Siapa Ayahnya?

3K 333 58
                                    

Grrr... sebal. Aku tuch udah ngetik chap ini hampir 700 karakter semalaman. Eh ilang gitu aja. Sebalnya tuch nggak ketulungan. Nyesek. Ingin nangis guling2 sambil menggigiti bantal. Tetap aja ketikanku ilang. Dan, aku harus ngetik dari nol lagi.

Oke maaf untuk curhatan nggak pentingnya. Terima kasih buat yang masih setia menunggu fic abal ini, memvote dan memfollow akunku. I love u full. Terima kasih juga untuk Krissannya.

Bagi yang mengirim komentar, langsung aku jawab di kotak komentar.

Warning : Mengandung tema LGBT, Boys love dan segala keabsurdan.

BAGI YANG TIDAK SUKA SILAHKAN OUT

Chapter 10

"Kenapa kau mengundang kami kemari?" Tanya Tsume, ibu dari Kiba sekaligus pemimpin klan Inuzuka saat ini. Matanya menyipit disertai seringai kejam di wajahnya, menatap tajam Sakura, membuat gadis malang itu sedikit bergidik. Ibunya Kiba memiliki aura dan tampang yang liar. Nyaris tidak ada sedikit pun sesuatu berbau feminim darinya. Pantas saja ayahnya Kiba kabur. Mungkin ia merasa terintimidasi oleh istrinya sendiri.

Sakura berdehem untuk mengusir rasa takut yang menyusup ke dalam hatinya karena intimidasi ibunya Kiba. Ia tidak boleh lemah hati, khususnya untuk sekarang ini. "Ehem..!" Dehemnya meminta atensi semuanya. Emeraldnya mengedarkan pandangan, menatap satu per satu orang-orang yang diundangnya di ruangan ini saat ia berkata, "Maaf sebelumnya, karena menyita waktu kalian. Tapi, ini penting, menyangkut masa depan hokage-sama dan putra atau keponakan kalian."

"Naruto-kun? Maaf jika ini dianggap bentuk ketidak perdulian. Tapi, apa hubungannya Naruto dengan Shikamaru-kun?" Tanya Yoshino, ibu Shikamaru. Seingatnya, Shikamaru dan Naruto tidak menjalin hubungan khusus selain hubungan antara atasan-bawahan dan sahabat. Tidak ada hubungan romantis diantara keduanya. Lalu, kenapa putranya disangkut pautkan dengan masalah Naruto? Kalau ada yang pantas berada di ruangan ini, orang itu jelas bukan dirinya atau suaminya, melainkan Hiashi pemimpin klan Hyuga yang pernah jadi calon mantan mertua.

"Sebaliknya, hubungannya sangat erat. Begini ceritanya!" Sakura mulai menceritakan semuanya pada Ibunya Kiba, orang tuanya Shikamaru, dan pamannya Neji.

Flashback

"Ugyaaa..!" Teriak Naruto melengking tinggi ke seluruh isi ruangan. Untung ruangan itu kedap suara, sehingga suara jeritannya yang menggelegar dan membahana badai tidak akan mengganggu seisi rumah sakit tempatnya dirawat. Naruto terbangun dengan keringat dingin mengucur deras membasahi piamanya. "Syukurlah hanya mimpi." Desahnya penuh rasa syukur. Itu tadi mimpi yang sangat buruk. Mengerikan. Tubuhnya bergidik, terbawa oleh sisa-sisa mimpinya.

"Berisik Dobe!" Tegur sebuah suara yang sangat familiar di telinganya.

Refleks, Naruto menoleh ke samping. Netranya menatap ngeri sosok itu. Ia begitu asyik dengan dirinya dan mimpinya hingga tak menyadari kehadiran sosok itu, salah satu sosok yang jadi bintang dalam mimpi buruknya, tepat di samping ranjangnya. Ia pikir ia sendirian di ruangan itu. Wajar bukan jika ia terkejut. Tapi, tidak sampai menjerit."Hais..kau ini. Bikin aku terkejut saja." Ujarnya mengeluh.

"Hn." Gumam Sasuke. "Jadi? Kenapa kau menjerit?" Ulangnya.

Naruto salah tingkah, teringat akan mimpinya. "Err.. bukan apa-apa. Hanya terkejut melihat cicak di atas dinding." Bohongnya sambil menundukkan kepala, pura-pura memperbaiki kancing piamanya, untuk menghindari tatapan penuh selidik Sasuke.

Mata Sasuke menyipit tidak percaya. Ayolah ini Naruto lho Naruto. Makhluk se Konoha ini yang paling tidak bisa berbohong. Dia pembohong yang sangat payah. Lee masih lebih baik darinya.

OBSESI SAKURA (¬_¬)'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang