Mata bening itu melirik kanan kiri pertanda berpikir keras. Sanggupkah ia memenuhi permintaan Wak Soleh yang tidak masuk akal itu? Bagaimana mungkin bisa berjualan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Hanya dua hari, dua hari! Sani menjambak rambutnya frustasi. Beberapa helai rontok di sela jemari."Bagaimana, Le? Kalau nggak sanggup menyerah saja. Belajar yang giat, kuliah, baru mikirin kawin," cetus Wak Soleh dengan nada meremehkan.
"Oh, tidak, Wak! Aku pantang mundur demi mendapatkan Lina. Lihat saja, aku pasti berhasil. Mana alamat Mas Bagas, kota sebelah cuma satu jam perjalanan. Aku mau ke sana langsung melihat tempatnya."
Semangat Sani menggelora. Ia mereguk habis es teh dan pamit pulang setelah mengetik sebuah alamat di ponselnya. Ia mengirimkan pesan ke Lina dan Memble untuk ketemuan di taman Kenanga satu jam lagi. Khusus untuk Memble, Sani modus mengajak jalan-jalan santai keluar kota.
Sani berlari pulang, melesat ke dalam kamar mandi. Kebiasaan buruknya bila liburan ia tidak mandi seharian, kecuali kalau setelah melakukan pembuahan tembok, pasti langsung keramas.
Sri memandang anaknya heran. Jejakanya itu terlihat ganteng dengan baju biru, celana jeans pensil dan ransel yang menggantung di punggung.
"Mak, aku mau ke rumah Mas Agas anaknya Wak Saleh. Memble kuajak, Mak. Nanti sore pulang. Assalamualaikum." Sani pamit tergesa.
***
Dia celingukan ketika tiba di taman. Ternyata Lina sudah datang. Gadis berjilbab biru itu duduk di bangku kayu menekuni ponsel. Sani berjingkat ke belakang Lina, mesra ia menutup ke dua mata kekasihnya dengan telapak tangan.
"Kanda, ya ...," manja Lina
"Iya, Dinda. Aku datang ..." Sani duduk di samping Lina. Berdempetan, nyaris tak ada celah tersisa.
"Dinda, Kanda mau tanya. Jawab yang jujur, ya. Ini demi masa depan kita."
"Iya, Kanda."
"Apakah kamu mau menikah sama aku?" Sani meraih jemari Lina kemudian mengecupnya.
"Ya mau lah, Kanda. Impianku kan jadi istrimu." Lina tersipu malu.
"Tunggu tiga bulan lagi, ya. Aku akan menikahimu. Sekarang Kanda harus bekerja dulu, memenuhi permintaan Emak dan Wak Soleh."
Lina mengerjab, memasang tampang tidak mengerti. Remaja itu menarik napas dan bercerita dengan cepat. Otak Lina bekerja keras menangkap ucapan Sani. Matanya melotot, hampir saja meloncat dari tempatnya.
"Jadi, Kanda mau bekerja demi menikah denganku? Aah ... senangnya. Kanda memang baik. Semoga sukses, ya. Supaya kita bisa cepat menikah." Lina berseru kegirangan.
Dia monggoyangkan bahu naik turun, dua tangan terkepal lembut dikepit di bawah dagu. Kaki menghentak syahdu. Manja-manja lucu.
"Oooh, Alhamdulillah. Kanda takut kamu nggak mau, Dinda." Kedua tangan Sani menengadah ke langit, setelah itu diusapkan ke wajah dengan khusuk.
"Ya mau lah, Kanda. Sambil menunggu Kanda sukses, Dinda sekolah di Aliyah dulu. Asiik ... gak sabar rasanya. Aku juga sudah siap, kok, jadi istrimu. Tahu nggak kerjaan setiap hari di panti? Dinda yang merawat bocah-bocah baru, memasak buat mereka, bersih-bersih, mencuci, pokoknya membantu segala urusan pengasuh. Kalau jadi istrimu malah enteng, cuma ngerawat Kanda saja."
"Tapi kenapa orang tua itu nggak mau ngerti ya, Dinda? Padahal kita yang menjalani saja sudah siap. Apa karena usia? Aah, mereka nggak ngerti betapa beratnya Kanda menahan diri."
"Sabar, Kanda."
"Iya, Dinda ...."
Memble menjulurkan lidah mendengar omongan dua sejoli itu, enek. ternyata dia sudah sampai dari tadi dan bersembunyi di balik pohon.
"Wey, wey, aku sudah datang. Jangan mesra-mesra nanti kutabok kalian semua!" Pemuda berisi itu melompat ke depan Sani.
"Sudah datang, Mble? Kalau gitu ayo segera berangkat. Nanti motor kita parkir aja di terminal bis, ya. Dinda, Kanda pergi dulu. Doakan yaaa ...." Sani mengulurkan tangan kanan, segera dikecup Lina penuh perasaan.
"Hati-hati Kanda ...."
Keduanya melambaikan tangan sampai hilang di tikungan tempat parkir motor. Sani membonceng Memble dengan motor matic putihnya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Minta Kawin (Completed) Telah Terbit Di Hazerain
FanficSani, seorang remaja berusia 16 tahun yang baru saja lulus SMP. Dia tidak mau meneruskan sekolah karena mau menikahi gadis pujaan hatinya. Akankah rencananya berhasil? Atau kah malah melenceng?