03. Nggak Ada Hantu Di Kantor

176 25 17
                                    


Sejak Aluna memutuskan untuk bekerja, hari terasa berjalan lebih cepat. Mungkin karena dia banyak menghabiskan waktunya di kantor daripada di rumah. Ketika teman-temannya pergi ke mall, ke salon, ke kelab malam, Aluna lebih suka bekerja di kantor. Atau jika dia butuh suasana baru, café adalah tujuan yang paling memungkinkan. Tapi yang mengherankan, tidak ada seorang pun yang tak kenal Aluna di kampusnya.

Coba saja tanya ke siapa saja yang ada di kampus, "Tahu Aluna tidak?"

Pasti jawabannya 'iya'.

Katakanlah bahwa Aluna adalah seekor kupu-kupu. Ia adalah petualang. Semasa kuliah ia banyak bertemu orang baru, menjalin relasi yang ia pikir akan sangat berguna di masa depannya.

Dan tahun lalu, Aluna bertemu Bang Ozi di suatu galeri seni. Memiliki kecintaan yang sama pada seni, mereka berdua mengobrol dan saling berkenalan. Bang Ozi ternyata bekerja di agensi periklanan di daerah Jakarta Barat, N:ext. Tentu saja Aluna tahu. Beberapa temannya pernah magang di sana.

Aluna yang membutuhkan kegiatan magang untuk memenuhi kredit semesternya memanfaatkan hal ini dan tanpa malu-malu meminta tolong pada Bang Ozi untuk melakukan cara agar Aluna bisa bekerja di sana.

"Bang Ozi, bisa dong bantuin gue masuk ke N:ext? Gue butuh tempat magang, nih," tanyanya, out of the blue.

"Who am I to decide? Gue kan juga karyawan." Bang Ozi terkekeh, mungkin merasa heran dengan sikap Aluna yang begitu transparan, dan sedikit naif.

"Tapi berhubung gue udah lihat portofolio lo, kayaknya gue bisa bantu ngebagus-bagusin lo di depan bos gue," tambahnya.

Senyum Aluna merekah.

Bang Ozi ikut tersenyum. Tiba-tiba ia merindukan adiknya yang sudah tiada.

"Lun, gue duluan, ya. Lo jangan pulang kemaleman." Karen meraih tasnya, berpamitan pada gadis yang sedang sibuk dengan komputernya.

Yang dipamiti hanya mengacungkan jari telunjuk dan jempolnya yang bertaut dan menyisakan 3 buah jari yang berdiri, sambil berujar 'oke'.

Pekerjaannya seakan tiada habisnya. Satu pekerjaan belum selesai, muncul yang lain. Sepertinya hal ini selalu dialami orang yang berkerja di bidang advertising.

Kadang-kadang Aluna berharap ada 27 jam dalam satu hari.

Seminggu ini Aluna sulit tidur. Ada tiga project yang sedang ia kerjakan belakangan ini, ditambah satu project yang baru saja dijelaskan Arian tadi pagi.

Yang membuat mood teman-temannya memburuk seharian.

Walaupun kata sepakat sudah didapatkan, Aluna tetap merasa bertanggungjawab karena dialah yang membuat hal ini terjadi. Maka dari itu, malam ini Aluna lembur, bertekad untuk menyelesaikan konsep yang akan dikonsultasikan bersama Bang Ozi besok pagi.

"Kok belum pulang?"

Aluna mendongakkan kepalanya setelah mendengar suara yang dikenalnya.

"Arian?" tanya Aluna untuk memastikan.

Lampu kantor sudah setengah mati, dan malam itu hanya dia satu-satunya karyawan yang tersisa di lantai 2. Dia tidak menyangka kalau Arian masih ada di sini.

"Kamu ngapain, Yan?" tanya Aluna lagi. Kini perhatiannya sudah kembali ke komputer lagi.

Arian berjalan mendekati Aluna. "Nggak, heran aja kenapa lantai 2 masih terang. Kirain udah pulang semua," terangnya. "Kamu?"

"Cari footage, siapa tahu dapat ide. Capek juga." Aluna memejamkan matanya. Dia mengangkat lengannya sebagai perenggangan dan memijit-mijit leher belakangnya.

Alluring AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang