Kargo 01: Klien dan Kargo Misterius

304 22 36
                                    

Ketika Ruri An-Nisa melangkah masuk ke dalam bar, hampir semua makhluk yang sedang berada di dalam tempat itu menoleh ke arahnya. Maklum saja, manusia seperti dirinya termasuk makhluk langka di Distrik 12 Koloni No. 28 yang berdiri di atas dataran es Europa, satu dari 63 satelit alami yang mengitari planet Jupiter. Tidak heran kalau kehadirannya di bar terpencil yang terletak di salah satu pojok bangunan koloni tua itu itu menarik perhatian banyak orang. Itu belum ditambah fakta kalau wanita itu tengah mengenakan jubah panjang yang terlihat lusuh, serta helm Daur-Nafas yang membuatnya mampu bernafas di dalam bar yang atmosfernya dipenuhi campuran amonia dan sedikit methane itu. Penampilan Ruri jelas sangat mencolok di tengah bar yang dipenuhi makhluk-makhluk yang semuanya bukan dari spesies yang sama dengannya.

"Apa kalian lihat-lihat?" gertak Ruri dalam bahasa Universal, sembari menyingkapkan jubah panjang yang dia kenakan dan memperlihatkan sarung senjata berisi sepucuk pistol yang tergantung di pinggangnya.

Begitu melihat senjata itu, beberapa makhluk di dalam bar mendengus, kemudian berbalik dan kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Hanya beberapa makhluk mirip kelabang raksasa saja yang masih memandangi Ruri dengan tatapan penasaran. Mata-mata mereka yang bulat dan berkilat terlihat ... lapar.

Tanpa mengindahkan tatapan kelabang-kelabang raksasa itu, Ruri berjalan mengitari bar sambil sesekali berusaha untuk tidak menginjak kaki, ekor, atau tentakel siapa pun. Dengan kata lain, dia berusaha untuk tidak membuat masalah yang bakalan membuatnya terlibat dalam acara baku hantam, atau bahkan baku tembak.

Kedua matanya yang berwarna biru terang tampak mengamati sekitarnya di balik kaca helm Daur-Nafas-nya. Beruntung helm Daur-Nafas-nya dilengkapi alat untuk melihat di dalam cahaya temaram bar ini, sehingga dia tidak mengalami kesulitan untuk mengamati situasi di sekitarnya. Dia melihat satu persatu sosok-sosok alien dalam berbagai wujud dan pakaian yang berkumpul di dalam bar. Sebagian besar dari mereka tampak tidak mengenakan helm atau masker Daur-Nafas seperti Ruri, sebab makhluk-makhluk itu memang bernafas sesuai dengan atmosfir buatan yang memenuhi seluruh bar bernama Ichtarx itu. Selagi berjalan, Ruri masih sekilas melihat ada yang mencuri pandang ke arah dirinya, satu makhluk mirip Blobfish dari Bumi malah terang-terangan melontarkan ciuman jarak jauh ke arahnya, sehingga membuat Ruri langsung bergidik jijik.

Tidak lama kemudian, Ruri pun menemukan apa yang dicarinya, yaitu sesosok makhluk tinggi besar yang mengenakan pakaian mirip dengan dirinya. Sosok misterius itu tidak lain adalah calon klien yang mengirimkan tawaran pekerjaan padanya kemarin.

Menyadari kehadiran Ruri, makhluk itu kemudian berdiri menyambut sambil menunduk dan mengulurkan kedua tangannya. Melihat gerakan itu, Ruri langsung menduga kalau dia sedang berurusan dengan orang Lundgren. Tapi dia tidak begitu yakin karena tubuh dan kepala makhluk di hadapannya itu juga tertutup jubah panjang dan helm Daur-Nafas, sehingga Ruri tidak bisa melihat wajah ataupun ciri lain khas bangsa Lundgren, seperti ekor panjang, sepasang tanduk, atau pun wajah yang mirip seekor naga dari cerita khayalan di planet asal Ruri.

"Kru Little Star?" tanya makhluk itu dalam bahasa Universal. Suaranya terdengar bercampur sedikit dengan desis elektronik. Sepertinya makhluk itu tidak benar-benar bicara dengan Bahasa Universal, melainkan menggunakan alat translasi otomatis yang tertanam di helm Daur-Nafas-nya. Alat semacam itu mampu menerjemahkan apa yang diucapkan oleh penggunanya dan mengucapkannya dalam Bahasa apa pun yang terdaftar dalam sistem penerjemahan itu.

"Aku kaptennya, Ruri An-Nisa," balas Ruri sambil menyambut uluran tangan lawan bicaranya. "Dengan siapa aku bicara?"

"Panggil aku Gesth," sahut sosok tinggi besar di hadapannya itu. "Silahkan duduk."

Ruri mengangguk dan duduk di hadapan Gesth. Selama beberapa detik dia mengamati sosok besar yang duduk di hadapannya itu dan berusaha mencari tahu kalau-kalau lawan bicaranya itu memiliki senjata tersembunyi seperti dirinya. Sayangnya Ruri tidak mengenakan helm Daur-Nafas yang dilengkapi dengan sensor khusus, seperti sensor inframerah atau sensor energi, sehingga dia tidak bisa tahu pasti apa calon kliennya itu membawa senjata atau tidak. Yang jelas, dia tidak boleh lengah, apalagi di tempat seperti ini.

Kurir BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang