"Lebih baik kita bicara sambil mendaki keluar dari tempat ini," seru Henry yang sedang memperhatikan celah demi celah dari tebing-tebing yang mengelilingi mereka. "Selagi masih siang, sepertinya jalan ke atas akan sangat terang."
"Henry," panggil Chloe.
"Ingat Chloe, aku hanya akan menjawab kalau kamu bertanya dengan benar," sela Henry yang masih sibuk mencari jalan.
"Henry," Chloe memanggilnya lagi. "Sepertinya kakiku patah."
Henry pun terdiam sejenak dan menengok ke arah Chloe yang sedang terduduk dan memegangi kakinya. Henry perlahan mendekati Chloe. Dia pun berjongkok dan mulai menyentuh sepatu kats putih Chloe.
Chloe berusaha untuk tidak merintih kesakitan. Dia menepis tangan Henry yang saat itu hendak membuka sepatunya. "Jangan!" serunya. "Sepertinya liburanku di Labyrinth Cubs sampai di sini saja. Aku akan menunggu Dylan saja di sini."
Henry menatap sinis Chloe yang saat itu terlihat sangat pucat dan kedinginan. "Bodoh! Seharusnya kamu tidak percaya dengan orang seperti dia."
"Dylan?" tanya Chloe heran. "Dia mentor kelompokku. Tentu saja aku akan percaya padanya."
"Ya, mentor..." ucap Henry saat tiba-tiba menarik sepatu Chloe.
Chloe pun teriak keras sekali hingga menggema di antara tebing-tebing yang mengelilingi mereka. "Kamu sudah gila ya, Henry!"
"Iya, kakimu patah, Chloe," kata Henry sambil memperhatikan kaki Chloe yang memerah dan bengkak. "Kalau aku sembuhkan, mungkin kamu akan pingsan hingga beberapa jam dan kita akan mendaki tebing saat hari mulai sore."
"Ya sudah, kalau begitu tidak usah disembuhkan!" bentak Chloe. "Pergi sana, cari kelompokmu. Oh, tapi mungkin mereka sudah menemukan jumpball dan pergi ke level 4 sekarang."
"Hah! Tidak mungkin," kata Henry dengan sangat percaya diri. "Aku sudah menemukan jumpball untuk kelompokku," Henry mengeluarkan sebuah jumpball dari saku dalam jaketnya. "Jumpball ini diatur supaya hanya ditemukan oleh satu orang dari setiap kelompok. Kalau sudah ditemukan, maka anggota yang lain tidak akan menemukan jumpball lain dan tidak akan melihatnya walaupun ada di depan mata. Hebatkan?"
"Mengerikan!" gumam Chloe. "Jadi, kita harus saling bertemu dulu dengan anggota kelompok kita untuk mengetahui siapa yang sudah mendapatkan jumpball, begitu?"
"Iya. Dan di saat itu juga, kita tahu siapa yang berkhianat dan siapa yang tidak."
Chloe pun mulai teringat kelompoknya. Rasanya tidak mungkin ada yang berkhianat di antara Logan, Peter dan Emma. Sejauh ini kerjasama mereka baik sekali dan sama-sama sepakat untuk tidak menyerang kelompok lain.
"Pegang ini," Henry memberikan sebuah jumpball kepada Chloe. "Aku menemukan ini di dalam sungai tadi. Sepertinya ini milik kelompokmu."
Chloe dengan ragu menerimanya, "apa kamu gila?! Kalau aku yang pegang, itu artinya mereka akan buang-buang waktu sampai aku bertemu merekAAA...!" Chloe teriak kencang sekali saat Henry tiba-tiba menyelimuti kaki Chloe yang patah dengan serbuk peri berwarna ungu dan perlahan Chloe pun kehilangan kesadarannya.
===
Sore itu saat pulang sekolah. Chloe memilih jalan memutar lewat belakang sekolahnya menuju rumah. Chloe berharap tidak bertemu dengan Ruth dan gengnya yang hendak melantiknya menjadi anggota Voocord. Chloe tahu betul bahwa bergabung dengan Voocord akan membuat hidupnya di sekolah disegani oleh banyak orang bahkan dia bisa mendapatkan apa saja dalam sekejab. Namun hatinya benar-benar belum siap untuk bergabung dengan gadis-gadis sombong itu.
Tiba-tiba di salah satu gang yang hendak dilewati oleh Chloe, terdengar suara tong besar jatuh karena pukulan benda tumpul. Chloe ragu ingin mendekatinya karena kondisi jalan saat itu sangat sepi. Chloe pun perlahan berbalik untuk menghindari gang. Tapi saat Chloe mendengar bunyi tong itu lagi, dia mengurungkan niatnya dan berjalan perlahan ke gang tersebut.
Chloe melihat dengan jelas, Ryan Vander dan kawan-kawannya sedang memukuli anak sekolah yang tidak berdaya. Dengan tangan yang bergetar, Chloe mengambil telepon genggamnya dari tas dan perlahan merekam kejadian di gang itu. Ryan dan kawan-kawan sepertinya belum merasakan kehadiran Chloe di sana. Mereka masih dengan santai bergantian memukuli anak malang itu. Video yang terekam sudah menunjukan 15 detik lamanya. Telepon genggam Chloe pun hampir jatuh dari tangannya yang mulai basah dan bergetar.
Anak yang dipukuli itu mulai batuk darah. Chloe merasa tidak sanggup lagi melihat kejadian itu. Dia berhenti merekam dan mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk melawan 4 siswa pem-bully itu. Chloe melihat ada tumpukan semen di dekatnya. Chloe mengambil itu dan memasukkannya ke tas. Sambil menenteng tas yang berisi semen, Chloe memberanikan diri masuk ke gang. Ryan dan kawan-kawan pun berhenti memukuli anak itu dan menghampiri Chloe.
"Mau apa, Chlo?" tanya Ryan. "Tugas dari Ruth ya? Aku dengar dia sedang merekrutmu."
"Yan," seru Mike, "suruh aja dia yang habisin anak songong ini."
"Ide yang bagus, Mike."
"Ya, ide yang bagus, Mike," sambar Chloe sambil berusaha keras memberanikan dirinya. "Memangnya anak baru ini kenapa?"
"Biasalah," jawab Calvin. "Sambutan aja."
"Sambutan yang menarik," gumam Chloe yang saat itu sudah berjongkok dihadapan anak yang sudah babak belur itu dan memperhatikan setiap luka yang ada diwajahnya.
Chloe membuka perlahan tasnya dan menunjukan isinya ke anak itu. Chloe memberi aba-aba dengan matanya untuk melempar isi tas itu ke Ryan dan kawan-kawan. Chloe melirik semen di dalam tasnya dan memiringkan kepalanya ke kanan. Chloe melirik lagi semennya dan memiringkan kepalanya ke kiri.
Dengan gesit, tanpa aba-aba lagi, Chloe langsung mengambil segenggam serbuk semen dan melemparnya ke wajah Ryan dan Calvin yang berada di sebelah kanannya. Anak yang malang itu pun berusaha keras untuk bangun dan melepar segenggam semen ke wajah Mike dan Levi. Ryan dan kawan-kawan teriak kesakitan sambil memengang mata mereka yang perih.
Chloe yang saat itu sedang menggebu-gebu tidak begitu saja lari meninggalkan Ryan cs. Chloe menendang Ryan dan Mike dengan kencang hingga mereka tersungkur ke genangan air. Anak yang malang itu berusaha menghentikan Chloe yang saat itu juga ingin menendang Calvin dan Levi. Namun, Ryan yang tangguh keburu bangkit dan hendak mengampiri Chloe. Si anak baru dengan cepat menarik Chloe dan mereka pun lari secepat mungkin meninggalkan gang.
Mereka sampai di jalan besar yang ramai. Chloe memberikan jaketnya ke anak baru itu untuk menutupi luka-luka diwajanya. Di sepanjang perjalanan mereka terus menunduk, diam seribu bahasa, dan menghindari segala kontak mata dengan orang-orang di sekitarnya. Setelah lama berjalan, sampailah mereka di depan rumah tingkat dua yang di cat serba putih.
"Terima kasih sudah mengantarku sampai ke rumah," ucap anak baru itu.
Chloe pun tersadar bahwa dia selama ini mengikuti anak baru itu pulang ke rumahnya. Dia tertawa dan tersipu malu karena kebodohannya itu.
"Apa kamu mau mampir?" tanya anak itu.
"Ah tidak usah. Sudah hampir malam. Pasti ayahku sudah menunggu di rumah."
Chloe mengambil jaketnya tapi anak itu menarik kembali jaket itu dari tangan Chloe. "Ada bekas darahku di sini. Aku akan mengembalikannya setelah aku cuci nanti."
Chloe pun mengangguk dan langsung pergi dari sana.
"Hei!" panggil anak itu. "Siapa namamu?"
"Chloe."
"Aku Henry."
Chloe tidak menghirukan perkenalan singkat itu dan terus berjalan tanpa menengok ke arah Henry lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE MOON - Book 1
FantasiaDi tempat Chloe Zayn Ginadio berasal, dunia terbagi atas 4 bagian. Daerah pertama yang merupakan daerah terbesar bernama Allwynds -negeri para manusia, kedua adalah Morque -negeri para penyihir, ketiga adalah Hanzels -negeri para peri, elves, dan pi...