Arsen memulai hari minggunya dengan lari pagi mengitari alun-alun kota Jogja. Tubuhnya kini dibasahi oleh peluh yang menetes. Tak berlangsung lama, Arsen mendudukkan dirinya di trotoar jalan, masa bodoh pikirnya, yang penting kakinya bisa beristirahat dan ia bisa menetralkan napasnya.
Tak jauh dari Arsen duduk berselonjor kaki, pandangan Arsen kini tertuju pada seorang gadis yang terduduk di kursi roda. Wajahnya manis, kulitnya putih tapi cenderung kuning langsat, rambutnya berwarna hitam dan panjang sebahu, kira-kira tingginya 160cm, berbeda jauh dengan Arsen yang memiliki tinggi 180cm. Sudah sejak lama sebenarnya Arsen penasaran dengan gadis berkursi roda itu. Karena Setiap minggu pagi, ia akan selalu berada di pinggiran alun-alun, sekedar melihat orang-orang yang berlarian kesana kemari ataupun tukang becak yang memulai aktifitasnya untuk mengais rejeki.
Arsen bangkit dari duduknya, hendak mendekati gadis berkursi roda tersebut. Mungkin tak ada salahnya jika ia mengajak gadis itu untuk berkenalan, dari pada ia akan mati penasaran karena tak tau nama gadis itu.
***
Mulai melangkahkan kakinya mendekat, Arsen dibuat gadis itu mematung karena baru saja ia melihat gadis berkursi roda itu tersenyum melihat dua orang bocah yang sedang berebut mainan, segera ia sadar dan kini Arsen sudah ada di samping gadis itu.
"Hai" sapa Arsen dengan riang, membuat gadis yang disapanya mendongakkan kepala menghadap Arsen yang berdiri.
"H-hai" sapa gadis itu membuat Arsen berbinar dan duduk di tanah, mensejajarkan tubuhnya pada gadis berkursi roda itu.
"Aku Arsen, siapa nama kamu?" Arsen mengulurkan tangannya, dengan kikuk gadis itu menyambut uluran tangan Arsen.
"Aku Naya, salam kenal Arsen." Naya tersenyum, membuat Arsen juga tersenyum.. akhirnya ia tahu nama gadis ini.
"Naya? Nama yang cantik.. oh ya, aku sering liat kamu disini tiap hari minggu" ujar Arsen, Naya menolehkan pandangannya penuh tanya.
"Kamu sering liat aku?" Tanya Naya membuat Arsen mengangguk antusias
"Iya, dan tiap kali aku mau mendekat ke kamu, pasti kamu udah ilang duluan. Kamu kaya hantu. Dateng dan ilang tiba-tiba" Arsen mengutarakan isi hatinya, membuat Naya tersenyum menanggapi tingkah Arsen.
"Setiap jam 9 aku pulang, di jemput sama Ayahku" ujar Naya masih tersenyum
Arsen melirik jam tangan miliknya dan ia mendesah kesal "yah.. berarti 10 menit lagi kamu pulang?" Tanya Arsen, kini ekspresinya cemberut kesal, membuat Naya berpikir bingung... sepertinya cowok di hadapannya ini punya banyak ekspresi.
"Maaf Arsen, tapi mungkin minggu depan kita bisa ketemu lagi. Jam 6 pagi, aku biasanya udah ada disini" kata Naya antusias. Bagaimana tidak? Seumur hidup ia tak pernah punya teman, apalagi lawan jenis seperti Arsen, sebenarnya ia punya satu, tapi itu anak pembantunya, namanya Indah, ia yang terkadang membantu Naya untuk bepergian dan mendorong kursi roda miliknya.
"Benar? Jam 6 pagi? Oke.. aku tunggu kamu minggu depan disini. Nanti kita jalan-jalan, kamu mau kan?" Tanya Arsen penuh semangat, sedangkan Naya tampak berfikir sejenak.. Seakan mengerti kekhawatiran Naya, Arsen pun menjelaskannya
"Jangan takut sama aku ya? Aku anak baik-baik kok. Tenang aja. Kalau ada orang jahat akan aku hajar mereka, aku bisa silat" ujar Arsen lalu memperagakan beberapa jurus silat yang pernah dipelajarinya. Membuat Naya terkekeh.
"Kamu lucu.." gumam Naya disela kekehannya sedangkan Arsen hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia merasa seperti orang bodoh saat ini.
Tak lama muncul lelaki paruh baya, kira-kira umurnya sudah mencapai kepala lima, yang sudah pasti itu adalah Ayah Naya.
"Ayo kita pulang, sudah jam 9 sekarang" lelaki itu mengajak Naya untuk pulang, namun sebelum itu, ia menyadari keberadaan Arsen yang menurutnya adalah pemandangan yang asing.
"Kamu siapa?" Tanya Ayah Naya
Arsen tersenyum tampan, dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan menyalami orang yang lebih tua darinya itu.
"Saya Arsen pakde, teman Naya" kata Arsen sambil tersenyum, membuat Naya juga tersenyum.
"Benar dia teman kamu? Bukan orang yang mau mengganggu kamu?" Ayah Naya tampak khawatir dan memandang putri satu-satunya itu cemas.
"Iya ayah.. Arsen teman baru Naya, dia baik kok. Iya kan Arsen?" Naya memandang Arsen, dan Arsen langsung mengangguk antusias
"Iya pakde, saya anak baik-baik kok. Gak ada niat jahat" ujar Arsen sambil memamerkan jari telunjuk dan tengah nya membentuk huruf V, membuat Ayah Naya tertawa
"Haha.. iya iya.. saya percaya, kamu anak baik-baik. Nah.. karena kamu teman Naya, jangan panggil pakde, panggil Ayah saja" Ayah Naya yang bernama lengkap Kusnadi itu mengembangkan senyumnya dan menepuk bahu Arsen pelan.
"I-iya yah..hehe" cengir Arsen
" ya sudah.. kami tinggal dulu ya nak Arsen, Naya belum minum obat soalnya" pamit Kusnadi, dan mendorong kursi roda yang di duduki Naya.
Sebelum itu Naya mengembangkan senyum manisnya, dan melambaikan tangan pada Arsen yang kini mematung.
TBC
BAGAIMANA PART PERTAMA NYA? SUKA???
JUJUR INI GUE AMBIL DARI KISAH NYATA DI LUARAN SANA.
DAN GUE BERI TAMBAHAN SEDIKIT SUPAYA CERITA NAMPAK LEBIH HIDUP.JANGAN LUPA BUAT KASIH VOTE DAN KOMENTAR.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Waktu [PCY]
Short Story[SLOW UPDATE] Lelaki itu tuna netra. Wanita itu lumpuh kakinya. "lalu biarkanlah aku untuk menjadi kakimu... kita akan berjalan berdua mengelilingi dunia" "dan biarkanlah aku pula untuk menjadi matamu... kita akan melihat berdua indahnya dunia"