3

124 14 4
                                    

Alodia POV
Hari senin hari yang sangat menakutkan, hari di mana guru garang tak segan menghukum murid yang terlambat mengikuti upacara. Setelah menyiapkan sarapan, aku bergegas untuk menuju halte. Sebelum aku ketinggalan bus. Sepanjang jalan aku menyapa orang yang aku kenal. Sesampainya di halte aku duduk di bangku yang disediakan di halte. Setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya bus datang. Syukurlah aku jadi ngga perlu di hukum.

Sesampainya di sekolah, aku langsung menuju kelas. Kebetulan kelasku satu lantai dengan kak Morgan, senior yang saat ini aku sukai. Tak sengaja aku melihatnya sedang duduk dengan telinga yang terpasang earphone. Saat aku masih memandangnya, tiba-tiba ia juga menatap langsung pada mataku.

DEG

Entah kenapa selalu seperti ini saat aku menatap manik itu. Tatapan tajamnya seolang ingin mengulitiku. Berbeda sekali saat ia menatap gadis lainnya. Saat menatapku, tak pernah ada sinar kelembutan. Akupun melepas kontak mata dengannya. Dam langsung berlari menuju kelas.

Sesampainya di kelas, seperti biasa Dahlia sudah datang. Dan selalu menyapaku.

“tumben, berangkat pagi”, tanyanya heran. Karena aku berangkat pagi

“Berangkat pagi salah, siang salah. Maunya apa sih”. Balasku dengan nada yang dibuat ketus

“Ngga gitu, aneh aja”. Ucapnya sambil nyengir.

Kemudian kami bercerita tentang weekend. Ia menceritakan jika kemarin Mario kekasihnya mengajaknya kencan. Aku sesekali menanggapi ceritanya. Tak terasa kami bercerita, jam sudah menunjuk pukul 7. Aku heran kenapa nelum ada tanda-tanda upacara.

Kriinggg

Bel masuk, tak lama kemudian mr. Andre masuk ke kelas kami. Di belakangnya seperti murid baru, karena aku tak pernah melihatnya.

“Selamat pagi anak-anak”. Sapa mr. Andre pada kami

“Pagi sir”. Ucap kami serentak

“Well, kita kedatangan teman baru. Perkenalkan namamu nak”, ucap Mr.Andre pada anak baru itu.

Entah kenapa aku merasa jika ia sedari tadi menatap ke arahku. Aku segera menepis pemikiran itu.

Saat ia akan memperkenalkan diri. Semua siswi bersorak bahkan Dahlia yang berada tepat di sampingku pun ikut berteriak. Aku menyenggol lengannya dan memberinya peringatan.

“Halo semua, perkenalkan saya Leonardo Felix Abraham. Semoga kita dapat berteman”. Ucapnya memperkenalkan diri.

Whattt. Dari klan Abraham pemilik perusahaan yang sudah mendunia. Aku heran kenapa ia bersekolah di tempat seperti ini jika keluarganya bisa membiayai sekolah yang lebih elit. Bukannya aku merendahkan sekolah ini, sekolahku juga termasuk sekolah yang elit. Tapi di kota ini masih ada sekolah yang lebih elit.

Saat Leo memperkenalkan diri banyak siswi yang menaruh minat padanya. Aku akui Leo tampan, dengan postur tubuh tegap, bibir merah alaminya, dan jangan lupakan bola matanya yang berwana biru. Menambah kesan tampan pada dirinya.

“Silahkan kamu duduk di belakang Alodia”, ucap Mr.Andre

Kemudian ia melangkah ke mejanya. Saat aku melihat ke arahnya ia mengedipkan sebelah matanya padaku. Semua berteriak histeris saat Leo melakukan itu.

“Bolehkah aku berkenalan denganmu?” tanyanya padaku

Saat aku akan menjawab, Dahlia terlebih dahulu menjawabnya.

“Namanya Alodia El Nerissa, panggilannya Alodia. Dan aku Dahlia Alexander. Panggil saja Lia”

“Kalian sudah tahu namaku kan, semoga kita bisa menjadi teman yang baik”

“Perkenalannya di lanjutkan nanti, kita akan memulai pelajaran di pagi ini” Ucap Mr. Andre menginterupsi

Alodia POV end

***

Saat istirahat, Leo mengekori Alodia dan Dahlia. Dan itu membuat siswi di kelasnya iri.

Bahkan saat menuju kantin banyak menatap tak suka. Dalam beberapa jam saja Leo sudah menjadi pusat perhatian.

Di kantin, Alodia duduk di bangku yang biasa ia tempati, dahlia menanyakan pesanan pada Alodia dan Leo.

“Kalian pesan apa?, biar sekalian aku pesakan”

“Nasi goreng ayam”, ucap Alodiadan Leo serempak

“Baru beberapa jam kenal kok udah kompakan sih”. Goda Dahlia

“Apa sih”, ucap Alodia malu-malu

“Minumnya es jeruk aja ya”

“Otte”. Kebiasaan Alodia saat mengatakan oke

Keadaan menjadi canggung, saat Dahlia pergi memesan. Alodia berusaha mencairkan suasana.

“Tadinya kamu sekolah di mana?”

“Aku dulu sekolah di Paris, tapi bunda memintaku untuk bersekolah di Indonesia. Jadi ya aku pindah ke sini”

“Wow, Paris kota romantis. Padahal lebih enak sekolah di sana”

“Engga juga, soalnya di sana jauh dari keluarga. Jadi ngga enak”

“Iya juga sih”

Mereka terus mengobrol sampai Dahlia membawa pesanan mereka. Tiba-tiba kantin riuh, tanpa menoleh pun Alodia sudah tahu, jika most wanted sekolah sedang berada di kantin.

Alodia mencari keberadaan Morgan yang biasanya ke kantin bersama most wanted lainnya.

Tapi saat ia mengarahkan pandangannya, ia tak melihat Morgan.

Di lain tempat, Morgan sedang memainkan piano. Memainkan instrumen kesukaannya. Tiba-tiba kilasan masa lalunya terlintas. Seorang gadis kecil yang menyukai instrumen instrumen
lagu yang sama dengannya. Dan kini gadis itu elah menjadi kekasihyang amat ia cintai.

***

Chenzy publish lagi. Mumpung ada ide
Semoga kalian menyukai cerita ini.

Salam manis dari Chenzy
💕💕💕

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang