Ve dengan bola-bola angin yang berputar di telapak tangannya, dengan lincah menyerang Ayana berkali-kali tanpa henti. Membuat Ayana yang masih dalam keadaan terluka dengan sayatan-sayatan di permukaan kulitnya, begitut kerepotan untuk menghindari serangan-serangan tersebut. Beberapa kali ia mendapatkan kesempatan untuk menyerang balik, beberapa kali pula ia berpikir bahwa Ve yang dihadapinya bukanlah Ve, melainkan boneka, marionette, tubuh tanpa kuasa.
“Kak Ve! Apa-apaan sih?! Hey Kak!” seru Ayana panik. Nafasnya yang semakin memburu seiring dengan bertambah cepatnya serangan-serangan yang dilancarkan Ve.
“Ay! Lari! Lari yang jauh! Minta bantuan Nabilah sama Yuriva kalo bisa! Cepetan!” dalam kondisinya yang sekarang, Ve hanya bisa berseru, berteriak tanpa melakukan apapun atas kehendaknya sendiri.“Tapi kalau ditinggal sendiri---“
“Cepetan! Jangan banyak tapi!”
“Hah. Meski dia mampu mengendalikan hampir semua elemen, tapi sepertinya dia tidak mengetahui kemampuan dari elemen air yang satu ini. Atau dia belum tahu?” dengan santainya, Naomi meledek Ayana. Masih menguasai tubuh Ve, ia menghalangi Ayana yang hendak pergi ke tempat di mana Nabilah dan Yuriva berada.“Mau ke mana?!” ucap Naomi dingin. Kali ini, lengan kirinya sedikit lebih jauh di renggangkan dari lengan kanannya. Jemarinyapun bergerak tak seirama dengan jemari tangan kanan, namun seirama dengan pergerakan Ayana.
“A---apa?! Ada apa dengan tubuhku ini?! Ti---tidak dapat kugerakkan!” seru Ayana terkejut. Ya, kali ini Naomi berhasil mengambil alih gerakan Ayana. Ia telah menguasai darah yang mengalir di dalam tubuh Ayana.
“Kupercepat saja kali ini. Kalian berdua, akan saling bunuh satu sama lain. Sekarang.” Ucap Naomi datar. Kedua matanya kembali memandang dengan tatapan dingin, begitu meneror siapa-siapa saja yang melihatnya.
Seiring dengan ucapan Naomi, Ayana dan Ve berlari menyerbu satu sama lain. Dengan akar-akar listrik yang menjalar dan menari cepat di tangan kirinya, sementara kobaran api merah yang terlihat begitu pekat warnanya, Ayana berlari dengan kecepatan penuh. Menyambut Ve yang juga berlari ke arahnya dengan dua pedang angin yang siap ditebaskan.
“Ayana awas!!!” seru Ve.“A---Aku gak bisa gerak!!!” sahut Ayana.
Krrrkk…
“Cukup, Kak.” Sinka yang tiba-tiba muncul dari tengah kegelapan hutan, langsung berdiri di antara Ayana dan Ve yang sudah saling berhadapan dalam jarak yang begitu dekat. Dengan es yang langsung membelenggu tubuh kedua kawannya tersebut, ia berhasil menghentikan aksi saling bunuh di antara mereka.“Dan kau pikir kedatanganmu bisa begitu saja menghentikanku?” tanya Naomi dingin. Dalam sekejap, ia telah berada tepat di belakang Sinka. Dengan belati es di kedua tangannya, ia berhasil melukai Sinka tepat di kedua pundaknya.
“Tentu tidak, Kak. Tapi mereka.” sahut Sinka meringis menahan sakit.
“Hah?!”
BLAARRR!!!
Ledakan menyelimuti mereka berdua. Pukulan dari Ayana dan Ve yang telah dibebaskan oleh Sinka dari belenggu es miliknya sendiri, kali ini berhasil mendarat dengan sangat telak di punggung Naomi. Dalam kepulan uap yang begitu tebal dan membumbung tinggi, Sinka, Ayana, dan Ve melompat keluar menjauhi Naomi yang tersungkur di atas satu lututnya. Meski tertutupi oleh uap, keberadaan Naomi masih begitu terasa mengancam untuk mereka bertiga.
“Kak Ve! Gimana bisa keluar dari kubah Aku?!” seru Sinka.“Yuriva bilang kalo gelang yang dari kamu tadi udah berubah warna jadi biru, kami semua bisa keluar.”
“Emangnya tadi udah biru?!”
“Udah lah. Makannya bisa keluar juga.”
“Ternyata proses penyembuhannya lebih cepat dari yang kuperkirakan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Season 2 Hunted (Completed)
FanfictionCerita ini lanjutan dari season 1 nya yaitu "TOP HUNTER". Disarankan untuk membaca season 1 nya agar jalan ceritanya tidak membingungkan untuk anda.