Dia juga sakit.

202 18 2
                                    

For you, I could pretend like I was happy when I was sad
For you, I could pretend like I was strong when I was hurt■


■It's All Fake Love■

Kriiekk-

Decitan pintu terdengar seperti didorong dengan pelan. Nada seperti sudah terbiasa dengan hal itu, mengacuhkan.

Hari ini Nada harus mengambil kelas siang dan berakhir malas untuk kembali ke apartement. Memanfaatkan ketenangan dan desiran angin yg menyapa jendela kelas lantai 3 ini. Nada dengan senang hati berdiam diri bersama buku-bukunya.

Bukan apa-apa. Nada mendapat kabar bahwa nilainya merosot. Orang tuanya yg gila selalu menuntut anaknya untuk menjadi sempurna.

Sekalipun ada kenyataan bahwa tidak ada yg sempurna didunia ini. Pengecualian untuk Tuan Blanchard.

Seorang ilmuwan, psikolog, dan dokter terkenal di New York.

Ia diwarisi kepintaran yg melewati rata-rata. Ia sudah menyandang gelar dokter termuda disaat ia masih 19 tahun. Menyambung gelar psikolog dan berakhir ditunjuk pemerintah untuk menjadi ilmuwan.

Satu lagi sifat yg diwarisi kepadanya. Pekerja keras.

Sangat pekerja keras. Hingga ia menghabiskan waktunya dengan bekerja, belajar, dan begitu seterusnya.

Bertemu dengan Nyonya Blanchard di pameran hybrid 18 tahun yg lalu.

Dan melahirkan seorang anak perempuan cantik berpipi semu. Diberi nama Elaine Nada Blanchard.

Dan resmi menikah dengan Nyonya Blanchard ketika usia Nada sudah 1 tahun.

Kawin dulu. Baru nikah.

Hal biasa.

Lagipula ia sangat sibuk hanya untuk membuat acara pernikahan. Demi apapun pasti banyak yg akan diurus dan banyak yg akan diundang.

Merepotkan.

Nada membuka halaman kedua bukunya.

Krieekk-

"Oh tolonglah. Tinggalkan aku sejenak. Aku hanya ingin berkonsentrasi." Ucap Nada. Pandangannya lurus kearah pintu. Kepada pintu yg sejak tadi bergerak malu.

"Aku tak tau apa maumu. Jadi tolong jika ada kepentingan beri tau aku dalam cara lain." Nada berusaha agar lawan bicaranya tidak tersinggung dan paham.

Blamm!





Dan tentu saja, lawan bicaranya tidak mengindahkan kata-kata Nada. Helaan nafas Nada terdengar.

"Baiklah, aku akan mengikutimu."

Nada mengikuti arah sesuai suhu. Dingin. Dingin yg berbeda.

Hingga ia berbelok dan wajahnya tepat didepan wajah sang pengganggu yg selama ini selalu menemui Nada jika malam datang.

"Baiklah. Ada apa disini?"








●●●


Disebuah universitas bernama Sempiternal University.

Dengan damai dihembus angin dimusim dingin, para mahasiswa terlihat sehat dengan baju musim dingin mereka.

Tak ada yg spesial. Hanya saja seorang mahasiswa terlihat menggigil dengan pakaian musim dinginnya.

Entah apa yg membuatnya seperti itu.

Mungkin karna ia mendapat panggilan dari rumah sakit. Bahwa orangtua nya sudah meninggal dunia.

Ah mungkin saja.

"Nona Galiene?" Seorang perawat melihatnya berdiri didekat ruangan tempat orangtuanya bisa dirawat. Tempat dimana ia selalu dicaci maki sumpah serapah sembari menyuapi orang tua bangka tersebut.

"Y-ya? Dimana or-orangtua saya?" Masih sedikit mengigil. Jey mengikuti sang perawat bertubuh langsing dan berkulit tan. Sangat eksotis.

"Kau sepertinya kedinginan. Hangatkanlah tubuhmu terlebih dahulu" perawat membuka sebuah pintu ruangan. Yg disana ternyata adalah ruangan untuk beristirahat sang perawat.

"Park Min Ji, nama yg aneh" Sang perawat terkekeh mendengarnya.

"Duduklah diruanganku." Jey mengitari ruangan tersebut dan melihat sebuah foto kecil berbingkai didekat kasur milik perempuan yg bernama Park Min Ji itu.

"Aku akan mengantarkanmu ketempat orang tuamu besok. Aku tau kau masih shock. Dan panggil saja aku Minji."

Anggukan milik Jey mengakhiri pembicaraan mereka.

Jey terduduk dan menangis. Tak ada yg bisa ia katakan sebenarnya. Ia berusaha terlihat kuat didepan Minji, yg tentu saja Minji mengetahui hal tersebut.

Inilah alasannya, Minji tak membawa Jey langsung ketempat orangtua Jey.

"Bagaimana dengan sialan itu?"

"Dia punya nama" mengambil segelas kopi dan menambah 2 gula berbentuk dadu kecil.


"Tetap saja. Sialan."

"Asal kau tau, dia indah." Mendudukkan dirinya didekat lelaki yg sedang memantau cctv rumah sakit.

"Aku tau, Minji. Karna itu aku membencinya"

"Oh ayolah Dokter Shawn, sang kepala rumah sakit yg terhormat. Kau tak seharusnya membenci Jey. Yg salah itu orangtua biadabnya." Minji mengelus punggung tegap pemuda bernama Shawn tersebut.

"Riwayatnya tertulis. Bahwa dia juga sakit. Kau tau!" Shawn melempar sebuah dokument.

Bertuliskan Galiene's daughter. Minji terperanjak dan lekas meletakkan kopinya. Merebut dokumen tersebut dan duduk menjauh dari Shawn yg sedang menahan amarahnya.

"Apa ini artinya?"

"Kita gunakan ia untuk project. Dan kirim dia ke New York!"

□□□

Semoga kalian suka.
Ada perombakan besar-besaran. Karna sejujurnya saya kehilangan ide terakhir kali.

Terima kasih






it's all fake loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang