17. Shoulder

147 4 0
                                    

Bonus pap Naomi! (nemu random di gugel)

Selamat membaca!

*****

"Kalau lu? Gak suka, ya? Karena mereka nambah polusi cahaya?" Tiba-tiba gue teringat dengan obrolan gue dan Daniel di pesta ulang tahun Kak Erik, dan seketika merasa tidak enak.

"Nggak kok," Daniel memandang lurus ke depan, ke arah lampu-lampu itu. "Gue suka... Lampu-lampunya, kok."

Gue tersenyum lega melihat responnya, kemudian ikut memandang lurus ke lampu yang berbentuk seperti bunga sakura yang sedang mekar di atas pohonnya.

"Mungkin lebih tepatnya..." Lanjutnya, sementara gue mendengarkan suara lelaki itu bercampur dengan alunan lagu lembut tanpa menoleh. "...Gue--gue suka sama lu, Nao."

Gue menoleh.

***

[Rei's POV]

"Hah? Belum pulang?" Tanya gue to the point ke Nico, adiknya Naomi, ketika gue sampai di depan rumahnya. Sekarang sudah jam tujuh, tapi Nico, adik Nao, bilang Naomi belum pulang, sementara tadi siang gue chat dia suruh makan dan gue udah nanyain apakah dia udah dirumah atau belum.

"Iya, Kak. Kirain dia pergi sama Kakak." Jawabnya.

"Udah coba di telepon?" Tanya gue, sambil mengeluarkan handphone gue yang ada di saku gue.

Nico menggeleng. "Gak punya pulsa, Kak."

Nyeh.

Gue kemudian langsung membuka profil Naomi di LINE, dan segera menekan tombol free call. Alunan nada sambung LINE mengalun, sementara gue terus menunggu.

Gak dijawab. Fix dia melakukan kebiasaan buruknya; matiin paket data. Padahal jaman sekarang orang pasti hubungin dia lewat LINE.

Hadeuh. Mana gue gak punya pulsa juga, lagi.

"Dan biasanya sih dia pulang jam segini juga kalau jalan bareng Kak Ayu. Jadi aku nggak nelponin juga." Lanjutnya lagi. Oh iya, Ayu. Siapa tahu aja dia bareng Ayu.

Gue segera men-unlock handphone gue dan mencari kontak Ayu, kemudian segera menekan tombol Free call. Iya juga ya, pasti dia bareng Ayu, mungkin lagi nonton itu film animasi terbaru yang sering dilike Nao di instagram. Iya, pasti gitu. Nada sambung khas LINE terus mengalun, sementara gue terus menunggu.

......

Mati.

Gak terjawab.

Buset dah. Kemana sih si Naomi?! Bikin panik aja. Tenang Rei, dia gak mungkin kemana-mana. Paling habis nonton. Iya, paling nonton sama Ayu. Tapi kan dia ceroboh banget, gimana kalau dia dijahatin orang? Gimana kalau dia nyasar?

Haduh, lagian kenapa tadi lu nggak mastiin dulu dia udah pulang atau belum, Rei? Kenapa lu nggak ngeh kalau pertanyaan lu belum dijawab!?

Kenapa gue panik banget gini, sih? Anjirrrrr

"Eh, Kak Rei..." Suara Nico membubarkan perdebatan gue dengan diri gue yang terjadi dalam benak gue. "Udah, gapapa kak pulang aja. Kasian kak Rei, udah sepuluh menit nih nanti kemaleman. Nanti dia juga pulang sendiri." Kenapa dia adiknya malah tenang banget, ya? Atau justru gue yang terlalu bocah daripada bocah kelas 1 SMP?

"Iya sih, tapi aku mau nungguin aj----"

Tiba-tiba terdengar suara motor dari belakang gue, dan terlihat ojek online sedang berhenti tepat di sebelah motor gue yang terparkir di depan pagar rumah Naomi.

"Lah, Rei?" Penumpang itu membuka helmnya, dan menyerahkan helmnya kepada abang ojek online itu sebelum ojek online itu berlalu. Lah, Naomi! Gue langsung berjalan cepat menuju peempuan itu, entah ekspresi apa yang terlukis di wajah gue. "Lu ngapain ke s----"

Baby in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang