Autumn 2018
Semburat cahaya matahari ikut menemani gadis-gadis cantik yang tersenyum penuh canda tawa di awal musim gugur. Mereka sangat menikmati suasana yang damai itu. Jalanan yang dipenuhi ribuan daun jatuh yang menguning, desiran angin yang tenang, kicauan burung yang mengambang di udara, juga air sungai yang beriak samar-samar.
"Hi, Lucy. Bonjour"
Seorang gadis yang ia kenal bernama Alice melambaikan tangan kepadanya, memberi aba-aba agar padanya supaya ikut bergabung bersamanya dan dua gadis lainnya yang juga ada disana. Duduk dibawah pohon Maple.
Lucy mengembangkan senyum manisnya, membuat lesung pipit nya terlihat, ada kerutan di sekitar matanya yang membuat senyum itu semakin indah.
"Hello, bolehkah aku ikut duduk disini?"
Lucy menunjuk tempat disebelah Alice. Seorang gadis yang juga ia kenal bernama Isabella tersenyum cerah lalu mengangguk kecil, mengisyaratkan kepadanya bahwa ia boleh duduk dimana saja ia mau.
Lucy pun segera melepas sepatu sneakers putihnya, lalu duduk diantara Alice dan Isabella. Lucy pun segera menyunggingkan senyum menatap seorang gadis yang ada disana juga, namun tidak dikenalnya. Ia hanya ingin agar gadis itu tidak merasa terganggu atas kehadirannya.
"Merci, "
Gelak tawa, candaan-candaan kecil mengiringi sore mereka yang damai, hanyut dalam percakapan, mengabaikan masalah untuk sejenak, menikmati awal musim gugur Paris yang selalu saja dapat membuat nyaman semua orang.
🍂🍂🍁🍁
🍂🍁
Seorang pria berbalut jaket jeans, kaos hitam polos, celana jeans hitam, dan rambut hitam yang bepadu coklat dibiarkan sedikit berantakan keatas, berjalan dengan kening yang berkerut.
Pria itu terlihat berjalan dengan tidak nyaman di sekeliling taman yang ada didekat pusat perbelanjaan, dengan sesekali mendesahkan nafasnya berat.
Merasakan suasana musim gugur yang sendu, membuat mood nya semakin memburuk. Sungguh musim yang membosankan, tak ada satupun hal yang menarik di musim yang hanya ada daun-daun yang menguning itu.
"Ad, maaf membuatmu menunggu lama"
Sahut seorang gadis berpenampilan minim, memakai blouse sifon putih belengan pendek menutupi hampir ke lutut, dipadu dengan rok coklat minim, dan rambut panjang berwarna coklat dan pirang yang digeraikan.
"Sudahlah, cepat. Kau memang selalu merepotkan" Ketus pria yang bernama Adrien itu.
"Maaf"
Gadis itu kini melangkah cepat, menghampiri Adrien yang berjalan mendahului nya, lalu bergelayut manja di lengan pria itu.
Merasa risih dengan perilaku gadis itu, Adrien menggoncangkan tangannya, agar genggaman gadis itu di lengan nya terlepas.
Setelah terlepas, gadis itu memanyunkan kedua bibirnya, dan memprotes perilaku Adrien yang selalu enggan disentuhnya.
Adrien hanya memasang wajah datar nya, tak ada niatan untuk meladeni gadis itu, yang memang selalu mengejar-ngejarnya, seakan-akan dirinya adalah hanya milik gadis itu. Yang bukan siapa-siapa nya.
Adrien sama sekali tak menyukainya, karena desakan Daddy nya lah ia kini bersama gadis itu, mengantarnya kesana kemari seperti seorang pasangan.
Adrien melangkahkan kakinya cepat menuju taman didekat pusat pembelanjaan itu, meninggalkan gadis yang masih cemberut menatapnya.
"Adrien..tunggu babe" Teriak gadis itu di tengah keramaian yang membuat banyak pasang mata menatapnya seakan gadis itu adalah orang yang aneh.
"Apa, kalian lihat-lihat!"
Teriakan kembali keluar dari bibir gadis yang segera mendelik menantang kepada setiap orang yang dengan berani memandanginya.
Adrien yang menolehkan pandangannya melihat kelakuan absurd gadis itu hanya mendengus kesal, perilakunya itu sangat membuatnya malu.
Tanpa memperdulikannya lagi, Adrien berbalik dan mempercepat langkahnya. Membuat jaraknya dan gadis itu semakin jauh.
