Page 17

3.8K 181 1
                                    

Hingga hari yang mengubah hidupku kembali normal telah hadir. Ya tepatnya hari kamis, ba'da isya aku dan suami berusaha menepati janji kami menemui mas budi dan saudaranya.

Seharian aku menahan sakit di dadaku. Keringat dingin seluruh badanku. Padahal acaranya malam tapi serangan sudah dimulai sejak pagi. Ketika di bawa shalat kondisinya berubah agak enakan.

Sepanjang perjalanan ada saja halangan kami menuju rumah saudaranya mas budi. Mulai gangguan mesin motor, arah yang tersesat, sampai penampakan-penampakan yang tidak lazim. Aku terus istighfar sepanjang perjalanan.

Hingga akhirnya kami tiba disebuah rumah sederhana milik Saudara mas budi. Disitu kami sudah ditunggu mas budi dan saudara-saudaranya.

Awal menginjak pelataran rumah, aku sudah bereaksi. Aku coba membujuk suami supaya kita balik kanan saja alias pulang.

Suamiku berusaha membujuk ku agar kita coba dulu. Mungkin suami punya firasat sendiri kalau ini mungkin sebuah petunjuk untuk kesembuhanku.

Setiap langkah aku masuk menuju ke rumah itu, maka semakin bergetar terus badanku. Tidak pernah seumur hidupku aku merasakan getaran seperti ini.

Paling maksimal merinding, tapi ini sungguh luar biasa. Rumah yang awalnya ku lihat sederhana, tiba tiba samar-samar terlihat megah dan indah.

Padahal tadi waktu awal datang rumah itu hanya sederhana. Auranya pun beda. Terasa nyaman. Benar-benar luar biasa sensasinya. Satu sisi rasa penolakan itu dan satu sisi kebalikannya.

"Assalammualaikum..." ucap kami dari luar rumah. "waalaikumsalam" terlihat seseorang keluar dari rumah, ternyata mas budi.

"Alhamdulillah akhirnya sampai juga ya" sapa mas budi. "iya mas, maaf agak telat, tadi sempat kesasar." Jawab suamiku.

Mas budi lalu mempersilahkan kami masuk. Aku yang sedari tadi kurang nyaman, bertambah gelisah ketika mas budi menyuruh masuk rumah. "ayo mba riris, ga usah malu-malu" kata mas budi.

Tanpa sadar aku tersenyum kecut dan mas budi membalas dengan senyuman, sepertinya mas budi sudah tahu, kalau itu bukan diriku.

Tanganku langsung diraih suamiku. Suamiku sedikit memaksa agar masuk rumah. Akhirnya aku benar-benar telah masuk rumah itu.

Di ruang tamu itu terlihat agak sempit, terdapat 1 set meja kursi tamu dari kayu sederhana. Disitu sudah ada beberapa orang yang telah menanti kehadiran kami. Ada beberapa pria dan juga wanita. Tak ada satupun yang ku kenal.


Ruqiah Membawa PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang