52-End

5.3K 123 6
                                    

.
.
.
.

"Nathan mana, pah?" Tanya Vania meneliti setiap tempat mencari sosok kekasihnya itu.

Papa Vania hanya terdiam. Seperti bingung harus menjawab apa. Ini adalah rencananya mengerjai anaknya. Sebenarnya Nathan ada dikamar Vania. Namun ini adalah trik untuk mengerjai Vania.

"Kok diem? Nathan mana?" Tanya Vania lagi. Kini menatap papanya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Nathan nggak bisa dateng, sayang. Dia ada urusan katanya." Ucap papa Vania pelan. Sekarang, terpancar kesedihan dimuka Vania. Lebih tepatnya kecewa. Vania kecewa karena dihari spesialnya ini sosok Nathan tidak hadir ditengah-tengahnya.

Padahal Vania sangat berharap orang pertama yang mengucapkan 'selamat ulang tahun' untuknya adalah Nathan. Namun kenyataannya Nathan tidak datang.

"Yaudah Vania mau beres beres dulu ya, Pah?" Pamit Vania menunjuk kamarnya. Papanya hanya mengangguk sebagai jawaban.

Raut mukanya lesu, Vania tampak tak bersemangat sama sekali.
"Masa dia nggak tau ulang tahunku sih?" Tanya nya dalam hati. Tangannya sudah meraih knop pintu dan akan membukanya sebentar lagi.

Cklek!

Gelap. Itulah yang terlihat pada kedua mata Vania saat membuka kamarnya. Ia tidak tahu kalau masih ada satu kejutan untuknya dari seseorang, yaitu Nathan.

Matanya sibuk mencari saklar lampu sedangkan Nathan perlahan maju mendekati kekasihnya tanpa suara.
"Saklarnya mana sih? Nggak tau nih gelap banget!?" Gerutu Vania sambil meraba tangannya ditembok.

Setelah tangannya meraih saklar lampu, ia langsung menyalakannya.

Ctik!

Vania terkejut saat membalikkan badannya karena ada seseorang yang srdaritadi ia cari. Nathan.

Nathan berdiri tepat berhadapan dengan Vania sambil membawa kue tart ulangtahun. Senyum yang tidak pernah luntur dari bibirnya membuat Nathan terkesan tampan.

"K-kamu-----"

"Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday happy birthday. Happy birthday to you."

Nyanyian Nathan membuat hati Vania terharu. Matanya berkaca kaca menatap Nathan yang tersenyum padanya. Vania tidak menyangka. Ia tidak bisa berkata apapun. Bibirnya terasa terkunci dengan sendirinya.

"Selamat ulang tahun pacarku tersayang. Cie udah 20 tahun aja umurnya. Wish dari aku semoga kamu bisa ngeraih cita cita kamu, tambah baik, tambah cantik dan pinter, sehat terus, panjang umur, tambah dewasa ngadepin aku yang kadang labil." Ucap Nathan panjang.

"Dan yang terakhir," Nathan menggantung ucapannya. Ia memandang sedikit lama wajah gadisnya itu.

"Semoga kita bisa langgeng terus sampai nikah dan punya anak cucu nanti. I love you dear." Sambungnya lalu mendekat kearah Vania.

Nathan mencium kening Vania. Keduanya saling memejamkan mata menikmati suasana romantis tersebut.
"Sekarang tiup lilinnya. Wish dulu ya." Ujar Nathan setelah melepaskan ciumannya.

Dibelakangnya terlihat Bima sedang merekam adegan romantis antara Nathan dan Vania. Bima memang sudah sedaritadi merekam saat Vania akan membuka pintu kamarnya.

Perlahan Bima menghampiri kedua pasangan itu sambil mengabadikan lewat video dari ponselnya..

Wushh

Nathan memeluk Vania setelah menium lilinnya. Dan Vania menangis tepat saat memeluk Nathan. Sambil mencium aroma parfum Nathan yang harum, Vania menangis disana.

Nathan dan Vania[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang