"Tanpa di katakan pun, aku memang tidak bisa tanpamu"
☆☆☆
Mungkin memang inilah akhir dari Aurin berjuang, dan cowok itu menyanyikan lagu tadi hanya untuk menenangkan hati Aurin. Tapi kenapa harus hari ini?
"Karena gue udah gak bisa berteman sama lo lagi" jawab Zidan membuat Aurin menjatuhkan air matanya, bosan memang adalah hal yang sudah melekat pada manusia jadi Zidan tidak bersalah
"Gak papa. Btw makasih yah udah nyanyi tadi, gue anggap itu adalah ucapan perpisahan dari lo" kata Aurin namun baru saja ia ingin melangkah namun Zidan mengatakan hal yang membuat Aurin semakin merasa di permainkan
"Gue gak mau berteman sama lo lagi, gue hanya mau lo jadi orang yang selalu di sisi gue" kata Zidan jujur
"Lo kira hati gue bisa lo tarik ulur gitu terus? Lo gak usah ngeluarin kata-kata yang lo saja gak bermaksud seperti itu. Atau memang lo seperti itu sama semua perempuan?" Kesal Aurin
"Gue serius Rin, gue tau lo gak percaya sama gue dan lo mungkin kira ini hanya karena ulang tahun lo! Tapi gue serius, selama lo di Austria gue menyadari perasaan gue sendiri berkat Angel yang beritahu gue tentang lo, awalnya gue kecewa karena lo udah nyerah gitu saja tapi kalau lo udah nyerah biarin gue selalu ada buat l" jelas Zidan
Aurin tidak menjawab memilih meninggalkan Zidan dan bergabung ke dalam rumahnya
☆☆☆
Lauren, Lena , Angel dan keluarga Aurin heran dengan Aurin yang masuk ke rumah dengan wajah yang menunjukkan sebuah kekesalan. Padahal mereka kira meninggalkan mereka berdua akan lebih baik namun apa yang terjadi? Apakah Aurin berubah melempari Zidan batu karena cowok itu tidak menyusul Aurin
Jadilah hari ulang tahun Aurin yang berantakan, Zidan hanya mengatakan perasaanya dan Aurin yakin cowok itu belum memahami perasaannya sendiri.
Gadis itu masuk ke dalam kamarnya lalu membuang diri di atas tempat tidurnya, kepalanya terasa pusing memikirkan itu semua.
Ceklek!
Ketiga temannya masuk ke dalam kamar dan duduk di samping Aurin
"Lo kenapa?" Tanya Lauren
"Dia ungkapin perasaanya" kata Aurin singkat
"Lo gak bahagia?" Tanya Lena
"Bahagia sih iya, banget. Tapi gue gak yakin perasaannya itu benar-benar suka, bisa aja di cuman kesepian selama seminggu itu makanya dia nyari gue. Katanya gue gak usah nunggu lagi dan membiarkannya berjuang sendiri"
"Lo jangan munafik Rin, dia juga kan belum nembak lo nah di situ lo masa pendekatan aja supaya lo tau sifat aslinya dulu" jelas Lauren
"Mungkin dia cuman ngungkapin tapi gak mau pacaran dulu Rin, dia cuman mau lo tau semuanya dan gak pergi lagi" kata Lena
"Gue sependapat sama Lena" kata Angel
"Cewek" cibir Fatyah yang entah kapan muncul di pintu kamar Aurin
☆☆☆
Semua berjalan lancar seperti yang di katakan ketiga sahabatnya itu, Zidan memang hanya mengungkapkan perasaan yang di rasakannya selama Aurin di Austria. Mereka masih menjalin 'sebatas teman' yang menurut ketiga sahabatnya itu bahwa Aurin semakin dekat dengan Zidan, setidaknya itu sudah membuat ia bahagia.
"Rin, kantin yuk" ajak Zidan sambil menaik turunkan kedua alisnya
"Gak ah lu bau" ejek Aurin
"Oh gitu yah" kata Zidan lalu tak menghiraukan teriak Aurin yang memanggil namanya. Aurin mengejar Zidan sampai di kantin namun ternyata cowok juga bapernya gak ketulungan
"Dan, maafin gue" bujuk Aurin sambil menarik-narik lengam baju Zidan
"Gue bau. Sana lo" kata Zidan tajam
"Ih gue kan cuma bercanda" kata Aurin
"Baper amat" umpat Aurin yang di dengar oleh Zidan
"Apa gue gak salah denger? Jadi lo yang pergi karena gue, itu di sebut apa? Koper?" Kesal Zidan karena gadis di hadapannya ini selalu membuat dirinya marah namun gadis itu sendiri yang membuatnya kembali tenang
"Ah koper sama baper ada bedanya, koper kan ngangkut barang kalau baper yah elo! HAHAHAHA" kata Aurin sambil tertawa, cowok itu langsung menepuk dahinya karena tingkah Aurin
"Sini lo" panggil Zidan
"Apaan?" Kata Aurin lalu mendekati Zidan
Dan.......
"Tunggu aja lo yah belum liat aja gue berubah jadi.." teriak Aurin menggantungkan perkataanya karena sedang berfikir mau berubah menjadi apa karena tadi Zidan memanggilnya mendekat karena ingin menginjak kaki Aurin
"Makanya gue lari sebelum lo berubah jadi onyet! hahahahahah" kata Zidan berlari menjauhi Aurin sambil tertawa terpingkal-pingkal
☆☆☆
Zidan kembali ke kelasnya masih dalam keadaan tertawa membuat Khaesa dan Adam bingung melihat temannya sudah lunglai karena tertawa
"Lo kenapa?" Tanya Adam
HAHAHAHA! Respon dari Zidan hanyalah tawa yang kian membesar, beginilah ia merasa bahagia ketika gadis itu bersamanya
"Biarin aja dam, siapa lagi yang bisa buat dia tertawa seperti itu kalau bukan Aurin" kata Khaesa, ia sudah mulai banyak berubah semenjak mengenal Lauren namun ia dan Zidan sependapat bahwa hanya ingin seperti ini, tidak seperti kawannya yang satu itu. Adam sendiri selalu berusaha mendapatkan Lena namun gadis itu selalu saja menyiapkan buku tebal di tangannya jika melihat Adam, namun begitulah Adam yang tidak akan kalah hanya karena buku tebal Lena
"Awh!" Jerit Zidan saat merasakan nyeri di kakinya secara mendadak dari belakang juga bagian punggung yang sangat perih
"Masih mau?" Kata Aurin sambil berkacak pinggang
"Siapa suruh lo nginjek kaki temen gue?" Kata Lena memegang buku tebal yang baru saja ia pukulkan di punggung Zidan
Sedangkan Angel dan Lauren menertawakan Zidan namun Adam dan Khaesa ingin membantu Zidan tapi terhalang setelah melihat buku tebal Lena
"Biarpun itu gorilla sungguhan, pukulan lo berdua lebih parah" kata Zidan sambil memijit kakinya dan punggungnya
"Sungguh percintaan yang ajaib" kata Adam menggelengkan kepalanya, karena biasanya cewek akan bersikap elegant di depan cowok yang ia suka namun Aurin berbeda, ia malah meminta bantuan untuk menabok Zidan
KAMU SEDANG MEMBACA
AURINA
Teen FictionJatuh cinta adalah sesuatu yang misterius. Tentang kapan, dimana, dan dengan siapa kita akan jatuh cinta adalah rahasia semesta.