1; Meet

1.5K 138 44
                                    

Normal pov

Arisaki Reina, gadis cuek yang antisosial, bukan karena memang ia tak mau berteman, hanya saja orang-oranglah yang menjauhinya. Reina hanya bisa pasrah dan menjalani kehidupan sekolahnya seperti ini di Aoba Josai.

Hari ini Reina sedang sial, ya sial. Sekelompok perempuan yang bisa dibilang membenci Reina sedang melakukan suatu hal. Ya, pembullyan.

"Hei jalang, belum cukup kau merebut pacar teman-temanku eh?!"

Dan lagi-lagi Reina masuk ke uks dengan beberapa luka baru, beruntung sekolah sudah mulai sepi mengingat ini sudah jam pulang, dan beberapa orang masih disekolah untuk mengikuti ekskul dan beberapa urusan osis.

Reina menghela nafas lelah,"selalu aku yang jadi korban."

"Oh, Arisaki-san," seru seseorang yang baru masuk kedalam uks, Iwaizumi Hajime.

"Senpai?"

Reina masih bingung kenapa senpainya ini tau namanya. Dan Reina mengenal Iwaizumi karena ia anggota klub voli yang lumayan populer.

"Kau sering ke uks ya," seru Iwaizumi seraya mendekati tempat Reina duduk.

"Mungkin karena aku ceroboh," sahut Reina sekenannya.

Iwaizumi duduk di hadapan Reina dan mengambil alih kapas yang digunakan Reina untuk membersikah lukanya dengan antiseptic.

"Senpai," Reina ingin protes.

"Biar ku bantu, kau terlihat kesulitan," seru Iwaizumi sambil melakukan tugasnya.

"Kenapa senpai membantuku?" Tanya Reina sambil menahan perih di tangannya.

"Karena aku mau."

"Tapi nanti senpai akan digosipkan."

"Aku tidak peduli dengan gosip, Arisaki-san," Iwaizumi menatap manik Reina dan sedikit tersenyum.

Iwaizumi kembali fokus pada lengan Reina dan berpindah ke lutut Reina yang juga terluka, tanpa disadari Iwaizumi, wajah Reina sudah mengeluarkan semburat merah.

'Kenapa aku jadi gugup sih!' Batin Reina kesal.

Setelah selesai membersihkan luka, Iwaizumi menutup luka di lutut Reina dengan kapas dan plaster, sedangkan lengannya dibalut perban sampai ke telapak tangan kiri Reina.

Iwaizumi bangkit dari tempatnya dan membersihkan kapas yang dipakainya tadi, Reina menemukan bekas luka akibat hantaman bola di dekat pergelangan tangan kanan Iwaizumi. Segera saja Reina menarik kaos Iwaizumi, membuat sang empunya menoleh dengan raut bertanya.

"Senpai kemari karena sakit bukan? Akan kubantu memperban pergelangan tangan senpai," sahut Reina dan menyiapkan antiseptic yang baru serta kapas baru.

Iwaizumi duduk kembali dan memperhatikan Reina yang fokus pada pergelangan tangannya, tanpa sadar sebenarnya Reina mengenggam tangan besar dan kasar milik Iwaizumi. Reina menyelesaikan balutannya dengan rapi lalu tersenyum dengan hasil kerjanya.

Deg!

Iwaizumi terpaku pada senyuman itu. Ya, sebelumnya Iwaizumi tidak pernah melihat senyuman Reina karena yang selalu ditampakkan Reina adalah ekspresi datar dan dingin serta acuh dan tatapan tajam.

"Kenapa tangan senpai sampai seperti ini, akan bahaya jika digunakan bermain voli sebelum sembuh," seru Reina.

"Tenang saja, aku yakin dalam seminggu sudah sembuh. Tentu aku hanya akan melatih stamina saja," sahut Iwaizumi dengan semburat merah dipipinya.

If I Know (Iwaizumi Hajime) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang