Segera setelah pintu menutup di belakang punggungnya, ia terisak. Pertahanannya runtuh begitu melangkah ke dalam gudang kosong di dalam perpustakaan. Hatinya bagai dicabik begitu teringat kalimat Aurora barusan. Sungguh ia tidak sanggup. Pernyataan gadis yang lebih muda itu terlalu... Ah, sebenarnya ia sudah menduganya sejak lama, namun tak pernah ia menduga bahwa nyatanya memang-
Membekap mulutnya sendiri untuk mencegah isakan lolos, Taeyong memasuki gudang lebih dalam. Menjauhi pintu agar Aurora tidak akan tahu bahwa ia tengah menangis. Gadis itu tidak boleh tahu ia menangis karena dirinya. Ia tak bisa membiarkan Aurora tahu bahwa ia hancur karenanya. Lebih dari apapun, ia harus kuat. Ia harus melindungi dan menjaga dongsaengnya. Ia harus menjadi kakak yang bisa diandalkan.
Menciptakan keributan dengan membongkar-bongkar tumpukan buku dan meletakkannya ke lantai, Taeyong mengusap jejak air mata di pipinya. Walau demikian, gumpalan di tenggorokannya tak mau hilang, membuatnya sulit bernapas. Dan ia tak bisa menahan air mata terus jatuh dari binernya. Aurora telah merahasiakan hal ini cukup lama. Bahkan darinya. Aurora telah menderita seorang diri selama ini. Dan kesadaran itu menghancurkan hati Taeyong.
Bagaimana bisa? Bagaimana seseorang bisa begitu kejam? Aurora adalah anak yang baik. Apa yang salah dengannya hingga layak mendapatkan perlakuan--
Benturan pelan terdengar saat Taeyong menyandarkan kepalanya di jendela. Hujan turun dengan sangat derasnya di luar. Berliter-liter air jatuh dari langit. Seolah Sang Langit pun setuju dengannya dan memilih untuk menemaninya menumpahkan tangis.
Mendudukkan diri di kisi jendela, Taeyong tenggelam dalam pikirannya. Air mata mengalir di pipi tirusnya. Ia duduk di sana selama beberapa menit hingga suara sopran Aurora terdengar dari luar ruangan. Cepat-cepat menyusut air matanya, Taeyong berdiri dan membuka pintu gudang. Ia tersenyum hangat pada gadis lebih muda yang sekarang telah dibalut perban itu-ucapkan terimakasih pada Bo Eun, sungguh.
Seandainya pun gadis yang lebih muda menyadari mata merah Sang Pemuda, ia tak menunjukkan tanda apapun. Selain memberi sebuah kecupan singkat di pipi Sang Kakak dan tersenyum secerah matahari pagi.
Taeyong mengerjapkan mata dengan cepat, mencegah air matanya kembali jatuh. Sebelah tangannya terangkat dan mengusak pelan surai platina Aurora. Seulas senyum terbentuk di paras cantik namun sendunya.
'Seandainya saja aku lebih kuat. Seandainya saja aku sendiri bukan seorang pengecut. Seandainya aku bisa melindungimu.'
"Oppa, sepertinya ada seseorang di sebelah sana."
Demi mendengar kalimat Aurora, Taeyong memukul bahunya pelan. "Yah! Jangan mengatakan hal-hal menyeramkan siang bolong begini!" sentaknya. Ia yakin sekali di dalam gudang tadi hanya ada dirinya sendiri, dan ia sungguh tidak ingin mendengar cerita horor tentang tempat ini.
Tapi Aurora menatapnya bingung. "Huh? Maksudku di seberang sana, Oppa. Di gedung sebrang." ucapnya sembari menunjuk ke arah jendela.
"A-aah... well, mungkin anggota klub musik sedang berlatih?" Dengan sebuah cengiran, Taeyong menyahut dan mengedik tak peduli. Merasa bodoh karena sempat takut-walau hanya sekejap-tanpa alasan jelas.
"Tapi dia memandang ke arah sini." Rupanya Aurora masih belum selesai membahas topik tersebut.
Taeyong menoleh dan berusaha memandang melewati jendela yang tebal. Namun tentu, hujan yang deras membuat pandangannya tidak jelas dan kerutan terbentuk di dahinya. "Kau punya mata yang sangat bagus, huh? Aku tidak bisa melihat dengan jelas dari balik hujan begini," gumamnya. Biner gelapnya hanya bisa mendapati bahwa memang ada orang di ruangan di sebrang gudang ini. Seseorang rupanya tengah melakukan sesuatu di gedung klub seni-bukan sesuatu hal yang aneh sebenarnya. Itu sebabnya Taeyong tidak bisa paham mengapa Aurora begitu kukuh membahas hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Hidden (Jaeyong Ver)
Fanfiction"And in the end, the love you take, is equal to the love you make." (Paul McCartney) Sekuel dari In Silence. Kali ini mari lihat apa yang terjadi dari sudut pandang Taeyong. JAEYONG. Highschool!AU. Shonen Ai. Don't like, don't read.