Pelan pelan, terdengar suara wanita tertawa
Tubuhku yang lemas berjalan perlahan menuju sumber suara tersebut
Entah apa yang membuatku menjadi seberani ini
Sampai di sana aku dikejutkan dengan pamanku, maksutku si duda gila yang sedang duduk di kursi malas sambil membaca koran
''Ibumu sedang pergi belanja sementara ayahmu sedang mengantar adikmu sekolah, kata ibumu kau sakit jadi tidak usah pergi ke sekolah dulu'', katanya dengan nada yang aneh tanpa melepas pandangannya dari koran yang ia baca
Aku bernapas lega. Semua rasa takut yang hinggap di tubuhku menghilang seketika mengetahui aku tak sendirian di rumah. Tubuhku yang lemah mulai terasa seperti telah terisi energi kembali. Aku tak pernah merasa sesenang ini bertemu dengan dugil sebelumnya.
Tanpa jawaban, aku pergi meninggalkannya begitu saja.
Aku berjalan menyusuri ruang demi ruang menuju kembali ke kamarku. Dalam perjalanan tak habis pikir suara siapakah yang kudengar tadi. Perasaan takut mulai kembali menghantuiku.
Aku mencoba menghilangkan rasa takutku dengan berpikir bahwa tadi mungkin hanya perasaanku saja, mungkin aku hanya terlalu takut sehingga berpikir aku mendengar sesuatu.
Sampai di depan pintu kamar baru kuingat bahwa semalam aku telah tidur bersama seonggok daging berkafan yang sangat tidak diharapkan.
Perlahan kubuka pintu kamarku dengan tangan gemetar. Dengan menahan nafas, kutengok seisi kamar.
Tidak ada apa apa.
Perlahan aku berjalan dengan sebisa mungkin tidak membuat suara menuju ke kasurku.
Dengan nafas yang masih tertahan aku menengok ke bawah untuk memastikan tidak ada apa apa disana.
Dan ya, memang tidak ada apa apa untuk dikhawatirkan.
Akal sehatku mulai berfikir bahwa pagi tadi mungkin hanyalah halusinasi. Tapi entah mengapa itu terasa sangat nyata. Apa yang terjadi pada diriku?
Ahhh sudahlah, dengan tetap memikirkannya hanya akan membuatku merasa lebih buruk.
Kurebahkan diriku di sofa kamarku. Kuraih earphone, kutancapkan pada ponselku namun sialnya ponselku kehabisan baterai.
Aku bangun dan pergi mengisi ulang dayanya. Namun sesuatu tergeletak di lantai tepat di samping meja belajarku menghentikan langkahku.
Sebuah ponsel.
to be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
MBAH JAMBRONG
HorrorMbah Jambrong, Higga kini nama itu masih terngiang jelas di telingaku, Aku benar benar shock dan takkan pernah bisa kuhapus nama itu dari ingatanku, Jika dulu aku yang mengarang tokoh itu demi menakut-nakuti mendiang adikku, Namun sekarang, Bahkan...