[Multi media: Yeouido Park taken May 2015, while I accross the street)
---
Ji Hoon menyodorkan satu gelas karton tahan panas ukuran mungil pada Seung Ah. Tebaran harumnya coklat seketika memenuhi rongga penciuman gadis itu yang kini tengah berdiri memperhatikan jalanan lewat jendela kaca sebuah mini market di dekat Yeouido.
Seperti mood perempuan, cuaca di Seoul kadang tidak bisa di tebak. Mereka baru saja berhambur ke dalam mini market di dekat halte bus Yeouido, karena tiba-tiba hujan menguyur deras tanpa peringatan. Daripada kembali ke halte dan berteduh yang hanya akan membuat bagian kaki tetap basah, Ji Hoon barusan menarik tangan Seung Ah untuk ikut segera dengannya masuk ke dalam sebuah mini market.
“terima kasih” Ujar Seung Ah pendek menerima gelas karton tadi sambil melirik sekilas pada Ji Hoon yang sedang meniup uap panas yang mengepul dari gelas miliknya. Ji Hoon hanya tersenyum dengan sedikit menaikan alisnya.
Seung Ah segera menyesap coklat panas miliknya. Rasa panas mulai menjalari lidah dan turun menuju saluran pencernaannya.
Kepulan uap hangat keluar dari mulut gadis itu ketika membuka sedikit mulutnya.
“enak sekali" Seung Ah mencicit pelan.Lagi-lagi tanpa ampun Ji Hoon tersenyum pada gadis di sampingnya. Kali ini tanpa melepas tatapannya.
Tatapan mereka sempat bertemu sebelum Seung Ah membuang pandangannya kembali pada pemandangan di kaca jendela mini market.
Ada perasaan aneh yang mendadak merayap naik ke dadanya ketika tatapan mereka saling mengunci, barusan.
Jalan raya dan trotoar telah basah tergerus guyuran hujan yang deras. Beberapa orang masih berlalu-lalang dengan langkah yang tergesa dengan payung transparan mereka.“Mestinya saat ini kita sudah sampai di taman, ya" Ujar Ji Hoon setelah beberapa sesapan kecil dari gelasnya. Pandangannya lurus ke luar jalan raya, seolah mencari apa yang sedang di pandangi gadis di sampingnya itu.
"Salahku sih. Aku lupa mengecek prakiraan cuaca hari ini. Kupikir karena paginya cerah, sepanjang hari jadi ikut cerah" Seung Ah masih tetap diam tak menanggapi kicauan Ji Hoon.
"Kemana saja kau, belakangan ini? Aku jarang sekali melihatmu" Seung Ah akhirnya membuka suara. Pertanyaan yang telah menggelitiknya sejak tadi pagi ketika Ji Hoon muncul di depan apartemennya akhirnya keluar dari mulutnya.
"Wah, aku gak sangka ada yang merindukanku juga selama aku tidak ada" Cengiran khas Ji Hoon muncul kembali di wajahnya.
Seung Ah memutar bola matanya.
"Biasanya kan kau lebih banyak terlihat di apartemen seperti orang yang punya banyak waktu senggang""Enak saja. Kau pikir aku penggangguran dengan masa depan yang suram, ya? Aku juga punya kesibukan yang menghasilkan uang"
"Kesibukan apa? Kencan dengan banyak wanita itu kau sebut kesibukan?"
Tangan Ji Hoon berhenti menyorongkan gelas ke bibirnya mendengar ucapan Seung Ah barusan.
Sedetik kemudian dia terkekeh.
"Kau cemburu, yaaa?" Sikunya menyenggol bahu Seung Ah, pelan."Ayooo...bilang saja kalau kau cemburu~" Ji Hoon terkekeh jahil.
Sebenarnya Seung Ah bernapas lega. Tadinya dia berpikir kata-katanya barusan kepada Ji Hoon sedikit terlalu kasar. Untung saja Ji Hoon menanggapi dengan santai. Atau setidaknya itu yang dipikirkan Seung Ah.
