Gue udah kenal banget sama orang yang namanya Alex. Dia itu ketua kelas yang nyebelin. Udah gitu cuek banget.
Di kelas dia gak pernah mau negur teman-temannya kalau lagi ribut. Padahal tugas seorang ketua kelas kan jaga kelasnya. Dia malah bodo amat. Gue pernah tanya kenapa dia gak peduli kayak gitu dan jawabannya luar biasa. Karena itu bukan tugasnya. Itu tugas keamanan kelas. Wow!
Ini adalah ciri-ciri cowok gak bertanggung jawab. Udah dikasih amanat buat jaga kelas, tapi tingkahnya kayak gitu. Please, dia buruk untuk jadi ketua kelas.
Selain itu dia suka ganggu gue. Tapi gak pernah mau jujur. Cuek dan jahil. Gue gak suka. Apalagi gak jujur.
Kayak sekarang saat gue lagi ikat tali sepatu di lapangan pas jam olahraga. Tiba-tiba botol mineral kosong terhempas ke kepala gue. Gue tanya sama cowok-cowok yang lagi main basket karena arahnya dari sana, tapi nggak ada yang mau ngaku.
Satu yang gue curigai. Alex.
Dia emang lagi istirahat dan duduk di bibir lapangan karena lagi haus dan numpang minum sebentar untuk melepas penat. Tapi, dia masa langsung buang muka saat gue lirik ke arahnya. Dan, itu sudah pasti.
Gue segera mendekat lalu menjewer telinganya sembari berkacak pinggang. "Eh, lo kenapa, sih, hobinya ngejahilin gue terus?" Dia meringis, kasihan, gue lepas.
"Apaan, sih, lo? Kok, gue?"
"Lo 'kan yang lempar botol ke kepala gue pas gue lagi sibuk ikat tali sepatu di sana?"
Dia berdiri dan menatap kesal gue. "Lo nuduh gue?"
"Nggak, tapi emang kenyataan. Siapa lagi kalau bukan lo. Kemarin-kemarin juga lo tapi sayangnya lo selalu bo'ong. Sekarang lo gak bisa mengelak lagi," kata gue lantang. Kalau dia didiemin, pasti bakal kebiasaan dianya.
"Whatever. Emang, kemarin-kemarin itu gue, tapi, hari ini gue gak niat buat ngerjain lo."
Gue gak tahu dia bohong atau nggak. Yang pasti, gue gak mau ladenin orang itu. Gue lebih milih pergi dan lanjut main sama teman di sisa waktu olahraga sebelum berganti jam pelajaran.
Setelah bel berbunyi, kami kembali ke kelas dan berganti pakaian olahraga menjadi seragam putih abu-abu. Kami semua merasa lelah.
Gue juga haus dan pengen minum kayak lainnya. Tapi, gue terkejut banget pas tahu kalau gue ternyata lupa bawa air minum. Malah gue haus banget lagi.
Seketika, cowok yang gue benci itu datang dengan wajah datar. Mau apalagi dia? Pasti mau cari masalah. Emang ya, hobinya aneh dari yang lainnya.
Gue mengabaikan orang itu dan memutuskan untuk duduk saja di kelas sambil menunggu jam berikutnya. Anehnya, dia tanpa permisi duduk di samping gue dan menyodorkan sebotol air mineral.
"Nih, buat lo. Kebetulan gue banyak stok."
Satu botol di tangannya dia minum dan satunya lagi buat gue. Oke, gue gak ngerti maksud dia apa. Jarang-jarang dia baik kayak gini. Tapi, bukan berarti gak ada maksud, kan?
Gue secara mentah-mentah menolak barang itu. "Sori, kalau lo cuma baik tapi ada maunya gue gak mau."
Dia terkekeh dan mengacak rambut gue pelan. "Lo kenapa, sih, bawaannya curigaan mulu sama gue. Gue jahil salah, gue baik salah. Aneh."
Dia bilang gue aneh? Dia kali yang aneh. Masa gak ada angin atau badai baik kayak gitu. Ya pastilah siapapun bakalan curiga.
"Udah minum aja. Mumpung gratis. Haus juga, kan?" Dia bangkit dan sempat menoleh beberapa detik. "Nanti pulang jangan pulang dulu." Lalu tersenyum kemudian pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Thing [1/1]
Short Story[1/1] Kenapa sih, gue harus ngerasain hal kayak gini. Gue aja benci sama diri gue sendiri. #96 in Short Story - 190319 © Desember 2017