Pagi ini pukul tiga lewat empat puluh dua menit, gadis bersurai coklat itu masih terjaga setelah terbangun pukul dua pagi akibat kepanasan. Memainkan ponsel, menjelajah sosial media--melihat postingan yang berkaitan dengan idolanya, menonton video youtube tentang cara menjaga baterai ponsel, hingga terakhir membaca wattpad tentang cerita yang sebenarnya tidak terlalu disuka namun tidak ada cerita lain lagi yang mau dibaca.
Alasannya terjaga bukan karena ia ingin melihat instagram dan membuka youtube dengan kuota malam, setidaknya bukan hanya karena itu, lantaran ia sedang menunggu pesan dari k e k a s i h n y a yang biasanya sudah masuk pada pukul satu pagi.
Saat hendak tidur, sebuah notifikasi muncul pada bar ponselnya. Ah, pesan dari kekasihnya akhirnya muncul!
Sang dara senang. Kemudian ia mengunci ponselnya.
Ini adalah sebuah kebiasaan.
Apabila kekasihnya mengirimkan pesan, biasanya sang gadis senang mengunci ponselnya dengan alasan ingin melihat pesannya terlebih dahulu lewat pop up notification. Dan biasanya, itu menjadi alasan mengapa sang dara sering kali terlihat tersenyum kala ia memainkan ponselnya.
Pada awalnya ia senang karena akhirnya kekasihnya membalas pesannya dihari kemarin. Tapi setelah membaca keseluruhan balasan pesan, ia menarik kedua sudut pipinya ke bawah.
Jutek. Itu yang pertama kali muncul dipikirannya kala ia selesai membaca pesan terakhir.
Tugas dengan deadline yang sedekat nadi membuatnya jarang membalas pesan kekasihnya ini dengan cepat juga menjadi penghalang bagi kedua insan yang saling mencinta tersebut untuk saling pandang, sekedar membuang rindu yang ada pada diri mereka masing-masing.
"Huhujanan?" tanya sang kekasih hati.
Biasanya kalau sang dara menjawab "iya", lantas kekasihnya itu memarahinya lantaran khawatir sang gadis akan jatuh sakit.Jujur, sang dara memang sempat membiarkan gerimis kecil menyentuh tubuhnya secara bebas. Tangannya ingin membalas 'iya', tapi yang terkirim malah sebuah kata 'tidak'.
Kemudian ia menitikkan sebuah air mata. Ia rindu dimarahi oleh kekasihnya, yang marah hanya karena sebuah rasa khawatir, khawatir hanya pada sebuah hal kecil.
"Bagus." Begitu balasan yang didapat sang dara. Ia tersenyum.
Sudah satu bulan sejak pertemuan terakhir mereka dibulan November. Sang gadis merasa sangat bersalah kepada kekasih hatinya karena ia sering menolak ajakan untuk free call ataupun video call lewat line karena jadwalnya yang sibuk. Bukan hanya sibuk, tapi tubuh lemahnya pun lah yang menjadi penyebabnya. Akibat tidak bisa menahan rasa capek dan kantuk, sang gadis tidak bisa menyisihkan waktu luangnya untuk kekasih hatinya.
Mungkin karena perjuanganku kurang, dia menganggap bahwa aku tidak sungguh-sungguh kali, ya?
Dari semua percakapan yang sedang mereka bicarakan, tidak ada satupun kalimat yang ia tulis untuk mengungkapkan perasaan dalam hatinya bahwa...
...hai, aku rindu.
___________________________________
writer's note:
Hi! Makasih banyak buat kamu yang udah baca cerita ini. Ini cerita pertamaku. Dibuat karena galau dan gabut di pagi hari. Jadi ceritanya aku udah lama banget ngga nulis terus tiba-tiba kangen. Akhirnya terbesitlah pikiran untuk menulis lagi dan mempublikasikannya di wattpad. Maaf ya lagi-lagi genre-nya tentang roman. Cuma itu yang terbesit dipikiranku kala itu. Terus juga, aku masih remaja. Kalau ngga bahas tentang pelajaran, paling tentang keluarga, sahabat, cute stuff, atau ngga kisah cinta.Masih banyak sih hal lain yang bisa dibahas, itu cuma diantaranya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU YANG TAK TERUCAP
RandomCerita tentang perasaan seorang gadis yang terlintas pada pukul tiga pagi.