Gue bangun dengan badan yang pegel luar biasa. Iyalah, gue berjam-jam tidur sambil duduk di halte. Gue merenggangkan otot gue dan melihat jam yang tergantung di cafe belakang halte. 04:13 pagi. Gue mempersiapkan diri untuk mencari keberadaan Oma Dan Opa.
Gue mengambil foto mereka. Dan berdoa semoga hari ini gue bakal ketemu mereka. Aminn...
Sebelum gue melangkah dari halte ini, seseorang menyentuh bahu gue. Gue sontak menoleh, dan melihat ibu-ibu dengan muka heran.
"Kamu darimana?"tanya dia ke gua. Lah kalo gue jawab gue dari Aussie, dia ngira gue gila.
"Kamu dari rumah sakit mana?"tanyanya lagi. Tuhkan, gue mendapat status orang gila disini.
Gue menggeleng sambil tersenyum. "Saya bukan orang gak waras, bu. Tenang aja. Saya cuma kabur dari Australia,"kata gue jujur sambil tersenyum.
"Ohh.. gitu, sekarang kamu cari siapa?"tanya ibu-ibu itu. Gue menunjukkan foto Oma dan Opa yang udah lama gue simpen.
"Ini foto orang yang saya cari,"ibu-ibu itu melihat gue dan melihat foto yang gue tunjukkan. Beliau menurunkan kacamata tanpa framenya di pangkal hidung.
Lalu beliau melihat ke arah gue dengan tatapan kaget. "Dini? James? Smith?"
***
"Jadi gini, mereka itu majikan saya 3 tahun lalu. Mereka tinggal di Bandung, di daerah Desa Tebu Ireng." (A/n: gue bener-bener ngarang. Jadi jangan sampe ada niat buat cari desa itu di google hehe)
"Kamu cari aja alamat mereka dimana, saya sarankan kamu jangan pakai kendaraan umum. Jakarta itu jahat sayang,"
"Kalau ada apa-apa. Hubungi saya. Ini nama saya Frieka. Kamu hati-hati dijalan ya, sayang. Jangan lupa, kalau kamu udah ketemu mereka, bibi Frieka minta titip salam plus terimakasih buat mereka."
Gue gak nyangka bisa ketemu Bibi Frieka di luasnya Jakarta yang katanya kejam ini. Gue masih belum mengganti baju gue. Gue masih memakai gaun laknat ini, dan ini waktunya gue nyari tumpangan yang akan siap sedia membawa gue ke Bandung.
Gue melihat Pick Up putih yang hendak lewat. Gue melambaikan tangan gue tanda menyuruh kendaraan itu untuk berhenti. Alhasil, kendaraan putih itu berhenti juga menyamakan jarak kaca jendela dengan wajah gue.
"Om, mau ke Bandung?"tanya gue.
"Aduh, ngapunten eh ini kita teh pengen ke Banyumas.. ngapunten nggeh?"kata Bapak-bapak itu. Aduh ini bahasa apaan lagi. Karena bapak-bapak itu menyatukan kedua telapak tanganya, gue jadi tau kalo dia minta maaf gak bisa nganterin gue. Gue pun cuma mengangguk lemas.
Gue lihat satu mobil pick up lagi gue melambaikan tangan. Dan mobil itu berhenti. Gue melihat sopirnya yang memakai kacamata hitam, dan seorang terlihat pedofil yang membuka jendela.
"Butuh tumpangan, neng?"tuh orang ngedipin satu mata diakhir kalimat dan gue melihatnya jijik. Tanpa pikir panjang, gue menggeleng dan segera pergi.
"Hey!! Please stop!!" Gue berteriak. Gue liat dari ujung jalan, ada mobil kol yang hendak ke arah gue. Gue tambah semangat dan berteriak tambah keras. Namun hasilnya, gue dikacangin.
Gue mendengus pasrah. Gue berjalan lesu mengeratkan ransel yang ada di kedua bahu gue. Ya Allah... beri Dyanna jalan buat selamat disini...
Gue terus melangkah tanpa tau dimana gue sekarang, gue semakin lesu dan semakin berpikir negatif kalau gue akan mati kelaparan disini. Aahhhh... Mama!!
Tak lama kesedihan gue berlanjut, gue melihat sebuah mobol kol yang mengangkut berton-ton mangga sedang berhenti. Dan dari kacanya, terlihat dua orang yang lagi tidur. Kebetulan gue liat ada tulisan Jakarta-Bandung. Dengan semangat gue melangkah ke arah mobil itu.
"Hey," tok tok tok! Gue mengetuk kaca samping mobil mereka.
Yang duduk di bangku kiri bangun sedangkan sopirnya masih agak mengantuk. Dia membuka kaca mobilnya.
"Gimana neng?"tanyanya.
"Hey, gue boleh gak numpang sampai Bandung? Teb...Tebu... Tebu Iteng! Eh, Tebu Ireng!"kata gue seneng.
"Tebu Ireng? Kita podo! Oke tunggu yo! Aku bicara sek sama sopirnya."katanya. Dia berbalik memukul lengan temanya yang tidur di bangku sopir sampai terbangun.
Saat ia benar-benar bangun, dia melihat gue dengan tatapan yang gak bisa ditebak. Dia menarik temanya untuk berbisik.
"Dapet cewek darimana kamu?"
"Karunya, masa teh kamu biarin cewek jalan sorangan ke kampung? Tebih pisan atuh,"
"Emang kamu mau tanggung jawab lamun manehna cewek gak waras?"
"Jadi naha teh ngomongnya, Calum? Gadis geulis begini teh masa dikirain gak waras. Kamu teh Cal kayaknya yang gak waras,"
"Kalau itu mau kamu teh sok aja atuh, tapi kamu kudu nyuruh dia duduk di belakang,"
"Nah, gitu dong. Namanya cowok sejati."
Cowok tadi menoleh ke gue lagi. Gue tersenyum memastikan. Dia senyum lebar sambil mengangguk. "Naik dibelakang ya, neng. Biar akang bantu."kata dia.
"Aahh, makasih.. makasih banyak akang! Akang baikkk banget!"kata gue. Abang itu bantu gue naik ke atas, di bagian belakang mobil.
"Akang baik banget, makasih ya!"kata gue. Dia mengangguk.
"Panggil aja kang Lukman."katanya. Gue mengangguk. "Yang supirin itu namanya kang Calum,"katanya. Gue mengangguk lagi sambil senyum.
"Eneng emang nyaman pake pakaian itu?"kata Lukman menunjuk gaun gue.
"Saya masih bisa nunggu kok, buat ganti baju. Sekali lagi makasih ya Akang Lukman," gue tersenyum
"Man! Udah belum?"
"Iya, Calum. Kamu teh gak sabaran pisan."kata Lukman.
Si Lukman naik ke tempatnya yang semula, tiba-tiba kaca pembatas antara supir dan yang dibelakang terbuka.
"Kamu teh nyaman ya pake sepatu tinggi begitu?"kata Lukman. Gue menengok ternyata dia bukan Lukman, supir yang namanya Calum.
Ternyata dia ganteng ya, gak sia-sia gue kabur kesini. "Eh, kamu gak denger apa saya lagi ngomong?"tanyanya.
"Iya, gue denger."kata gue. Gue membuka heels, dan menggantinya dengan Converse merah yang berada di tumpukan paling atas di ransel gue. Dia menjalankan mobil pick up nya.
"Kamu teh kenapa? Stress? Atau gagal nikah?"
What the fuck.
Wa si kelum nyebelin. Pen gue cium. Hai suami
Gue mau minta izin banget untuk agak latenya gue dalam mempublish ff ini, karena hambatan yang sangat masuk akal.UAS.
Okay guys makasih atas partisipasinya, see you!
Vomments as always❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Runaway ; cth.
Kurzgeschichten[N E W C O V E R] Gak ada yang bisa deskripsiin hidup gue kayak gimana. Dimana gue kabur karena gue dinikahin sama orang yang gak gue cinta. Dan menetap di Bandung sama orang yang nyebelin tapi ngangenin dan bikin gue jatuh cinta. Calum Hood. Fanfi...