Tetesan Petama : Mereka yang Hancur

41 3 1
                                    

-Cinta nggak pernah salah, Cinta itu selalu benar. Hanya saja Cinta terlalu baik untuk mau disalahkan.-

———VIRGA———

     September, 2016.

     Alunan lembut musik mengalir di toko tepi pantai. Meski dalam keadaan basah kuyup, rambut sepinggang milik Amaya masih kering tak tersentuh air.

     "Cappucino dingin satu, ya."

     Waitress toko dengan seragam yang khas itu mulai mencatat pesanan Amaya pada buku list ditangannya, "Tunggu disana ya, mbak." pinta waitress tersebut sambil menunjuk ke arah salahsatu meja kosong.

     Amaya pergi ke arah dimana jari telunjuk waitress itu mengarah. Sebuah meja dari kayu berbentuk lingkaran dan kursi dengan tipe yang sama pula. Diambilnya ponsel dari tas jinjing merah mencolok disampingnya. Ponsel berwarna putih dengan gantungan minnie mouse ditangannya perlahan chasingnya dia buka. Amaya mengambil kartu memori ponselnya, setelah beberapa lama mengamati benda mungil itu, Amaya melemparnya secara asal.

     Tidak berpikir kalau hal itu akan membawa petaka baginya.

     Blup!

     "What the-"

     Amaya menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sekarang jantungnya serasa berhenti berdetak, wajah Amaya menatap kaku lurus ke depan. Karena...kartu memori yang baru saja dilemparnya tepat masuk ke dalam segelas minuman berwarna merah di meja depannya, kartu memori itu mengambang perlahan seolah sedang mengejek Amaya. Meja itu memang kosong, tapi terdapat tulisan "sudah dipesan" diatasnya. Dari segelas minuman itu, bisa dibuktikan kalau beberapa menit lalu ada orang yang mendudukinya.

     Panik.

     Tanpa berpikir panjang, pada detik selanjutnya, tangan Amaya sudah mengambil dan menarik keluar kartu memori miliknya dari gelas itu. Sampai suara berat dari belakangnya memergoki perbuatan Amaya.

     "Lo siapa ya?" tegur suara berat itu.

     Amaya menghentikan kegiatannya. Perlahan dia menaruh gelas itu ke meja, lalu berbalik. "Gue bisa jelasin."

———VIRGA———

     Agustus, 2017

     Amaya.

     Gadis manis bernama Amaya itu perjalanan berdampingan dengan seorang cowok yang menjadi pusat perhatian taman kota tersebut. Tidak ada perbincangan antarkeduanya. Padahal biasanya cowok di samping Amaya ini dengan posesifnya memengangi tangan Amaya dengan erat. Sangan erat sampai tangan Amaya terasa sakit.

     Dan dari hal kecil itulah Amaya bisa memprediksi sesuatu yang tentu sangat diharapkannya tidak perlu terjadi.

     Amaya masih merindukan sosok cowok di sampingnya ini. Cowok yang hanya lembut terhadap Amaya. Cowok posesif sekaligus protektif yang mengekang hidup Amaya.

     Tapi Amaya mengerti. Sejak kejadian di minimarket seminggu yang lalu, hubungan antara keduanya menjadi renggang. Memang tidak bisa disalahkan, pada akhirnya Amaya lah yang salah. Sebuah kesalahan yang tidak bisa lagi ditolerir dengan logika, apalagi perasaan.

     Merasa cowok di sampingnya tidak lagi berjalan sejajar dengan Amaya. Amaya menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang. Sudah saatnya, ya.

     "Ada...sesuatu?"

     "Percuma. Gue nggak bisa lanjutin semua ini May." tukas cowok itu, "Kita putus."

VIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang