00.01

196 57 7
                                    

Saya yakin kalian tau cara menghormati seorang author

Ceklek...

"Ya ampun Aira,"

Wanita yang mulai menua itu memasang muka kaget saat melihatku sedang memejamkan mata dengan lelap.

"Aira!" panggilnya lagi. Aku tau betul suara itu, ia adalah ibuku.

"Hmmhh," Aku menggerang, mata sayup yang masih ingin terlelap terpaksa membuka dengan pelan. Tubuhku bergerak tak karuan, sampai sampai aku tidak sengaja menendang benda dingin yang aku tidak tau itu apa.

Ku rasakan mamah menghela lega karena melihatku bergerak, memangnya aku dikira mati gitu. Aku menoleh kearah mamah yang berdiri dengan memasang muka khawatir. Disana juga terlihat Mbok Lirah dan kakak kedua ku.

"Ya Allah Non Aira, bikin khawatir Mbok saja." ucap Mbok Lirah dengan mengusap pelan dadanya. Mbok lirah adalah pembantu rumah yang sudah bekerja sejak kakakku masih kecil. Sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Ketika liburan tiba pun Mbok Lirah akan selalu  dibawa.

"Emangnya ada apa?" tanya ku dengan polos. Memang aku tidak tau apa apa. Baru bangun tidur rasanya seperti bayi baru lahir. Aku ingin hidupku selamanya seperti perasaan bangun tidur, terasa lega dan seperti tidak memikirkan masalah apapun.

" Kamu itu loh, dalam kamar mandi lama banget. Mama khawatir tau gak? Yaudah mama suruh tuh kakakmu buat dobrak pintunya," jelas mamah sambil geleng geleng kepala.

Pantas saja pintu ini terbuka lebar, aku membangunkan tubuh ini merubah posisinya menjadi duduk. Lalu mengacak acak rambutku yang sudah teracak terlebih dahulu. Ku pandangi kesekitar ruangan dan baru ngeh kalo aku berada dibathup. Dan yang tidak sneghaja ku tendang tadi adalah ujung bathup, Pantas saja terasa dingin.

Aku terkekeh kecil, lalu menyadari sesuatu. Dengan sigap ku raba seluruh tubuku.

Alhamdulillah, masih pake pakaian lengkap.

Aku melirik keluar kamar mandi, didepan pintu sana terlihat laki laki jangkung memakai seragam sekolah dengan sangat rapi. Sejak tadi aku ditatapnya dengan tatapan seakan akan ingin membunuh.

"Awas ya lu dek kalo telat, buruan sana mandi!" Kata Bang Rafly dengan pelan namun tegas. Ia menunjukan jam tangannya, jarak ku dan Bang Rafly sangat jauh sehingga angka yang tesusun dijam tangan tersebut tidak bisa ku baca. Bang Rafly kemudian beranjak pergi dengan disusul oleh Mbok Lirah dan mamah.

Aku menutup rapat pintu kamar mandi, lalu melirik jam beaker yang senghaja diletakan diatas meja depan kaca. Disana terpampang angka 07.10

Itu artinya waktu yang tidak cukup lagi untukku berleha leha. Bisa bisa Bang Rafly beneran ingin membunuhku jika telat 1detik saja. Tanpa ambil pusing, segera ku nyalakan keran dan mandi.

***
Waktu telah menempatkan posisinya dipukul 7 lewat 25 menit. Hanya waktu 15 menit untuk ku bersiap siap. Karena memang sudah sangat mepet, aku mandi tidak lebih dari 5 menit. Biasanya sih aku kalo mandi paling sebentar itu 15 menit. Dan hari ini aku memecahkan rekor mandi tercepatku, ada rasa bangga yang tersisipkan didiriku.

Ahh sudahlah, rekor secepat apa pun tidak ada gunanya untuk kehidupanku. Aku segera menepis pikiran itu, sekarang yang hanya aku pikirkan adalah bertahan hidup diatas kendaraan ninja hitam yang telah aku tumpangi ini

Kendaraan ini melaju diatas kecepatan normal membuatku beristighfar berkali kali. Satu demi satu kendaraan telah dilewati, membuatku yang sedang duduk diatas kendaraan ini memukul kencang bahu sang pengendara.

