Bagaimana jika kita berpura-pura bersama saja di suatu tempat di suatu masa. Aku akan memangilmu tuan putri, sedangkan kau berhak memanggilku apa saja. Kau berhak memanggilku tukang semir sepatu, memanggilku tukang oles mentega rotimu di pagi hari, ataupun memanggilku seorang pembohong bagiku itu tak masalah, asalkan kita tetap bersama di suatu tempat di suatu masa. Aku akan selalu ada di belakangmu, jangan takut akan terhempas oleh apapun dan tetaplah menatap ke depan. Dan jangan sekalipun kaumerasa akan ditinggalkan walaupun kauberhak meninggalkanku sesuka hatimu di suatu tempat dan di suatu masa nantinya. Tak perlu merasa iba. Aku menikmati kepura-puraan ini nantinya. Menikmati kebersamaan walaupun ini hanya sebuah pura-pura, walaupun rasa tak akan pernah ada.
"Bagaimana? Kamu setuju?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hal yang tak pernah selesai
PoetryPuisi tentang segala hal yang tak pernah selesai