Chapter 16

74 11 4
                                    

Setengah jam kemudian kami tiba dirumah. Sepi. Nampaknya Paman Tom masih belum pulang. Pukul 11 siang, seharusnya beliau sudah kembali.

Kami masuk kerumah dan langsung menuju ke ruang dapur setelah tidak mendapati Paman Tom di ruang tengah.

Ruang dapur juga kosong. Aku menghela nafas, mengeluh kecewa. Paman Tom yang menyuruh kami berbelanja tapi dia tidak ada saat ini.

Aldo berjalan menuju meja. Ada sepucuk kertas disana. Aku hanya memperhatikannya membaca kertas tersebut dari pintu.

"Naila, ayo pergi ke sungai." Ujarnya setelah membaca kertas tersebut.

"Hah? Kenapa?" Tanyaku kesal.

"Ini dari Paman Tom, sepertinya dia masih ada urusan dan baru akan kembali saat jam makan siang. Kita disuruh pergi ke sungai untuk mencari seauatu."

"Mencari sesuatu?"

"Pergi ke sungai, dan temukan sesuatu yang bercahaya disana. Awas jangan sampai hanyut. Begitu katanya." Tandasnya membaca isi surat itu.

"Terdengar seperti tebak-tebakan saja."

"Benar juga." Aldo mengangguk pelan "Sebaiknya kita harus segera pergi, tenang saja sungainya tidak jauh kok paling sekitar 10 menit berjalan kaki." Bujuknya.

"Baiklah". Jawabku sedikit malas.

Kami pun kembali pergi menuju sungai yang dimaksud.

Hampir 10 menit kami berjalan di tengah hutan dengan semak belukar. Lama kelamaan semak-semak yang tadi begitu banyak sampai menutupi jalan, kini mulai berkurang dan mulai terdengar suara gemercik air.

Kami tiba di sungai. Sebuah sungai, atau mungkin bisa disebut "kali" karena terlihat dangkal dan tak terlalu lebar. Arusnya pun tak terlalu kuat dan juga tak terlalu tenang.

"Kita sampai". Ujar Aldo

Tanpa disuruh kami langsung terjun ke dalam sungai. Airnya hanya selututku dan terlihat jernih sampai aku membasuh wajahku dengan air ini.

"Segarnya." Tak puas, aku pun berkumur dengan air ini.

"Oh iya sungai ini adalah sungai yang biasa digunakan untuk memandikan sapi loh." Tegur Aldo melihatku berkumur dengan air sungai.

Dengan refleks aku langsung memuntahkan air dimulutku dan memastikan lidahku bersih. "Bilang dari tadi dong bodoh." Seruku sambil melotot.

"Kau tidak bertanya." Jawabnya sedikit malas. Mungkin dia sudah bosan dimarahi olehku. "Pokoknya kita harus mencari apa yang disuruh Paman Tom."

"Kau benar, tapi kita tak tau apa yang harus dicari. Bahkan kita tak mendapat satu petunjuk apapun."

"Ada, petunjuknya adalah sesuatu yang bersinar. Awas jangan sampai hanyut."

"Itu terlalu ambigu."

"Kau benar. Tapi kita harus mencarinya."

Percakapan kami berhenti sejenak.

"Hei, bukankah ini terlalu aneh?" Kataku memulai kembali pembicaraan.

"Apanya?"

"Perintah Paman Tom hari ini. Dia menyuruh kita belanja barang yang aneh seperti peralatan makan, baju cewek dan kacang. Selain itu perintah tidak jelas ini juga aneh."

"Bukankah peralatan makan sudah wajar?" Jawabnya.

"Tapi dirumah tidak ada yang rusak, untuk apa beli baru? Selain itu desainnya terlalu kekanak-kanakan."

"Bukankah baju juga wajar?"

"Tapi beli baju untuk siapa?"

"Untukmu lah, siapa lagi. Bajunya adalah baju cewek. Dirumah hanya kau satu-satunya cewek."

"Tapi ukurannya terlalu kecil bahkan aku tak akan muat. Selain itu kacang-". Ucapanku terhenti karena terdengar suara percikan air sungai.

Suara itu muncul tiba-tiba karena sejak tadi air sungai cenderung tenang. Firasatku mulai tidak enak.

Aldo juga mulai melihat sekeliling, berwaspada.

Lengang sejenak, tidak muncul apa-apa. Kami juga tak kunjung mendapat yang kami cari.

Saat kami mulai putus asa, terlihat sesuatu hanyut dari hilir menuju ke arah kami.

"Apa itu?" Seruku.

Benda itu terus mendekat dan lama kelamaan terlihat benda itu memancarkan cahaya. Lama kelamaan terlihat sesuatu yang hanyut tersebut bukanlah benda namun seseorang yang hanyut.

Sontak kami berdua langsung menghampiri orang itu untuk menyelamatkannya. Kami bawa orang itu ke tepian.

Dia adalah seorang gadis kecil dengan rambut perak berkilau. Ia punya rambut lurus sepundak yang indah. Dan jika diingat kembali gadis ini adalah gadis yang kami lihat di stasiun tadi pagi.

Aki terdiam menatap gadis ini yang masih belum sadarkan diri. Sejak tadi Aldo terus menggerak-gerakan tubuhnya berupaya menyadarkan gadis ini.

Pikiranku langsung kemana-mana. Aku mulai berpikir, dari tadi kami telah dipermainkan oleh Paman Tom. Seluruh perintah anehnya seolah menuntun kami ke sesuatu yang lebih besar.

"Naila... Naila... Naila!" Panggil Aldo yang ternyata sejak tadi memanggilku namun tak mendapat respon karena aku melamun.

"Ya? Ada apa?". Jawabku gelagapan.

"Ayo pulang bawa gadis ini segera. Sepertinya Paman Tom tau sesuatu."

Is it Wrong if I Expect Someone to Protect me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang