bagian dari tigapuluh lima
🌹••L I Q U I D••🌹
Dentuman motor ninja dengan bunyi gas yang di main-mainkan membuat para siswa-siswi yang tengah berjalan di area parkiran menyingkir menunggu agar motor itu lewat dahulu.
"Gila." Nara tertawa geli melihat aksi gila Ganta dari dekat gerbang sekolah, kemudian motor lelaki itu berjalan ke arahnya dan berhenti, Ganta membuka kaca helmnya. "Silahkan naik Nona Jenong."
Nara menepak lengan Ganta keras, setelah itu ia memegang pundak Ganta untuk menaiki motor tinggi tersebut.
"Hahaha! Tapi nanti aku nyontek pr bahasa inggris ya. Nanti kamu aku kasih contek Ekonomi deh." Dilain tempat, Sila kini tengah berjalan menuju parkiran bersama dengan Sandra sambil asik berbincang.
"Iye --- eh itu Ganta kan ya? Gue dengar dia udah jadian sama Nara anak sebelah." Ucap Sandra sambil menunjuk ke arah pagar sekolah.
Sila menatap arah tunjukan Sandra, matanya segera menyipit memastikan orang dan Sila mengenali bahwa tas yang di pakai siswa itu adalah tas Ganta dan .. disusul Nara yang naik di motor cowok itu.
"Hel-O. Sila, lo nggak kesurupan kan?" Sandra melambaikan tangannya di depan wajah Sila karena gadis itu terus menatap ke arah tadi walaupun motor Ganta sudah melesat.
"Kamu kata siapa mereka jadian?" Tanya Sila setelah tersadar dari alamnya.
"tadi gue dengar pas di kantin cewek itu cerita ke temannya kalau di jadian sama Ganta. Setahu gue cewek bernama Nara itu memang dekat sama Ganta sebelumnya."
Mendengar itu senyuman getir muncul di wajah Sila, "akhirnya mereka jadian juga."
"Nggak usah munafik dengan senang karena cowok yang lo sayang sudah ada pacar kalau nyatanya hati lo sekarang lagi menjerit." Ujar cewek itu sebelum pergi yang di akhiri dengan tepukan di bahu Sila, "Duluan Sil."
Sila terdiam di tempatnya dengan tatapan sendu. Jadi, apakah masih ada harapan untuknya?
"Decil, kamu kok ke parkiran duluan sih, abang tuh lelah letih lesuh tahu nggak nyariin kamu keseluruh penjuru sekolah, sampai ke kamar mandi siswi pun abang cari tapi ternyata kamu ada disini." Suara itu membuat Sila tersadar dari lamunannya. Arsil muncul dengan wajah muram bin kusam.
"Habisnya abang aku tungguin di kelas lama banget, yaudah aku ke parkiran mumpung ada temannya."
Mata Arsil segera memincing menatap Sila, "teman kamu siapa?"
"Sandra! Abang jangan mikir macam-macam deh." Sila mendengus kesal.
Senyuman manis terbit di wajah Arsil, dengan gemas cowok itu menepuk pucuk kepala Sila, "pintarnya adik abang, sudah nggak dekat kan sama si bocah tengik itu?"
"Ganta!"
"Bocah tengik. Abang nggak suka sama gayanya dia yang lebih mirip roti berjamur. Tengik."
Sila menghembuskan nafas kasar, ia sudah pasti kalah jika berdebat dengan abangnya ini, "ya terserah abang mau manggil dia apa. Sekarang Bang Arta mana, aku mau cepat-cepat pulang."
"Tadi sih abang lihat dia lagi berdebat sama Shani, nggak tahu tentang apa. Decil mau pulang bareng abang nggak? Kalau takut panas nanti pakai payung aja." Tawar Arsil yang kasihan melihat adiknya menunggu.
"Abang bawa payung sekolah?"
"Nggak, di ruang OSIS ada payung bekas Pensi tahun kemarin. Kalau mau abang pinjam satu untuk Cila seorang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LIQUID
Teen FictionTEENFICTION #book number 2/3 (Sebagian cerita di privat, follow dulu kalau mau baca semua) "Katanya Cinta indah, namun yang ku dapat hanya sebaliknya. Katanya Cinta mampu membuat sepasang insan bersama, namun disini hanya aku yang ingin bersama. Kat...