35 :: Because You Are My Best Friend

1.8K 117 2
                                    

Setelah kejadian Gara yang tiba- tiba pingsan, Didit beserta kedua sahabatnya yang lain terpaksa menggotong tubuh bongsor Gara untuk di bawa ke UKS. Untung saja saat itu petugas UKS sedang berjaga di ruangannya sehingga Gara dapat langsung ditangani.

Sudah dua jam ini Gara masih belum siuman membuat ketiga sahabatnya harus terpaksa menungguinya. Diantara ketiganya, Ara lah yang paling terlihat terpukul. Perempuan kuncir kuda itu terlihat sedih. Entah apa yang ia pikirkan namun hal itu sukses membuat tingkat keingintahuan Didit mendadak meningkat.

"Are you oke?" Didit menyentuh bahu Ara membuat perempuan itu menoleh ke arahnya.

Ara menggeleng lemah, "Gara pasti bangun kan Dit?" Ungkapnya dengan raut cemas dan sedih.

"Kamu tenang aja. Dia cuma syok kok. Ntar juga bangun sendiri." Kata Didit menenangkan.

Peter yang dari tadi duduk di pojok kursi juga masih terlihat syok. Laki- laki itu masih tidak percaya jika dugaannya bersama Gara akhir- akhir ini adalah sebuah kenyataan. Membayangkannya saja Peter tidak sanggup apalagi menyaksikan kenyataan itu secara langsung di depannya. Sudah pasti ia akan syok berat.

"Aku beliin minum mau?"

"Gak ngerepotin kan?"

Senyum Didit kembali terbit, "Engak. Ya udah kamu tungguin disini aja ya sama Peter?!"

Setelah itu Didit pergi meninggalkan UKS menuju kantin yang terletak tidak jauh dari ruangan itu. Sekarang hanya ada Ara dan Peter. Ara hanya diam, sekali- kali ia melirik Peter karena ia bingung harus berbicara apa dengan Peter.

Sedangkan Peter dia masih sibuk dengan dunianya sendiri. Sibuk memikirkan kenapa dugaannya dengan Gara bisa menjadi kenyataan. Bahkan Peter sempat menepuk pipinya sendiri, takut- takut ini adalah mimpinya di siang bolong.

"Auhhhh!" Ternyata bukan mimpi.

"Kenapa Pet?" Ara berdiri mendekati Peter.

Mendadak Peter jadi gugup. Dia jadi teringat dahulu ia pernah memeluk dan juga meminta gendong Ara. Seketika ia jadi malu sendiri karena mengingat hal itu.

"Hah? Engak Kan eh Ra... "Peter jadi gagap. Padahal sebelumnya dia tidak pernah gagap.

Ara tertawa, "Jangan canggung gini dong. Gue  malu sebenarnya, tapi please gue masih jadi sosok yang sama kok."

"Habis gue juga malu Ra."

"Kenapa harus malu?"

"Dulu gue pernah aneh- aneh sama lo. Jadi gue malu kalau keingat kejadian itu."

Ara kembali tertawa, "Gue gak pernah malu kok ngelewatin hal konyok sama kalian. Gue malah bersyukur punya sahabat seperti kalian."

Suasana mendadak haru. Peter tidak berani mengedipkan matanya takut air matanya menetes.

"Sini peluk." Ara merentangkan tangannya dan spontan Peter langsung memeluknya.

"Maaf ya kalau selama ini gue gak peka Ra. Maaf." Ucap Peter sarat akan rasa bersalah. Baru kali ini ia merasa menjadi sahabat yang tidak berguna untuk Ara. Seharusnya Peter tahu sejak dulu. Seharusnya Peter bisa membantu menyelesaikan masalah Ara. Ahh rasanya Peter jadi kecewa dengan dirinya sendiri.

"Hey gak papa Peter. Selama ini gue bahagia jadi sahabat lo. Jadi sahabat Gara sama Didit juga."

Peter melepaskan pelukannya, "Siapa yang tega nyuruh lo jadi laki- laki Ra? Kenapa lo gak pernah cerita? Lo tahu kan kita pasti bakal bantuin lo."

"Nanti gue bakal ceritain semua setelah Gara bangun."

"Lo jahat tahu gak sih sama kita. Lo gak percaya sama kita?"

He Is Adipati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang