Chapter 15 - Birthday?

178 13 0
                                    

Chapter 15 - Birthday?

Violetta Anderson menatap pantulannya di kaca sehabis mandi. Kacau. Tetapi, tidak sekacau waktu dia datang ke kampus sebelumnya. Bukannya sudah lepas dari kesedihan, Violetta masih merasa sedih. Malah, sangat sedih.

Semalam sebelum tidur, dia bahkan sempat berpikir kalau mungkin lebih baik Luke dan Mike tetap merahasiakan ini. Mungkin akan lebih baik jika Luke Reihn tetap membencinya tanpa alasan. Mungkin akan lebih baik jika dia tetap tidak tahu. Mungkin lebih baik, karena dengan begitu setidaknya Veronica masih hidup dipikirannya. Dengan begitu, dia akan terus berpikir kalau Veronica baik-baik saja di luar sana dan suatu saat akan kembali setelah dia sukses lalu mengejutkan semua orang.

Saat Violetta kembali mengingat malam terakhirnya dengan Veronica, dia menyesal. Andai saja dia tahu itu yang terakhir, dia akan menahan Veronica untuk pergi demi menghabiskan waktu lama dengannya. Dia akan memberikan pelukkan yang sangat erat seolah dia tak akan melepaskannya.

Violetta merindukan saat dimana mereka bertengkar hebat hanya karena satu baju yang Vero pinjam namun hilang, merindukan saat dimana mereka selalu berdebat sebelum menentukan makanan apa yang ingin mereka sekeluarga makan di saat pergi ke mall.

Jika dibandingkan dengan Vererra, frekuensi bertengkar mereka memang lebih sering. Apalagi, sifat Veronica jauh bertolak belakang dengannya. Kesukaan mereka pun jauh berbeda. Bila Veronica suka makanan barat seperti steak dan entah-apa-itu-di-piring-nan-kecil-namun-mahal, Violetta lebih memilih sushi dan udon. Veronica ditunjuk sebagai kapten tim voli di SMP, sedangkan dirinya berada di ekstrakurikuler debat. Veronica bodoh eksak namun punya ingatan sangat baik untuk pelajaran sosial humaniora, sedangkan dia mengandalkan matematika serta sainsnya meski sekarang ujung-ujungnya mengambil manajemen.

Banyak momen yang dirindukan, yang sebelumnya Vio harap akan terjadi lagi di 'suatu saat' yang dia impikan. Namun, kenyataan seolah membakar 'suatu saat'-nya menjadi debu. 'Suatu saat' yang tak mungkin terjadi, karena salah satu orang di dalamnya sudah tidak berada di alam yang sama.

Violetta tersenyum miris sambil tetap menatap pantulannya di cermin. Tak lama, dia menunduk dengan kedua tangan yang masih memegang pinggiran wastafel.

Hei, Vero. Apa di alam sana lo bahagia? Enggak merasa kesakitan lagi? batinnya dalam hati.

Air mata kembali lolos dari pinggiran matanya. Violetta langsung menghapusnya. Dia pun keluar dari kamar mandi dan kembali bersiap. Adam akan sampai tak lama lagi.

Panggilan Vera membuat Vio semakin terburu-buru memasukkan segala sesuatu ke dalam tasnya. Vera memanggilnya untuk memberitahu kalau makanan sudah siap. Sambil menenteng tas dan menyisir, Vio turun tangga ke bawah.

Papanya--seperti biasa--sudah selesai makan terlebih dahulu dan sedang membaca koran di ruang tamu. Mamanya masih sibuk di dapur membersihkan alat-alat penggorengannya. Tidak ada perubaha di aktivitas mereka. Setelah ini, papanya akan berangkat kerja dan mamanya tetap di rumah. Semua berlangsung normal.

Hanya saja, Violetta bisa merasakan perbedaan suasana. Percakapan mereka tidak sebanyak biasanya. Hari ini papanya tak melontarkan lelucon receh yang selalu dia lontarkan. Papanya hanya terdiam membaca koran sambil menikmati kopi panas dengan wajah yang datar.

Semua orang di rumahnya sama, masih dalam kesedihan dan perasaan tak terima.

Tidak heran, sebab sekarang mereka tahu.

Dia yang mereka harapkan akan kembali, takkan kembali lagi.

Setelah korannya selesai, Henry berangkat duluan kerja. Henry memang selalu berangkat sebelum Violetta pergi. Jam berangkat Henry adalah pukul setengah tujuh, sedang jam berangkat terpagi Violetta jam tujuh pas. Hari ini dia kelas jam delapan.

AndersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang