Beautiful Pain

188 17 0
                                    

"Dari sekian banyak orang mengapa harus kau yang ku cintai?"

-Beautiful pain

🌈

Hujan menemani sang gadis yang tengah termenung dibawah sebuah pohon besar. Terduduk sendiri sambil menatap lurus kedepan tanpa ada niatan untuk bangkit meninggalkan tempat itu. Tak ada alasan dia untuk pergi, meskipun awan hitam mulai terbentuk kembali dan siap menumpahkan air hujan yang mungkin tidak akan berhenti hingga esok pagi. Hoodie putih beserta celana yang serupa, yang ia kenakan juga sudah mulai basah kuyup.

"Ini membuatku semakin tak berarti lagi. Dia selalu melanggar janjinya, dan harus membuatku menunggu yang merupakan sebuah kebencian yang harus kujalani." Ucap sang gadis, Ashilla Mirea Deyandra

"Dia selalu mengulanginya, tanpa ada kata 'maaf' keesokannya."

Surai kecoklatan miliknya kini mulai menutupi pipinya yang basah karena air hujan dan air mata yang sudah bercampur tak terlihat. Sebuah surat yang terbungkus pada amplop merah muda kini berada digenggaman tangan kanannya. Mungkin saja, tulisan pada surat itu sudah memudar atau bahkan kertasnya sudah sobek. Ashilla tak peduli. Menyakitkan.

"Kau selalu seperti ini jika sering kulihat dari kejauhan. Ini sudah kesekian kalinya kuperingatkan. Jangan tepati janji jika bertemu dengannya. Dan kau selalu tepat waktu untuk sekedar bertemu dan bertatap muka lalu pergi. Kau selalu menunggunya yang belum tentu kau bisa dapatkan nantinya. Keberapa kali ini dia terlambat? Kau pikir hatimu itu sebuah mainan tahan banting? Tidak. Hatimu hanya sebuah kaleng parfum yang jika dilemparkan kesebuah objek, ia akan meledak kencang saat dia masih terisi penuh. Lalu apa jadinya jika ia kosong?" Jelas Andires Niel Magenta panjang lebar yang baru saja datang membawa sebuah payung pada genggaman tangan kirinya lalu ia sejajarkan pada tubuh Ashilla yang otomatis membuat tubuhnya kini dibasahi air hujan secara langsung.

"Dia akan diambil lalu dibuang begitu saja ketempat sampah." Sahut Ashilla

Ashilla mendongak lalu mendapati Andires sedang menunduk menatapnya. Ia menangkap sebuah tatapan kasihan disana. Yaa, di mata onxy itu. Mata setajam elang jika sang empu sedang marah, dan mata seterang bulan jika sang empu sedang tersenyum.

Kemeja biru laut dengan kaos putih serta celana bahan berwarna hitam yang Andires kenakan ikut serta seperti nasib pakaian Ashilla.

"Kumohon jangan menatapku seolah kau merasa kasihan padaku. Itu memuakkan." Ucap Ashilla seraya berdiri mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan lawan bicaranya yang hanya setelinganya itu.

"Jangan terlalu menggangapku dan seolah kau sangat dekat denganku. Pergi dan menjauhlah dariku karena kau yang menyebabkan aku harus menunggu disini," jelas Ashilla.

"Kau selalu membuatku menunggu, menunggu dan menunggu. Apa yang kau pikirkan tentangku? Apa hanya teman atau sahabat? Sehingga kau selalu membuatku seperti orang yang bodoh dan idiot saat berurusan denganmu. Kau tau, bahkan sangat tau jika aku sangat membenci menunggu, yang mungkin bisa membuatku lelah dan berhenti untuk menyukaimu. Kumohon jangan lakukan itu," ujar Ashilla

"Kenapa? Aku melakukan itu karena kesalahanmu sendiri. Jangan melimpahkan semua kesalahan ini hanya padaku, kau juga harus memikirkannya. Dan siapa sebenarnya disini yang paling bersalah untuk semua. Apakah aku, kamu atau dia?" Ucap Andires.

☁☔🌈

Hae!
Untuk prolog yg nulis Aqilaghania89

Semoga suka

Beautiful PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang