Bab 1

5 0 0
                                    


“ biarlah takdir menggerakkan waktu, jalani hidup ini sepenuh hati ”

Di malam yang gelap. Tanpa bintang. Bulan, yang bersembunyi di balik awan dan hujan.
Rintik-rintik hujan ikut serta merasakan kesedihan seorang gadis yang meringkuk kedinginan dibalik jaket tebalnya yang mampu menenggelamkan dirinya.
Ia berteduh di bawah pohon  lebat – mirip pohon akasia dengan daun yang agak berbeda .
Berada tak jauh dari jalan beraspal yang tampak berlubang karena tetesan air hujan.
Sebuah payung kecil yang ia pegang nampaknya tak mampu menghalangi ia dari air hujan,  jatuh membasahi sebuah koper besar dan tas gendongnya yang nampak kelebihan muatan. Maklum saja, hujan yang tadinya rintik-rintik rupanya bertambah besar, apalagi disertai angin yang bertiup dari arah barat laut- dari Benua Asia- yang udaranya mempunyai kelembaban yang cukup tinggi sehingga curah hujannya pun demikian lebatnya.
Setiap detik mulutnya tak berhenti berkomat-kamit dan jarinya tak pernah berhenti bergerak - mungkin sedang  berdoa dan berdzikir – untuk memohon perlindungan-Nya di tengah kesendirianya yang tak mungkin lagi mendapat pertolongan dari segelintir manusia yang khilaf untuk melewati jalan di depannya yang berada di dekat perkebunan teh yang jauh dari pemukiman penduduk di tengah hujan lebat dan gelapnya malam.
Setelah sekian lama hujan pun mereda.
Mulut dan jarinya pun tak terlihat bergerak lagi.
Kedua kelopak matanya pun terpejam menutupi keindahan kedua bola matanya yang hitam sekelam malam.
Payung kecil berwarna biru yang tadi ia pegang kini terlepas dari genggamannya. Rupanya Sang gadis telah tertidur akhibat kelelahan.
Dinginnya udara malam pegunungan pun tak mampu mengusiknya dari tidur lelap.

***

Dari ufuk timur ke ujung barat, adzan tak berhenti, terus berganti berkumandang seiring waktu Subuh yang terus berjalan baik di belahan bumi bagian timur maupun belahan bumi bagian barat.
Ayam pun tak berhenti untuk berkokok tandanya waktu pagi telah tiba. Perlahan-lahan Sang Fajar pun naik ke peraduannya untuk melaksanakan tugasnya di siang hari menggantikan Sang Rembulan di malam hari.
Setetes demi tetes embun pagi pun jatuh membasahi dedaunan. Diiringi udara pagi yang berhembus pelan yang sanggup merontokkan tulang.
Secercah sinar pun menelusup pelan – pelan ke dalam pengunungan yang melewati beberapa provinsi di Pulau Sumatera.
Lama-kelamaan sinar pun sampai di mana seorang gadis sedang meringkuk di bawah pohon lebat.
Sebagai tempat berteduh ketika waktu istirahat tiba, itu pun hanya ada beberapa  pohon di atas hamparan tanaman teh yang berdekatan dengan pegunungan Bukit Barisan.
Dari kejauhan lamat-lamat terdengar berduyun-duyun suara tapak kaki manusia yang sepertinya bekerja sebagai pemetik teh di perkebunan teh itu yang luasnya lebih dari 50 hektare.
Lama kelamaan suara-suara orang bercakap-cakap nampak jelas terdengar.
Akan tetapi hal itu tak juga membuat sang gadis bangun dari tidurnya.
Rombongan pemetik teh itu terlihat dari ujung jalan aspal pun semakin mendekati tempat di mana sang gadis yang masih meringgkuk di bawah pohon lebat.
Akhirnya, rombongan pemetik teh itu pun berhenti di depan pohon lebat itu. Beberapa wanita paru baya yang merupakan pemetik teh itu tampak terkejut.

“ Astagfirullah “ ucap salah satu wanita paru baya yang berperawakan mungil.
Mereka pun menghampiri sang gadis.
Salah satu wanita paruh baya yang bertubuh mungil tadi pun mencoba membangunkan sang gadis dengan menepuk-nepuk pelan pundaknya sambil berucap pelan.
“ Neng………..Neng………….Bangun………..Neng………..Neng………” dengan logat jawanya yang tampak medok – mungkin orang jawa yang merantau - .
Hingga kesekian kalinya wanita paruh baya yang bertubuh mungil itu menyerah.
Rupanya ia tak berhasil membangunkannya.

“ Bawa saja ke puskesmas, mbak. Biar parjo yang mengambil mobil pick up ” kata wanita paru baya berambut ikal yang berdiri di rombongan paling belakang dengan suara begitu  lantang.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memory SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang