Bulan puasa sekolah jamnya dipendekin. Kalau biasanya satu jam pelajaran 45 menit, sekarang jadi 30 menit. Lumayan, bisa cepet keluar kalau lagi nggak mood ngajarnya.
Ini hari, jumat, jadi Cuma enam jam pelajaran hari ini. Kebetulan saya berangkat pagi, eh.. tiap hari kalau nggak salah saya berangkatnya pagi. Soalnya di rumah juga mau ngapain. Tadi pas saya lagi buka inbox di email saya, Pak kepala sms "nanti sbntr naik Pk. Ada yg prlu dibcrkan"..Itu bukan bahasa sandi, sms kan emang gitu...
Saya balas "siap pk". Jadilah yang biasanya selepas ngajar saya pulang, sekarang saya naik. Naik maksudnya naik ke ruang kepala, soalnya di lantai dua. Selepas ngucapin salam, saya disuruh masuk.
"Gini Pak Udin, saya berencana untuk wakil kepala yang baru, pakai pilihan saja", itu yang ngomong pak kepala
"Maksudnya pilihan kaya milih kepala desa ya Pak"
"Iya"
"Ooh, bagus juga Pak"
"Kapan rencananya Pak" Aku menyambung karena beliaunya asyik nyari lagunya Rhoma Irama di 4share.
Sambil klik download, beliau jawab,"Gimana Kalo di bulan puasa ini?"
"Iya pak. Waktunya siang saja, jadi pas lagi lemes-lemesnya. Ini mengurangi resiko ketegangan dan keributan".
"Cocok itu"
Lalu aku pergi, tugas buatku membuat draft keputusan pemilihan, dan draft petunjuk teknis yang nantinya disosialisasikan ke guru-guru di sekolah ini. Sekarang aku turun. Turun maksudnya turun dari lantai dua, karena kantor kepala sekolahku di lantai dua. Saya kira pembaca udah tau semua tentang ini. Karena agak lama ngobrolnya, tentu saja ada obrolan selain materi yang tadi tapi tidak pentinglah saya tulis disini mbok temanya nggak kena, maka waktu shalat jumat udah hampir tiba. Maka akhirnya saya putuskan setelah melalui berbagai pertimbangan untuk shalat di sekolah. Maksudnya shalat jumat di masjid yang dekat sekolah. Tapi tema yang mau saya bicarakan bukan tentang pemilihan wakil kepala sekolah kali ini, mungkin lain waktu kalau saya inget.
Kata seorang temen, kalau anda mengalami insomnia, itu penyakit sulit tidur, maka anda harus rajin shalat jum'at. Seperti saya alami pas jum'atan di sekolah, maksudnya di masjid yang dekat sekolah, bener-bener saya tidak tahu apa yang disampaikan khatib ketika khutbah. Saya tidur sangat pulas sambil tetap duduk. Jadi ketika shalat mau dimulai saya tetap terduduk sampai orang di sebelah saya membangunkan. Mungkin dia takut saya jadi malu kalau sampai nggak ikut Jumatan.
Pulang Jumatan, saya bareng Pak Misdar. Pak Misdar rumahnya deket sekolah tempatku ngajar, di sebelah barat tembok keliling. Saya kenal dekat dengan Pak Misdar karena dulu pernah minta tahi kambing ke beliau untuk mupuk tanaman hias milik instriku. Dulu juga dia sering kerja di sekolah benerin kursi yang rusak, yang kakinya tinggal tiga diamputasi sama siswaku. Kadang-kadang dia juga mbantuin Pak Ngaliman, penjaga sekolah kami, motong rumput, atau ngecat. Yang saya ingat dulu dia bikin kepang ( kepang itu anyaman bamboo yang biasanya dipakai buat dinding rumah orang jaman dulu. Kalau sekarang orang yang rumahnya pakai kepang berarti termasuk orang miskinlah). Tapi saya nggak ingat itu kepang buat apa waktu itu...orang sekolah nggak pernah bikin dinding dari kepang.
Sambil jalan tanganku yang kiri saya taruh dipundaknya yang kiri juga, dan saya berjalan disebelah kanannya. Saya merasa Pak Misdar udah beranjak tua sekarang. Tubuhnya kecil, rambut keritingnya kelabu..dan giginya kecoklatan kena nikotin dan nggak disikat. Tapi nyengirnya tetap bagus...karena tulus.
"Pak Udin awet ya di MAN" itu Pak Misdar yang ngomong.
"Iya, Pak. Udah nyoba ngelamar ke sekolah lain, tapi udah nggak ada yang mau nerima, hehe...Udah ketuaan kayaknya"
"Ah masa..."
"Eit, masa Pak Misdar nggak percaya saya"
"Pak Afif sama Pak Tardi udah di mana sekarang?"
Pak Afif dan Pak Tardi itu teman seangkatan saya masuk jadi guru di sekolahku tahun 1996 dulu. Sekarang keduanya udah pindah. Pak Afif ke Kudus ngajar di SMA, Pak Tardi di Semarang, denger-denger sekarang di SMA 5. Yang pasti udah pada jadi pejabat sekolahlah...
"Udah pada [indah ke kota, Pak Misdar"
"Pak Udin betah ya di Majenang..."
"Kalau saya sih dimanapun kalau ada teman betah Pak. Teman, tetangga, kan saudara juga...saya betah terutama kalau lagi punya uang...kalau nggak suka pengin keluyuran saja, cari tambahan..."
Pak Misdar, dari 1996 berarti sudah 15 tahun aku mengenalnya, jalannya sekarang agak pincang. Mungkin karena usianya. Sebenarnya saya ketemu Pak Misdar pertama itu di kost waktu saya baru pertama datang di Majenang, baru keinget sekarang nih. Waktu itu dia kerja di kostku atas perintah ibu kostku..
Dua atau tiga tahun yang lalu saya dengar anaknya sakit. Suatu sore saya datang ke rumahnya bareng istri untuk njenguk. Rumahnya dindingnya kepang, sangat mungkin dianyamnya sendiri, bercat putih, maksudnya kapur.
"Sakit apa Pak putranya?"
"Itu Pak. Kan baru pulang dari pondok (maksudnya pondok pesantren). Sampe di rumah kok dieeem saja nggak mau ngomong. Duduk saja tiap hari, bengong. Mungkin nggak kuat ngaji kitab tertentu..."
"Oooh..." aku yang pasti nggak mudheng. Jadilah sore itu saya punya pengetahuan baru: kalau ada anak diam saja berarti dia habis belajar kitab yang dia belum masa mempelajarinya.
Masih merangkul Pak Misdar obrolan berlanjut.
"Kambingnya masih berapa Pak?"
"Udah habis Pak Udin"
"Wah..ya saya nggak bisa minta tai kambingnya buat mupuk"..
"Sekarang saya udah nggak dipakai sama MAN", kedengarannya mengeluh nih. Pinter juga mengalihkan pembicaraan kaya presenter tivi.
"Sekarang kalau motong rumput pakai mesin, Pak. Jadi cukup Mang Ibun yang ngerjain.."
"Sekarang makin susah cari orang yang mau memakai tenaga saya"...
"Berarti sama kaya saya, Pak"
"Sama gimana Pak Udin ini ah...ya jelas beda.."
"Sama...saya juga mau pindah nggak ada yang mau nerima...udah ketuaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Misdar
General FictionOrang yang hampir tidak pernah kita sebut namanya, ternyata banyak di sekitar kita. Yang berjalan dalam diam, dan menyimpan segala rupa dalam dadanya ...