Seperti yang diingat oleh Ruri dan William, Koloni No. 17 yang mengorbit di sekitar planet Ki-Kircha itu memang bukan tempat wisata. Bangunan koloni yang sudah berusia beberapa ratus tahun dan deretan ruang-ruang dengan fungsi antah-berantah, terlihat menghiasi lorong besar tempat William dan Ruri berada saat ini. Itu belum ditambah banyaknya pedagang kali lima ilegal yang dibiarkan membuka lapaknya di sudut-sudut koloni, serta makhluk-makhluk berakal dengan berbagai jenis dan ukuran yang memadati jalanan.
Singkat kata, koloni ini benar-benar ruwet.
"Aku tidak pernah suka datang ke tempat ini."
William menggerutu di balik helm Daur-Nafas yang dia kenakan. Sebagai makhluk dari ras Kilika, William memiliki indra penciuman yang sangat tajam dan tentu saja itu membuatnya tidak tahan berada di sudut koloni yang kumuh seperti ini. Bau-bau menyengat yang hanya akan membuat manusia seperti Ruri menutup hidung karena tidak nyaman, akan membuat William panik karena tidak tahan dengan baunya.
"Jangan mengeluh," balas Ruri sambil menyeruak di antara kerumunan makhluk berkaki tiga yang seenaknya mengobrol di tengah jalan. "Kita tidak punya pilihan lain. Soalnya cuma di tempat dia kita bisa dapat amunisi murah."
William menggeram pelan sembari memandang ke sekelilingnya. Kedua matanya yang awas seolah berusaha mendeteksi potensi ancaman bagi dirinya, dan gadis manusia yang berjalan di sampingnya itu. Karena tatapan tajamnya itu, beberapa pedagang kaki lima yang tadinya berniat menawarkan barang dagangan mereka, langsung balik badan dan menghampiri pengunjung lainnya.
"Kenapa sih dia harus tinggal di kawasan kumuh seperti ini?" ujar William lagi. "Padahal orang seperti dirinya bisa saja tinggal di tempat yang lebih baik. Di Central Shaft koloni ini misalnya?"
Ruri mengangkat bahunya. "Yah, mau bagaimana lagi? Soalnya kan usahanya itu tidak seratus persen legal," ucapnya ringan. "Dia bisa menarik perhatian terlalu banyak orang kalau dia tinggal dan bertransaksi di tempat yang jelas-jelas ada di pusat perhatian otoritas koloni ini."
"Sampai sekarang aku selalu bingung dari mana kamu bisa kenal orang-orang gak jelas seperti itu," celetuk William lagi. "Ok. Sepertinya kita sudah sampai. Ini tempatnya kan?"
Ruri mengangguk mengiyakan, kemudian memandang ke arah sebuah pintu logam besar yang dijaga dua makhluk bertangan empat yang terlihat seram. Dua makhluk penjaga pintu itu membawa sebatang tongkat besi tebal yang dilengkapi lilitan kabel penyengat. Jelas mereka tidak akan ragu untuk menggunakan alat kejut listrik tegangan tinggi itu untuk mengusir tamu-tamu tidak diundang. Kedua makhluk bengis itu memandangi sosok Ruri dan William bergantian cukup lama, sebelum akhirnya bertanya dalam bahasa Ba'aroqh yang terdengar kasar.
"Mau apa kalian di sini?" ujar penjaga di sebelah kiri yang mengenakan topi baret hitam. "Pergi sana! Orang asing dilarang masuk!"
"Kalau enggak mau kena masalah, pergilah!" timpal penjaga di sebelah kanan sambil menghentakkan tongkat kejutnya, serta memberi tanda agar Ruri dan William segera pergi dari hadapannya. "Tunggu apa lagi? Ha?!"
Ruri dan William saling pandang sejenak. Untungnya keduanya mengenakan alat translasi otomatis, sehingga mereka bisa mengerti maksud perkataan dua penjaga bertampang bengis di hadapan mereka itu. Dan tentu saja mereka tidak jauh-jauh datang ke tempat ini hanya untuk diusir dengan kasar. Tanpa memperdulikan sikap mengancam yang ditunjukkan dua penjaga gerbang itu, Ruri menatap lurus ke arah salah satu dari mereka, sebelum akhirnya membalas perkataan penjaga itu.
"Aku kesini untuk bertemu dengan Kha-lash Ar-gho-Nakh," ujar Ruri dalam bahasa Ba'aroqh juga, berkat alat translasi otomatis yang dia kenakan. "Aku Ruri An-Nisa, kapten kapal Little Star. Kami punya janji bertemu hari ini. Dan kalau boleh kuperingatkan, dia tidak suka bisnisnya dihambat, bahkan oleh penjaganya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir Bintang
Научная фантастикаRuri An-Nisa, kapten kapal kargo Little Star menerima sebuah pekerjaan misterius, dari klien yang juga tidak kalah misterius, untuk mengirimkan beberapa kotak kargo ke Gugus Awan Magellan Besar yang berjarak 600 ribu tahun cahaya dari Bumi. Kondisi...