Aku bergidik ngeri, sambil memejamkan mata. Rambutku yang telah ku tata serapi mungkin dalam 5 menit, sekarang menjadi amburadul akibat angin sepoi yang menabrak kewajahku. Bang Rafly benar benar ingin membunuhku.

"BANG, LU MAU KE SEKOLAH ATAU MAU MATI?" teriakanku sudah begitu maksimal, namun Bang Rafly menghiraukannya dan tetap fokus pada jalanan.

"Akhh, apasih dek?" Bang Rafly akhirnya merespon setelahku cubit pinggangnya dengan begitu keras.

"PELAN PELAN BANGGG, GUE BELUM KAWIN!!!"

Aku geram, kepada Bang Rafly. Ya allah, selamatkanlah hambamu dari adanya bahaya diatas motor ini. Jangan sampai ada berita dikoran dengan judul 'seorang gadis SMA mati, diduga kakak kandungnya telah membunuh karena ulahnya yang membuat terlambat masuk sekolah'.

"Lu ga liat udah jam berapa sekarang? awas aja lu kalo sampe telat!" bang Rafly berdecak sebal dan selalu saja mengancam adik semata wayangnya ini. Dasar kakak laknat, untuk lu abang gue.

Aku juga ikutan sebal, karena Bang Rafly masih tidak mengurangi kecepatannya itu. Terus saja ku memegang ujung jaket hitam Bang Rafly agar tidak jatuh dan mati seketika. "Iya Bang, maapin Aira!"

"Maaf maaf, lagian kenapa sampe ketiduran dibathup segala?"

Aku terkekeh geli mengingat saat aku tidur dibathup. Entah apa yang ku pikirkan saat itu, yang pasti tiba tiba saja udah ketiduran. "Ga tau bang, niatnya mau mandi. Tapi malah ketiduran,"

Bang Rafly tidak membalas ucapanku, dia masih terfokus pada jalanan. Aku pun memilih diam sambil bertahan agar tidak terjatuh dari motor ini.

07:29

Tepat dijam itu akhirnya perasaan was was hampir mati itu berakhir. Motor ini berhenti tepat setelah posisinya terpakir. Aku segera berlari ke lapangan upacara yang sudah dipenuhi oleh siswa siswi berbaris, begitupun dengan Bang Rafly.

Bang Rafly dan aku berpisah karena Bang Rafly sebagai Ketua Osis akan mengadakan pidato singkat untuk menyambut kedatangan siswa siswi baru disekolah SMA Garuda.

Ya, Bang Rafly itu adalah Ketua Osis di SMA ini, karena itulah ia sangat takut terlambat dihari penyambutan siswa siswi baru. Dan Aku termasuk murid baru disekolah SMA Garuda. Beda umurku dan bang Rafly hanya 1 Tahun setengah. Saat ini aku telah menginjak kelas 10, sedangkan bang Rafly telah menginjak kelas 11.

Aku dan Bang Rafly menaruh asal tas yang kami bawa, lalu segera berlari untuk memasuki barisan. Gerbang sekolah telah ditutup, bel sudah berbunyi dan saat itu juga upacara dimulai.

Aku sebagai status murid baru masih bingung dengan keadaan disekolah baru ini. Mencari teman lamaku yang belum juga ku temukan. Akhirnya hanya bisa pasrah sendirian dan mencoba menikmati upacara yang tidak menarik ini.

Huh

Matahari ini sudah mulai memancarkan sinarnya, walaupun masih tidak begitu panas karena masih pagi. Tapi sudah membuatku cukup gerah dibawah terik ini.

Inilah yang tidak ku suka dari upacara, saat kepala sekolah SMA Garuda meluapkan kata kata berlimpah ditengah tengah terik matahari yang mulai memanas. Yaa, sangat berlimpah sampai otak ini tidak mampu lagi menampungnya.

Aku hanya berharap semuanya cepat selesai, karena badanku sudah terasa sangat lemas. Telingaku sayup sayup mendengarkan amanat dari sang pembina, tidak jelas lagi mata ini untuk melihat. Dan seketika itu juga aku tersungkur kebawah.

***

Maafkan typonya yang begitu tersebar luas ditulisan ini

Happy reading to readers
ily<3

FANATIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang