Woohyun mengambil sehelai kanvas dan melampiaskan kekesalan hatinya dengan mulai mencoret. Tiap kali suasana hatinya sedang tidak baik ia akan datang ke fakultas kesenian dan bergabung dengan mahasiswa seni. Melihat mereka begitu serius memahami coretan demi coretan seolah mengobati luka hatinya.
Ditempat ini ia merasa dirinya hidup dan bernyawa. Ia diterima dan diakui sebagai teman, sahabat, bahkan mentor bagi mahasiswa baru yang ingin serius mendalami dunia melukis. Beban berat yang berada dipundaknya seolah lepas begitu saja jika sudah mencium bau cat minyak berbagai warna.
Woohyun tidak tau sampai kapan seperti narapidana yang diberikan hukuman seumur hidup. Bukan salahnya jika ibunya memilih bercerai dengan ayahnya yang memiliki hobi main perempuan.
Ia bosan melihat dengan mata kepalanya sendiri ayahnya membawa perempuan lain kedalam rumah mereka. Tiap kali woohyun bertindak untuk memberi pelajaran pada semua wanita itu, tapi ibunya selalu melarang. Tiap kali woohyun bertindak untuk memberi pelajaran pada semua wanita itu, ibunya selalu merang dirinya. Ibunya memilih untuk tetap bertahan demi kebahagiaan woohyun.
Puncak kesabaran ibunya berakhir adalah saat salah satu simpanan ayahnya menuntut untuk dinikahi. Tak akan pernah terlupakan pertengkaran hebat malam itu.
"Kau boleh membawa semua wanita itu tapi aku menolak jika dia jadi nyonya dirumah ini " teriak ibu pada ayahnya.
"Aku harus bertanggung jawab karna Na Eul sudah hamil" ucap ayahnya.
Tangis ibu pecah mendengar kalimat suaminya. Dipukuli tubuh ayahnya dengan sekuat tenaga, kesabaran ibu mencapai titik puncak.
Selama ini ia bersikap tidak peduli dengan semua penghianatan suaminya. Ia sama sekali tidak menyangka jika ayahnya akan bertindak lebih jauh lagi dan semakin membuat sakit hati."Apa kau sama sekali tidak memperdulikan perasaanku?" teriak ibu.
"Chew song haminda (maafkan aku)!" ujar ayah.
"Bukan itu yang inginku dengar! Bagaimana dengan nasib anak kita? Selama ini aku bertahan karna woohyun, aku ingin memberikan kehidupan terbaik untuknya".
"Tidak akan ada yang berubah, woohyun juga anakku dan akan kuberikan hal terbaik untuknya" ucap ayah.
"Baik, kau harus berjanji padaku untuk memberikan semua saham perusahaan pada woohyun bukan pada anak dari perempuan yang kau hamili"
"Baiklah, jika itu maumu"
"Kalau begitu sekarang ceraikan aku"
"Jangan seperti itu, gihoeleul juseyo (berikan aku waktu)" ucap ayah kaget mendengar permintaan ibu.
"Waktu untuk apa? Untuk melihat kemesraan kalian dalam rumah yang sama? Kau pikir aku tak punya hati dan perasaan?" teriak ibu sambil menangis.
Woohyun hanya bisa terpaku mendengar dan melihat ayahnya memperlakukan ibunya seperti patung mati yang tidak bisa melawan. Hatinya terasa sesak melihat airmata ibu yang terus menetes saat membereskan semua barang miliknya.
Kesetiaan ibu selama ini sama sekali tidak berharga dimata ayah. Jika tidak ingat pesan ibu. Ingin rasanya woohyun terjun bebas kedalam sungai han dari atas jembatan banpao.
Ibu berpesan agar woohyun menjadi pewaris tunggal perusahaan. Ibu tidak ingin woohyun tersingkirkan oleh wanita simpanan ayah.
Biarlah ibu mengalah demi masa depan putra kesayangannya.
Ibu memilih tinggal dengan orang tuanya di chamseok untuk hidup tenang. Ia meminta woohyun untuk tidak menyerah dan kalah pada siapapun yang akan menguasai harta ayahnya.Karna itulah woohyun melepas impiannya menjadi pelukis dan mendaftar kejurusan managemen bisnis sesuai keinginan ayahnya.
Hingga tahun kedua ia masih bisa menahan hasratnya untuk tidak memegang kuas dan kanvas, tapi setelah suatu kali dia singgah di fakultas seni dan mengenal banyak orang yang mempunyai minat sama, hasrat dan impiannya kembali bergejolak.
Ia melupakan tugasnya sebagai mahasiswa managemen dan lebih aktif difakultas seni meski hanya bisa maruk kelas workshop saja.
Dari kelas melukis ini ia mengenal kim taehee, atau akrab disebut taehee mahasiswa tingkat akhir yang merangkap menjadi assisten dosen. Melihat minat melukis woohyun yang begitu tinggi ia rela membagi sedikit waktunya untuk berbagi pengetahuan nya tentang dunia melukis pada woohyun.
Taehee menerangkan berbagai aliran dalam seni lukis yang bisa dipilih oleh woohyun untuk ditekuni.
Begitu banyak ilmu dan pengetahuan yg taehee berikan hingga membuat woohyun kembali semangat melanjutkan impiannya yg sempat terhenti.
•••••••
~~~~~~~~~~~
Kebebasan woohyun menikmati dunianya ternyata hanya berlangsung sementara. Ayahnya mengetahui jika anaknya selama ini tidak pernah hadir dalam kelas dan memilih mengikuti kelas seni.
Ia marah besar karna woohyun menanggap remeh pendidikan karna itu merupakan modal untuk menggantikan dirinya setelah pensiun.
"Kau pikir bisa seenaknya sendiri menentukan jalan hidup?" teriak tuan nam pada woohyun yang berdiri dihadapannya.
"Aku cuman ingin melakukan apa yang ingin ku lakukan ayah" woohyun berusaha membela diri.
"Melakukan apa? Melukis? Apa dengan melukis kau bisa membangun perusahaan sebesar ini?"
Woohyun tidak bisa mengucapkan sepatah katapun.
"Jika tidak ingat pesan ibumu aku tidak mau pusing melihat perilakumu yang semakin tidak bisa diatur ini"
"Jangan bawa-bawa ibu!!
Semua ini kulakukan dengan kesadaran sendiri"Tuan nam menertawakan pembelaan woohyun.
"Baiklah! Sekarang kau boleh memilih tetap melanjutkan kuliah atau menjadi seniman tapi jangan tinggal bersamaku". Suara tegas tuan nam membuat woohyun tersentak.
Ancaman ayahnya kali ini tidak main-main. Ia bahkan rela mengusir anak kandungnya sendiri dari rumah.Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paint My Love
FanfictionFollow Dulu Baru Baca... Prolog Paint My Love adalah kisah woohyun seorang playboy tampan yang kaya raya dengan yoon Bomi, gadis pendiam, kaku, kuper, yang mempunyai masa lalu yang kelam. cinta bukan sekedar ucapan SARANGHEYO semata. akan ada perjua...