Kini ia tengah duduk di salah satu bangku taman, memainkan ponselnya dengan fokus. Sebelum akhirnya, perhatiannya itu teralihkan kepada segerombol gadis yang sedang bercanda ria di taman itu.
Ada empat orang gadis yang duduk diatas tikar merah, tepat dibawah pohon maple yang daunnya menguning kemerah-merahan.
Namun kini perhatiannya hanya tertuju pada seorang gadis yang memakai kemeja kotak-kotak berwarna merah dan coklat, celana jeans panjang, dan rambut hitam sebahu yang digeraikkan.
Senyum gadis itu sangat indah, lesung pipit yang merekah, kerutan yang terukir disekitar matanya saat tertawa, wajah asian yang sangat cantik itu membuatnya terpana. Untuk pertama kalinya, hatinya berdesir dibuat oleh seorang gadis saat pertama kali melihatnya. Membuatnya mampu mengembangkan senyuman tipis disudut bibirnya.
Semilir angin sepoi-sepoi, cicitan merdu suara burung, suara tenang air sungai yang mengalir, membuat suasananya semakin mendukung, khayalannya melayang entah kemana, sungguh perasaan yang jarang terjadi padanya.
"Ad, kau membuatku kesal" Keluh seorang gadis, seketika membuyarkan lamunan nya.
Adrien memutar bola matanya jengah, menatap tajam gadis itu yang berdiri disampingnya.
"Kau, memalukan. Claire " Ujar Adrien sinis.
Claire yang mendengar perkataan sinis Adrien, mendengus kesal. Bagaimana bisa pria itu selalu menghinanya, sedangkan semua orang selalu memuji-mujinya?
Hanya Adrien yang bisa menghinanya, dan hanya dia pula yang paling ia suka. Ketampanan Adrien yang menawan itulah, yang membuat Claire terus mengejar-ngejar pria itu tanpa merasa malu walau sering diacuhkan.
"Ayo, antar aku pulang"
Adrien mengalihkan pandangannya dari Claire, mengabaikan ucapan gadis itu. Pandangannya kini mencari-cari gadis yang tadi menyita perhatiannya. Namun hasilnya nihil, gadis itu sudah pergi dari tempatnya. Menghilang entah kemana.
Adrien kini mamandang Calire penuh kekesalan, matanya menyorot tajam manik mata coklat gadis itu. Claire yang di pandangi seperti itu, menggedikkan bahunya ngeri. Ia merasa telah membuat Adrien marah, sangat marah.
Adrien mengepalkan tangannya erat, mengendorkan otot-ototnya. Menghembuskan nafasnya panjang, agar amarahnya tertahankan. Jangan sampai ia melukai seorang gadis. Biar bagaimanapun, Claire adalah seorang wanita, dan Adrien pantang menyakiti fisik seorang wanita. Karena itu akan sama saja seperti ia menyakiti ibunya sendiri yang seorang wanita.
"Ayo, pulang"
Gadis itu tersenyum. Adrien tak membalasnya, mereka berjalan ketempat parkiran taman menuju mobil Adrien.
Sesaat tiba diparkiran, Adrien melihat kembali gadis itu. Gadis yang sempat mencuri perhatiannya itu.
Dipandanginya gadis itu, yang kini berjalan menaiki tangga bus. Sekarang gadis itu memakai jas coklat cream, jas yang sangat familiar baginya.
Itu adalah jas kampusnya. Adrien tersenyum tipis, melihat kepergian bus itu.
'Ternyata musim gugur tak semembosankan itu' Batinnya berseru sambil tersenyum simpul.
Adrien melangkahkan kakinya kedalam mobil, tak menghiraukan ocehan-ocehan Claire yang duduk disamping kursi pengemudi.
Adrien menjalankan mobilnya dengan senyum yang masih mengembang di sudut bibirnya. Hanya karena otaknya teringat akan sebuah senyum menawan yang ia lihat di taman, dibawah pohon musim gugur.
🍂🍁🍂🍁
🍁🍂Yang suka jangan lupa vote nya ya...
Budayakan vote, biar semangat bikin ceritanya, biar banyak inspirasi...
Jgn lupa ajak temen-temennya juga buat baca..Bonjour: selamat sore atau pagi
Merci : terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Autumn
General FictionUntuk autumn, yang mempertemukan juga memisahkan dua hati