"Ya, terserah kau saja mau berpikir apa. Aku pikir kau sedang mengasingkan diri karena habis bertengkar dengan pacarmu""Bertengkar apa? Lagipula pacar yang mana. Seingatku, aku tidak pernah bilang punya pacar padamu"
"Lalu siapa yang kau ci..." Seung Ah membekap mulutnya.
"Maksudku aku tak sengaja melihatmu dengan seorang gadis di depan kamarmu, tempo hari. Aku tidak bermaksud mengintip ya. I...itu...kebetulan saja"
Seung Ah terbata-bata karena tiba-tiba Ia jadi merasa canggung mengungkit-ungkit hal tersebut. Toh, mereka hanya tetangga. Tidak lebih."Sepertinya hujan sudah reda. Sebaiknya kita melanjutkan rencana awal kita" alih-alih menanggapi Seung Ah, Ji Hoon malah mengedarkan pandangannya ke luar kaca jendela mini market.
Beberapa orang sudah kembali berjalan-jalan di trotoar tanpa menggunakan payung. Hujan mulai reda dan langit kembali cerah.Ji Hoon tanpa komando meraih gelas karton milik Seung Ah dari tangan gadis itu. Ia lalu menghampiri tempat sampah di dekat pintu mini market, dan menjebloskan gelas kosong miliknya dan Seung Ah ke dalam tempat sampah tersebut.
Pintu mini market bergeser setelah Ji Hoon menekan tombol, lalu keluar sambil menggoyangkan kepalanya memberi isyarat pada Seung Ah untuk mengikutinya.Genangan air masih banyak berkumpul akibat hujan deras barusan di atas trotoar yang mereka lalui. Seung Ah berlari kecil berupaya mensejajarkan langkahnya dengan Ji Hoon yang memiliki tungkai kaki lebih panjang darinya.
Ji Hoon lagi-lagi mendadak menggenggam tangan Seung Ah. Ia melirik gadis di sampingnya yang barusan tergopoh-gopoh berusaha menyamai langkahnya.
Langkah Seung Ah terhenti seketika.
Gadis itu terkejut.
Ji Hoon tersenyum sambil menarik genggaman tangannya dengan Seung Ah untuk meneruskan langkah mereka.
"Aku dan Chaerim tidak pernah pacaran"
Langkahnya melambat."Aku lebih baik berpacaran dengan orang yang membuat hatiku selalu riang tanpa beban. Ya, seperti dirimu contohnya "
Seung Ah masih mengikuti langkah Ji Hoon dalam diam.
Genggaman tangan Ji Hoon terasa begitu hangat pada telapak tangan Seung Ah. Rasa hangat itu dapat ia rasakan menjalar hingga dadanya, meningkatkan degup jantungnya, membuatnya sempat kehilangan orientasi sesaat. Rasanya seperti melihat kembang api yang berbunga di angkasa malam.
Tiba-tiba Seung Ah ingin memiliki kekuatan untuk dapat menghentikan waktu.
Saat ini awal musim gugur. Belum banyak pohon-pohon menguning tanda siap meranggas, mengugurkan daunnya satu-satu. Jika sudah, saat ini adalah saat yang paling sempurna menurut Seung Ah untuk diabadikan.
"Kau belum jawab, kau menghilang kemana dua minggu belakangan?" Seung Ah menengok pada Ji Hoon.
"Kau juga belum jawab, kau mau atau tidak?"
"Mau atau tidak apa?"
"Mau atau tidak jadi pacarku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Explicit Love Story [On Going]
FanfictionJi hoon buru-buru menanggalkan kaosnya sembarangan di depan Seung Ah lalu menyambar kemeja tadi. Seung Ah pura-pura cuek sambil terus menekuni majalah di hadapannya. Setidaknya itu yang dilihat Ji Hoon, padahal sejak Ji hoon membuka kaosnya, Seung A...