1

48 1 3
                                    

Seoul, sebuah kota metropolitan atau bisa dibilang megapolitan, karna seluruh pusat ekonomi dan perdagangan Korea Selatan ada disini, hanya sekitar 30 menit dari kota Yangju tempat para militer berkumpul.

Ditempat yang sangat mobilitas ini membutuhkan kecepatan, semua orang membutuhkan transportasi yang nyaman dab terpenting tepat waktu hingga untuk masalah kemanusiaan sering tidak diindahkan. Hampir seluruh masyarakat disana masa bodoh dengan kesulitan orang lain, mereka hanya ingin tepat waktu tanpa ada masalah di dirinya dan untuk masalah orang lain, mereka akan tutup mata.

Di sebuah kereta cepat

Banyak orang yang memasuki kereta kali ini, dengan usia yang berbeda- beda. Dari usia anak- anak karna akan sekolah hingga usia tua, dari yang hamil sampai yang disabilitas.

"Pengguna kereta harap memberikan tempat duduk untuk kaum prioritas, ibu hamil, penyandang disabilitas dan orang tua"

Sebuah suara dari speaker kereta bergema. Seorang ibu yang tengah hamil muda mendekati seorang gadis yang tengah duduk di kursi penumpang.

"Kalau kau tidak hamil, pergilah aku akan duduk" katanya tanpa sopan terhadap gadis itu.

Semua mata memandang kearah mereka, gadis tersebut hanya bisa mengatakan "ne" dengan pelan.

"Meskipun anda sedang hamil tapi sikap anda tidak boleh kasar terhadapnya" kata seseorang yang dekat dengan mereka. seorang pria berpakaian Coat hitam sangat stylish.

"Harusnya ia tahu jika tempat duduk hanya untuk ibu hamil, orang cacat dan orang tua" bentak wanita hamil itu.

"Tidak tahu sopan santun" sahut orang tua didekat mereka dan akhirnya mereka yang ada di kereta itu menimpalinya untuk sekadar mengatakan "wanita hamil itu tidak sopan" tapi wanita itu tidak peduli ia tetap duduk di tempat gadis tadi.

Sementara gadis yang dibentak tadi sudah berdiri dari tempatnya dengan menggunakan keruk kaki. Setelah diperhatikan ternyata kakinya sedang di gips dan ia tidak bisa berdiri lama.

"Duduklah disini" pinta seorang pria tua yang tak jauh dari dirinya.

"Aniyo haraboji, kau lebih membutuhkannya" ucap gadis itu.

Kraaakkk

"Aaarrrggghhh" serempak mereka berteriak karna ternyata keretanya berhenti mendadak dan si gadis tadi merasakan ngilu di kakinya yang sakit, hingga akhirnya badannya yang ringan itu digendong oleh pria yang memakai Coat hitam itu.

"Begini lebih baik untuk kakimu" kata pria itu.

Seisi kereta melihat mereka dengan takjub, ada yang iri, ada yang mengatakan "pria itu gentleman" bahkan ada yang bilang "anak jaman sekarang tidak tahu malu"

"Turunkan aku, tuan" pinta gadis itu karna banyak pasang mata melihat mereka yang bagaikan sepasang kekasih tapi pria itu tetap tidak mengindahkannya.

Hanya berjarak 2 stasiun akhirnya mereka turun dari kereta begitu juga yang lainnya.

"Tuan, turunkan aku" pinta gadis itu setelah mereka sudah sampai depan stasiun. Bukan apa- apa selama dari kereta hingga melewati tempat tiket, pria ini tidak mau menurunkannya dan baru sampai gerbang stasiun ia bisa turun.

"Lain kali naiklah taksi jika sedang sakit" kata pria itu.

"Ne, gomawo" ucap gadis itu.

"Tunggu" cegah pria itu ketika sang gadis akan berjalan lagi "nuguseyo?" tanyanya

Sang gadis melihat balik kearahnya dan berkata "Park Rheeyo imnida"

"Ah ne" pria tadi memunggunginya dan berjalan tapi gadis itu bertanya balik siapa namanya dan pria itu menjawab.

"Lee Hongbin Imnida"

"Jika kita bertemu lagi, aku berharap kau mau menjadi pacarku" lanjut Hongbin tersenyum dan meninggalkan gadis yang masih terdiam dan shock mencerna kata- kata Hongbin tersebut.

The End

dewie94

Tiba- tiba ada ide ini

SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang