuaku akan langsung menerima lamaran tersebut”jelas Olivia.

   “heh… kenapa bukankah itu terlalu muda untukmu ? Untuk menikah ?”
“tidak itu sudah peraturan keluarga. Apa aku belum memberitahumu sebelumnya ?”
“belum, tentang apa ?”

    “hah… ku kira sudah… ingat nama belakangku ? nama itu merupakan anggota bangsawan kelas 3 dalam kerajaan Olympus”
“hah…! Itu berarti kamu putri bangsawan ?"Sarah kembali terkejut dengan perkataan Olivia.

    "Ya begitulah. Kembali ke topik sebelumnya, menurutmu apa yang harus ku lakukan ?"
"Jawabannya mudah kamu tinggal menemukan seseorang yang pas untukmu"

    "Aku tahu itu. Tapi bagaimana ? Aku sendiri tidak tahu cinta itu seperti apa ?"
"Hmm... Kalau menurutku sih, misalkan kamu menyukai seseorang kamu pasti merasakan tidak ingin kehilangan dirinya, kamu ingin selalu bersamanya dan kamu juga pasti cemburu melihat orang itu bersama wanita lain"jelas Sarah, Olivia hanya menganggukan kepalanya.

"terdengar seperti kamu terlalu banyak menonton drama"ujar Via
"kekeke... Itu juga drama yang kamu mainkan"
"bagaimana dengan meminta seseorang berpura pura menjadi kekasihmu? "lanjut sarah

"berpura  - pura? "
"ya. Misal kamu meminta Haris menjadi pacar palsumu,  tunjukkan pada orang tuamu maka pertunangan bisa dibatalkan"

"tapi itu artinya aku harus berbohong kalau begitu. ditambah kalu aku meminta Haris sepertinya dia tidak akan mau"
"kenapa kamu sangat yakin? "

Olivia meletakan tangannya dimeja cafe lalu menyandarkan kepalanya diatas kedua tangannya.

"kau tahu?  Kemarin saat keluar dari rumah sakit, Haris menyatakan cintanya padaku"jelas Via
"kyaa!! Lalu apa kamu menerimanya"tanya sarah histeris.
"aku menyuruhnya menunggu"
"ahh... Kasihan sekali. Kupikir kalian sangat cocok"

"entahlah... Aku tidak tahu"
"Anu... Permisi restoran ini sebentar lagi akan tutup jadi dimohon agar segera meninggalkan tempat ini"ucap seorang pelayan wanita, dilihat dari wajahnya dia masih terlihat muda. Tak terasa sudah larut malam.

    "Oh... Begitu ya, sebaiknya kita pergi terima kasih untuk saranmu"
"Yah, sama - sama. Ngomong - ngomong Via kenapa orang - orang seperti tidak mengenalmu padahal kamu aktris bukan"

    "Menjadi aktris itu baru akhir akhir ini kulakukan, selama ini aku hanya menjadi model"
"Ooh..."

   Olivia langsung masuk kedalam mobilnya, melambaikan tangannya dan beranjak pergi.
Jalanan malam itu sedikit ramai dengan kendaraan, lampu merah menyala Olivia langsung memperlambat mobilnya untuk berhenti.

     "Lho... Apa itu Haris ? Siapa wanita yang diboncenginya itu ?"gumam Via dalam hatinya
"Ada apa denganku ? Kenapa aku merasa cemburu melihat mereka ? Huh... Lupakan - lupakan lagi pula itu hanyalah kemungkinan"lanjut Olivia.

Tiiiiddd...
"Hah ?"Olivia terkejut mendengar suara klakson mobil dibelakangnya. Rupanya lampu lalu lintas sudah menyala hijau dengan segera dia menjalankan mobilnya.

****

    "Terima kasih sudah mau mengantarkanku pulang"
"Sama - sama eemm..."
"Panggil Dea saja"
"Baiklah"
"Kalau boleh tahu, senior mengambil jurusan apa ?"
"Oh... Aku mengambil perfilman"
"Owh... Apa kamu juga membuat film animasi ?"
"Tidak aku masih belum bisa membuatnya, temanku yang hebat dalam hal itu"
"Nah... Didepan sana rumahku, terima kasih lagi, maaf merepotkanmu senior"
"Tidak apa, lagipula arah rumahku juga kesini. Sampai jumpa lagi"

    Haris langsung beranjak pergi meninggalkan kediaman Dea, teman satu kampusnya.

****

    Dengan perlahan Olivia memasukkan mobilnya ke dalam. Mengambil barang barang yang disimpannya di kursi belakang Olivia lalu masuk ke dalam rumahnya.

    "Kakak selamat datang, hmm. Apa itu ?"tanya Frenica adiknya.
"Oh... Ini ambillah kakak membeli ini tadi dijalan"
"Wah... Terima kasih"

   Olivia hanya tersenyum melihat tingkah laku adiknya ini dan langsung pergi menuju kamarnya.

    "Untuk pertama kalinya aku memiliki perasaan ini. Cemburu melihat dirinya dekat dengan orang lain. Apa ini yang namanya cinta seperti yang dikatakan Sarah tadi ? Kakek Alex pernah meramalkan kalau aku akan menikah dengan Haris, apa seperti ini maksudnya?"Tulis Olivia didalam buku diarynya.

The Magic Crystal II : To The Rescue (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang