Arsen keluar dari tokonya, dan berjalan menuju Sepeda miliknya yang terparkir disamping toko, menaikinya dan mengayuh pedal sepeda itu.
Kemana saja, bahkan mengitari Jawa Tengahpun akan ia lakukan asal tidak bertemu lagi dengan gadis menyebalkan bernama Tania itu.
"Hah.. sampe dimana lagi ini? Aduh.. gak paham daerah sini lagi" Arsen mendesah kesal, karena sepertinya ia menyasar.
Sibuk menengok kanan dan kiri, berharap ada seseorang yang dapat ia tanyai, tapi desa ini cukup sepi. Arsen pun mengayuh sepedanya lagi, lalu ia berhenti mendadak, ketika ia melihat seorang gadis yang terduduk di kursi roda. Seketika Arsen mendekat ke pagar taman disebuah rumah itu.
"Naya?!" Panggil Arsen semangat, membuat gadis itu menoleh dan terkejut seketika.
"Arsen! gimana bisa kamu tau ini rumahku?" Naya mendorong roda dikursinya untuk mendekat kearah pagar, senyuman keduanya sama-sama mengembang.
"Aku nyasar sebenernya, dan gak sengaja nemuin kamu duduk sendirian disini" jawab Arsen sekenanya, masih dengan seutas senyum yang tak memudar dari kedua sudut bibirnya.
"Ayo masuk, bentar aku buka pagarnya dulu" Ajak Naya sambil membuka pintu gerbang rumahnya.
Arsen pun masuk kehalaman rumah Naya yang cukup asri karena banyak pepohonan dan sebuah taman kecil disamping rumahnya. Dengan cekatan ia menyetandarkan sepeda miliknya dan mendorong kursi roda yang diduduki oleh Naya untuk membawanya masuk.
"Duh.. jadi ngerepotin kan" kata Naya malu sesampainya di teras rumah
"Kan kita temen sekarang. Temen harus saling bantu kan Nay?" Kata Arsen dengan senyuman dan duduk di bangku yang ada di teras rumah Naya.
"Oya, kamu pasti capek. Mau minum apa?"
"Gak usah repot-repot Naya, gak apa-apa kok" tolak Arsen halus, padahal sebenarnya ia cukup lelah karena jarak dari tokonya kerumah Naya itu lumayan jauh, apalagi ia menggunakan sepeda, bukan motor atau mobil.
"Eh, gak boleh gitu. Kamu tamu dirumahku, bentar ya ?" Naya hendak membalikkan kursi roda miliknya untuk masuk kedalam rumah, tapi Arsen menahannya.
"Loh.. mbak Naya kok di teras aja mbak. Kawannya diajak masuk. Bentar ya mas'e , tak buatin minum dulu.." Bude Sumini, Asisten rumah tangga dirumah Naya tiba-tiba saja muncul.
"Iya bude, tolong buatin ya?" Ucap Naya setelahnya
"Ar, masuk yuk? Masa tamu diluar" ajak Naya tapi di jawab gelengan pelan oleh Arsen.
"Disini ajalah Nay, aku gak enak. Oh ya? Ayah dimana, kok gak keliatan?" Arsen mencari-cari sosok ayah Naya namun tak kunjung terlihat.
"Ayah masih di kantor, sebentar lagi mungkin pulang" Naya menjelaskan, dan tak lama muncul sebuah mobil Pajero Hitam masuk kedalam pekarangan Rumah Naya. Membuat Naya mengembangkan senyumnya.
"Nah! Itu Ayah.." tunjuk Naya.
"Wah.. lihat siapa ini yang datang?" Kusnadi tersenyum ramah, berjalan menuju teras rumahnya. Arsen pun langsung bangun dari duduknya dan menyalami Kusnadi.
"Sore, Yah.." sapa Arsen kikuk
"Iya sore, ini Arsen yang dialun-alun kemarin kan?" Tanya Kusnadi sambil melonggarkan dasi yang dipakainya.
"Iya yah, ini Arsen yang kemarin. Masa tadi katanya dia nyasar yah?" Naya mengadu pada Ayahnya membuat Kusnadi tertawa, sedangkan Arsen menunduk malu.
"Duduk lagi aja Ar, Ayah mau ganti baju dulu, baik-baik Nay sama tamu" ujar Kusnadi pada Arsen dan Naya, lalu masuk kedalam rumah,
Setelahnya Bude Sumini yang datang membawa dua cangkir teh hangat dan setoples biskuit kelapa favorit Naya.
"Diminum ya mas tehnya. Kalau kurang manis, minumnya sambil liatin muka mbak Naya aja, hehe" Astaga... pipi Arsen dan Naya kompak memerah saat ini. Bude Sumini benar-benar sesuatu.
###
"Kayaknya gak perlu nunggu hari minggu deh Nay, buat jalan-jalan" ujar Arsen sambil berfikir
"Trus maksud kamu apa?" Tanya Naya bingung
"Gimana kalau sekarang aja. Kita jalan-jalan naik sepeda. Mau?" Tawar Arsen sumringah
"Tapi.. gimana naiknya, harus ijin dulu juga kan sama Ayah." Naya menunduk lesu. Ah.. dirinya memang benar-benar merepotkan orang lain, begitu pikir Naya.
"Aku bonceng. Kamu cuma pegangan aja yang kenceng. Aku janji bakal pelan-pelan" bujuk Arsen, entah mengapa, ia selalu merasa bersemangat jika didekat Naya, gadis itu seakan selalu memberikan energi positif dalam diri Arsen.
"Kalian mau ngapain?" Tanya Kusnadi yang saat ini ikut bergabung diteras dan duduk diantara Arsen dan Naya.
"Arsen boleh ngajak Naya naik sepeda gak yah? Gak jauh-jauh kok, desa sini aja" Arsen membujuk Ayah Naya agar diijinkan
"Tapi tadi.. katanya kamu bisa kesini aja karena nyasar, kok bisa loh kamu ini sampai nyasar segala?" Kusnadi bertanya bingung. Desanya itu kecil, tapi ya tidak desa-desa banget. Istilah kerennya ya pinggiran kota lah. Atau kota pinggiran? Hah. Lupakan.
"Iya.. soalnya tadi Arsen di kejar-kejar orang gila. Duh.. ngeri.." Arsen merinding seketika membuat Naya dan Kusnadi terpingkal mendengar cerita Arsen, sedangkan Arsen hanya bisa tertawa kikuk.
"Ya sudah, ayah ijinin. Biar Naya yang jadi pemandu jalan. Tapi ingat! Sebelum adzan magrib sudah harus kembali" kata Kusnadi membuat Naya dan Arsen kompak mengangguk mengiyakan.
TBC
Arsen UDAH MAIN AJA KE RUMAH NAYA..
DUH AYAH... RESTUIN MEREKA DONG... RESTUINNNN
EHH...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedikit Waktu [PCY]
Short Story[SLOW UPDATE] Lelaki itu tuna netra. Wanita itu lumpuh kakinya. "lalu biarkanlah aku untuk menjadi kakimu... kita akan berjalan berdua mengelilingi dunia" "dan biarkanlah aku pula untuk menjadi matamu... kita akan melihat berdua indahnya dunia"