Part 14

3.3K 302 1
                                    

Sagara POV

Jam masih menunjukkan pukul lima sore dan gue, dengan tidak biasanya sudah berdandan rapi.

Sekadar informasi.

Pekerjaan yang gue tangani di Jogja ini sama sekali tidak menuntut gue untuk stay eight to five seperti saat gue masih di Malang.

Gue cukup menyiapkan materi, lalu presentasi, dan menunggu hasil. Begitu seterusnya sampai kurang lebih tiga bulan ke depan.

Karena kantor gue sedang mengadakan perluasan wilayah, dan gue yang ditunjuk sebagai koordinator merangkap eksekutor produk, jadilah gue yang harus berangkat ke Jogja sekarang ini.

Jadi kembali, kenapa gue sudah berdandan rapi dengan kemeja biru tua seperti ini adalah, karena gue akan pergi ke sebuah acara kampus.

Sederhana, kan?

Berbekal koneksi gue yang bisa dibilang cukup luas ini, membuat gue bisa dengan mudah mendapat free pass di acara semacam pameran seni yang diadakan oleh UGM, universitas paling potensial di Jogja.

Dan satu hal yang menjadikan gue semakin semangat datang ke acara ini, yang tak lain dan tak bukan adalah, gue tahu bahwa Renjana juga datang ke acara ini.

Oke, kali ini gue kasih tahu bagaimana cara gue tahu bahwa Renjana juga ada di acara ini.

Adalah Hadi, yang sejak pertemuannya dengan Renjana kemarin, langsung gue kasih tahu bahwa gue sudah sangat lama tidak bertemu dengan perempuan yang satu itu.

Detail masalahnya memang tidak gue ceritakan kepada Hadi, tapi intinya adalah, gue harap Hadi bisa membantu gue untuk ketemu Renjana.

Dan hari ini, selang satu hari dari keinginan gue itu, Tuhan langsung mengabulkan doa gue.

"Lu kaya'nya bisa ketemu Rere, deh, Ga.."

Gue yang pagi itu harus mau dikejutkan oleh telepon dari si Hadi mendadak terbelalak.
Kopi gue hampir tersembur lagi.
Oke gue lebay, tapi memang begitu kekagetan gue bekerja.

"Gimana caranya?"

"Lu dapat free pass-nya UGM, kan? Nah, Rere kaya'nya datang juga, deh.."

Gue buru-buru menghabiskan kopi dari cangkir gue, takut kalau harus tersembur lagi. Kan sayang..

"Lu tau darimana, Hadi..."

Gue, okelah, memang diblokir dari seluruh sosmed Renjana. Yang jelas tidak bisa memudahkan gue tahu, apa-apa saja kegiatan Renjana. Yah, kecuali Renjana membagikannya via Instagram, karena terus terang bahkan gue punya dua akun yang mungkin keberadaannya tidak diketahui Renjana.

"Kan gue temenan di Whatsapp, taulah gue dari story-nya.."

Gue tersenyum menang.

Renjana ini memang terkadang agak ceroboh. Alih-alih menghindar dari gue, dia justru tanpa sadar membuka sendiri pintu yang selama ini dia kunci rapat-rapat dari keberadaan gue.

Dan kali ini, gue menutup telepon dari Hadi dengan perasaan lebih ringan dari biasanya.

"Re, kali ini biar aku yang mengejar kamu, ya.."

Gue bergumam sambil lebih kepada diri gue sendiri.
Entah apa yang membuat gue merasa seperti ini.

------

Gue sudah berada di Balaiurung UGM dan keadaan didalam sudah sesak orang.

Andaikan bukan karena Renjana dan pekerjaan gue, mungkin gue tidak seringan hati ini menginjakkan kaki disini.

Mata gue masih awas menyisiri bagian dalam gedung yang mulai riuh dengan suara band yang mulai check sound.

Sementara gue sudah meletakkan salah satu materi presentasi gue di salah satu stam yang dijanjikan oleh seorang kenalan gue.

Tinggal menunggu calling-an, lalu hajar dengan presentasi. Semudah itu terkadang gue menghadapi pekerjaan gue ini.

Pelan gue mulai merangsek maju, menyapukan pandangan ke arah depan panggung.
Entah kenapa gue yakin kalau Renjana akan memilih duduk di bangku-bangku yang sudah disediakan disana sambil menikmati cemilan, instead of berkeliling melihat-lihat pameran yang sebenarnya menarik ini.

Tapi mata gue harus kecewa karena gue sama sekali tidak menemukan sosok Renjana di bangku-bangku yang mulai penuh itu.

Gue mulai was-was.

Bukannya apa-apa, gue hanya khawatir kalau perkiraan gue salah, dan Renjana sudah keluar dari acara ini, mengingat bahwa dia sama sekali bukan tipe orang yang suka berada di keramaian semacam ini.

Mata gue masih awas melihat sekeliling, berbekal ingatan gue akan wajah Renjana sekarang dari foto-foto di Instagramnya, gue masih mencari dan berusaha mengenalinya di keramaian seperti ini.

Segara Renjana (hapus sebagian karena proses penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang