2

30 4 0
                                    

Arsen pulang kerumah dengan wajah sumringah, membuat orang-orang dirumahnya melihat Arsen heran, karena tak biasanya cowok berumur 20 tahun itu terlihat begitu bahagia. Terakhir kali ia terlihat seperti itu adalah 8 bulan yang lalu, dimana Arsen yang kala itu memutuskan hubungannya dengan Nadia, pacarnya dulu yang memacarinya karena fisik Arsen yang tampan, juga karena ia matrealistis. Saat itu Arsen terlihat senang bukan kepalang, cowok itu memang aneh.

"Mas Arsen kenapa senyum-senyum sendiri? Kesambet setan alun-alun ya mas?" Retno, Ibu Arsen melihat anak semata wayangnya itu dengan heran, pasalnya semenjak Arsen masuk kedalam rumah ia sudah cekikikan sendiri.

"Yee.. si mamah, Arsen tuh lagi bahagia tau mah, barusan ketemu bidadari" kata Arsen masih tersenyum dan mengambil minuman di dalam kulkas.

"ngawur kamu mas, mana ada bidadari di alun-alun dan pagi-pagi kaya gini?" Retno hanya geleng-geleng kepala heran dan melanjutkan mengaduk masakan diwajan.

"Arsen serius tau mah, namanya Naya. Arsen baru kenalan tadi" kata Arsen antusias sambil memeluk mamanya yang sibuk memasak.

"Iya-iya, mama percaya. Mas Arsen mandi dulu sana, bau keringet, nanti mama ikutan bau kamu peluk-peluk" Retno menyingkirkan lengan anaknya, Arsen memang begitu, karena ia anak satu-satunya, jadi ia tak segan-segan untuk bermanja-manja pada mamanya.

"Ih mama, Arsen masih tetep wangi kaya gini kok di bilang bau!" Arsen melepaskan pelukannya, dan mengomel sendiri sambil berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Retno hanya terkikik geli melihat tingkah Arsen yang masih seperti bocah berumur 10 tahun.






Arsen masuk kedalam kamarnya, namun bukannya langsung menuju kekamar mandi, cowok itu malah berbaring diranjangnya sambil menatap plafon kamarnya.

"Naya..." Arsen bergumam pelan sambil tersenyum gembira. Rasanya Arsen sudah seperti bocah SMP yang baru saja mengenal cinta. Sibuk tertawa-tawa sendiri hingga oranglain menganggap ia kerasukan dan harus dibawa ke tempat rukiah terdekat.








###




Esok harinya, Naya tampak berbeda dari biasanya. Sejak kemarin, saat pertemuan pertamanya dengan Arsen, ia terlihat  lebih banyak tersenyum dan senang bercanda. Kusnadi yang melihat tingkah putrinya itu juga terlihat sama bahagianya, ia senang, karena biasanya Naya hanya akan berdiam diri didalam kamarnya, dan membaca novel miliknya yang sudah berulang-ulang kali ia baca.

"Anak ayah sepertinya lagi bahagia ya?" Ujar Kusnadi yang kini berjalan mendekat pada Naya yang sedang duduk dikursi roda miliknya di dekat jendela kamarnya yang terbuka lebar.

"eh ayah.. enggak kok yah, Naya kan biasanya begini?" Elak Naya

"Kamu mau coba-coba bohong sama Ayah? Ayah yang udah rawat kamu dari bayi loh, ayah hafal betul sikap dan sifat kamu diluar kepala" Kata Kusnadi sambil mengacak rambut Naya gemas.

"Ayah ingat Arsen? Yang kemarin di alun-alun?" Tanya Naya dan dijawab anggukan Kusnadi yang juga sedang menahan senyumnya. Anakku sudah besar, begitu pikirnya.

"Ada apa dengan Arsen? Kamu suka cowok itu ya?" Goda Kusnadi membuat pipi Naya merona.

"Ih.. bukan Ayah! Naya cuma senang, karena Naya punya teman baru..." kata Naya membuat Kusnadi menahan tawa melihat tingkah malu-malu Naya.

"Dan minggu depan Arsen mengajak Naya untuk jalan-jalan di alun-alun" lanjut Naya membuat Kusnadi menaikkan satu alisnya bingung.

"Kamu yakin mau jalan-jalan sama dia?" Tanya Kusnadi, ia khawatir.

"Yakin yah.. Arsen anak yang baik. Dia beda, gak kaya teman-teman Naya yang suka mengejek dan menjauhi Naya karena Naya lumpuh" ujar Naya menunduk, membuat Kusnadi tak tega.. mungkin ini saatnya untuk Naya bisa merasa bahagia. Sudah cukup putrinya itu disiksa batinnya oleh cemoohan teman sebayanya yang bahkan tak ingin berteman dengannya. Mungkin juga Arsen akan benar-benar menjadi teman Naya, dilihat dari pemuda itu yang kemarin terang-terangan mendekati Naya dan mengenalkan dirinya sendiri pada Kusnadi.

"Oke, ayah kasih kamu ijin untuk jalan-jalan sama Arsen minggu depan. Asalkan sebelum kamu berangkat, kamu harus minum obat dulu....Juga, jangan lewat dari jam 10 untuk pulang kerumah" kata Kusnadi sukses membuat mata Naya memandangnya dengan berbinar.

"Jam 10 yah?? Serius?" Tanya Naya tak percaya, pasalnya.. ayahnya itu selalu menyuruhnya pulang jika sudah jam 9 pagi.

"Iya, ayah serius.. nanti kamu minta temani Indah ya? Soalnya hari jum'at sampai Senin ayah harus pergi ke Surabaya"  ujar Kusnadi sedikit menyesal karena harus meninggalkan Naya seorang diri dirumah. Meskipun ada pembantu, tetap saja ia khawatir, mengingat keadaan Naya yang seperti itu.

"Ayah pergi lagi? Ya udah.. gak apa-apa, Lagi pula Naya udah 19 tahun sekarang, ayah gak perlu khawatir" kata Naya tersenyum, membuat Kusnadi juga ikut tersenyum dan mencubit pipi putrinya itu dengan gemas.













TBC

PART 2

YEAAAHHHH....

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA.
BUDAYAKAN UNTUK
"VOTE & KOMENTAR"

Sedikit Waktu [PCY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang