Pertunangan Putri Bangsawan

1 0 0
                                    

     "Hari ini sungguh melelahkan lebih baik aku lekas tidur saat ini"
Gumam Haris di malam hari itu.
Tiba - tiba saja handphonenya berdering sehingga menyebabkan dirinya sedikit terkejut.

     "Ris, besok bisakah kita bertemu aku ingin menjawab pernyataanmu waktu itu.  Tapi aku ingin kau mengatakan itu sekali lagi saat kita bertemu"isi pesan dari Olivia.

"begitu ya, akhirnya setelah kunanti dia akan menjawabnya besok"gumam Haris.

       Sesuai permintaan Via, Haris datang menemuinya di sebuah cafe yang telah ditentukan. Cafe tersebut bernama Rosemary.

"Maaf apa kau sudah lama menunggu ?"
"Tidak juga aku baru sampai. Kamu mau pesan sesuatu akan ku bayar"ujar Olivia.
"Tidak perlu, jadi bagaimana ?"tanya Haris penasaran.

"Hmm... Bagaimana aku memulainya ya ? Ah.. Kemarin entah itu dirimu atau bukan aku melihatmu memboncengi seorang wanita..."
"Oh... Itu teman satu kampusku, memangnya kenapa ?"

"Tidak ada,  oh ya...  Aku akhirnya menemukan jawaban untuk pernyataanmu waktu itu. Jadi maukah kau mengulanginya? "ujar Olivia sedikit malu terlihat dari wajahnya yang memerah.

"Via, maukah kamu menjadi kekasihku? "ucap Haris serius.
Mendengar itu wajah Olivia nampak semakin memerah. Dengan malu dia menjawab iya.
"Sungguh ! Apa kau yakin dengan ini ?"
"Yah, kurasa begitu. Mulai saat ini kita adalah pasangan kekasih"

    Mereka berdua terdiam beberapa saat keduanya bingung ingin berkata apa.
Tuut...tuut...tuut
Handphone Olivia berdering ditengah keheningan itu. Rupanya seseorang menelphone dirinya.

"Ya, denganku. Loh... Mama ada apa ? Hah... Baiklah aku segera kesana"mematikan telphonenya lalu memasukannya ke dalam tas.

"Maaf ya ris aku harus segera pergi ibuku bilang fotographernya sudah menunggu"
"Ya, hati - hati"ucap Haris sambil melambaikan tangannya

****

"Papa, kurasa aku sudah menemukannya. Seseorang yang membuatku ingin terus bersamanya"

"Oohh... Begitu rupanya, baiklah kalau begitu pertemukan ayah dengannya, ayah ingin melihat seperti apa dirinya"

"Sekarang ?"tanya Olivia.
"Kapan pun dirinya siap ?"
"Baiklah aku akan memberitahukannya"

    Lalu Olivia pergi masuk ke kamarnya mengambil handphonenya dan menelphone Haris.

"Hallo Via ada apa ?"
"orang tuaku ingin bertemu denganmu. Bisakah kamu datang ? Kau boleh datang kapanpun kau siap"

"Begitu ya, sekarang ini sepertinya aku tidak bisa mungkin hari minggu nanti, aku harus mempersiapkan diriku"

"Ku tunggu disini. Sampai jumpa, aku mencintaimu ris"
.
.
.
Sesuai janjinya Haris datang ke rumah Olivia memakai kemaja putih seperti Biasanya.

"Papah dia sudah sampai"
"Begitukah ? Ajak dia kemari ayah ingin berbicara empat mata dengannya"

    Olivia mengangguk lalu pergi ke ruang tamu memanggil Haris. Via terlihat sangat takut menghadapi situasi sekarang ini.
"Tidak perlu khawatir. tenang saja ini hanya pembicaraan biasa bukan ?"ucap Haris santai.

"Duduklah, siapa namamu ?"
"Haris. Haris Amsareza"ucapnya pasti.
"Haris ya ? apa kau yakin ingin berhubungan dengan putriku"
"Tentu saja"
"Baiklah kalau begitu. Jelaskan padaku apa yang bisa membuat dirimu pantas bersanding dengannya ? Ingat hal ini Olivia itu putri bangsawan dengan kata lain anggota kerajaan ingin menikah dengan rakyat ? Apa yang membuatmu pantas ? Jawablah!"

    Haris terdiam ketika ditanya seperti itu, ia baru mengetahui bahwa Via adalah seorang putri kerajaan. Via sendiri tidak pernah memberitahunya sama sekali.

"Bolehkah saya mengetahui terlebih dulu mengenai keluarga kerajaan yang anda katakan ?"
"Baiklah ini bacalah ! Buku ini mengenai keluarga kami"

    Haris membaca dengan detail setiap lembar halaman buku kecil tersebut sampai habis. Ia kembali terdiam beberapa saat.

"Apa benar Via memiliki mata merah sejak lahir ?"
"Tentu saja. Mata merah terang itu sudah ada sejak ia lahir, memangnya kenapa ?"

"Apa anda tahu penyebabnya ?"
"Entahlah... Tetapi neneknya berkata bahwa itu akibat sejenis kristal yang berwarna merah di dalam tubuhnya"

"Begitu ya... Kalau begitu yang membuat saya pantas dengannya karena saya adalah pemilik kristal biru!"

"Apa! Mana mungkin !?"
Haris berkonsentrasi penuh lalu secara perlahan kristal biru tersebut muncul dari telapak tangannya.

"Wahh... Akhirnya perkataan beliau terwujud, ini takdir yang dikehendakinya. Via masuklah !"
Olivia masuk lalu duduk disamping ayahnya.

    Tak berapa lama ibunya datang membawa sebuah paper bag yang isinya kertas - kertas sepertinya penting.

"Baiklah karena kau sudah ku anggap dapat memegang nama keluarga kami, kita akan memulai upacara selanjutnya yakni pertunangan"
"Hah...? Bukankah ini terlalu cepat"Haris langsung terkejut.

"Beliau bilang untuk sesegera mungkin menikahkannya.  Kau tidak mau saat ini langsung menikah bukan?"Haris menggangguk.

Hapalkanlah kata kata dikertas ini, kamu juga putriku"
"Baiklah"jawab keduanya hampir bersamaan.

     Kertas tersebut berisi janji - janji yang harus mereka pikul ketika berumah tangga nanti.

     Ibunda Olivia meletakan rangkaian bunga di kepala anaknya.

"Sepertinya kalian sudah membacanya lalu sekarang satukanlah telapak tangan dan juga dahi kalian"

"Pejamkan mata kalian lalu ucapkan janji terakhir di secarik kertas tadi, pertama Haris kamu terlebih dulu"

"Namaku Haris Amsareza dengan ini berjanji akan menerima seluruh beban keluarga Fransisca"
"Namaku Olivia Fransisca dengan ini berjanji akan melanjutkan tongkat keluargaku bersama dengan dirinya, Haris"

"Bagus dengan ini pertunangan sudah selesai"
Haris dan Olivia lalu lansung melepaskan tangan mereka dan kembali duduk seperti biasa.

"Tepati janji kalian ya"ucap ibunya pelan
"Ini hadiah dari kami, terimalah"
Lanjutnya memberikan dua buah kotak kecil pada keduanya.

    Ketika dibuka ternyata kotak tersebut berisi cincin perak yang indah. Olivia lansung saja meminta Haris memakaikannya di jari manisnya. Via terlihat sangat bahagia di hari itu.
.
.
.
.
.
.
*gimana reader pendapatnya ?
Ingat voment ya ! Salam penulis...

The Magic Crystal II : To The Rescue (Ongoing) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang