"Oricika! Oricika! Hei! Kau dengar aku?"
Ruri berseru memanggil nama robot navigator kapalnya itu melalui gelang komunikator di tangannya. Namun selama beberapa menit tidak ada jawaban sama sekali, sama seperti beberapa panggilan sebelumnya. Menyadari Oricika mungkin sengaja mengabaikan panggilan darinya, Ruri pun terpaksa mengambil cara lain, dan dia tahu itu bakal membuat Oricika jengkel.
"Ruri An-Nisa, kapten kapal Little Star, memerintahkan Navigator dan Pilot, AI-Oricika seri A6301 untuk melaporkan status terkini dan kondisi kapal dengan segera! Kode LS-RAN01!"
Hanya selang beberapa detik dari seruan itu, sebuah panggilan dari Oricika pun muncul di gelang komunikator milik Ruri.
"Kode terverifikasi. AI-Oricika seri A6301 melapor pada kapten Ruri. Semua sistem Little Star dalam kondisi baik. Mesin dan komponen pendukung lain juga dalam kondisi baik. Siap untuk perintah berikutnya," ujar Oricika dengan nada datar. Selama beberapa detik dia pun diam, kemudian kembali bicara dengan nada jengkel. "Kapten! Jangan membangunkanku dengan protokol lapor resmi dong! Rasanya aneh sekali, tahu!"
"Salah sendiri kau enggak menjawab panggilanku dari tadi!" balas Ruri. "Ngapain aja kau?"
Ruri menghela nafas panjang, kemudian kembali bicara.
"Aku baru selesai memeriksa seluruh sistem Pendukung Kehidupan dan navigasi kapal dan ... yah ... lalu tidur sebentar," jawab Oricika dengan santainya. "Emangnya ada apa sih?"
"Kita punya masalah. Siapkan kapal untuk berangkat, sekarang!" seru Ruri lagi.
"Hah? Masalah apa memangnya?" tanya Oricika kebingunan. "Kapten, ini masih ada suruhan Ar-gho-Nakh yang lagi masukin amunisi pesananmu. Mau kusuruh pergi?"
"Iya! Suruh mereka turun dari kapalku! Biar nanti aku yang jelaskan!" balas Ruri. "Cepat! Dan jangan banyak tanya!"
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Oricika pun memutuskan hubungan komunikasi, sementara itu Ruri langsung menoleh ke arah William yang sedari tadi berjalan cepat di sampingnya. Ekspresi wajah William jelas menyiratkan kalau dia tidak meyukai aksi Ruri di bar tadi.
"Oh! Aku tahu kau mau bilang apa, jadi diam saja deh!" ujar Ruri sebelum pria Kilika itu sempat mengatakan apa pun. "Aku tahu seharusnya aku tidak mengamuk tadi. Tapi si hijau busuk itu sudah kelewatan!"
William langsung mendengus kesal.
"Kalian berdua sama saja," ujarnya dengan nada jengkel. "Tapi dari mana dia tahu soal kerjaan kita? Dia bahkan tahu ke mana tujuan kita!"
Ruri mengangkat bahunya.
"Mana kutahu?!" sahut gadis itu sewot. "Ini makin tidak beres saja!"
"Jadi akhirnya kamu mau mengakui kalau kerjaan yang kita terima ini memang tidak beres?" celetuk William.
Ruri ingin membantah, tapi kalau sudah begini dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Gadis itu diam cukup lama selagi dirinya dan William menaiki lift umum yang membawa mereka kedua menuju hangar tempat kapal Little Star berada. Dia baru bicara lagi begitu pintu lift terbuka dan keduanya kembali berjalan menyusuri deretan ruang-ruang tunggu hanggar kapal luar angkasa.
"Oke. Aku akui ini memang tidak beres dan pastinya masalah ini bakal jadi rumit buat kita," ujar Ruri setelah diam cukup lama. "Tapi apa kau tidak jadi penasaran? Kenapa Wyrfalua sampai tahu dan sepertinya berminat sekali dengan kerjaan kita? Apa dia mengincar isi kargo-kargo yang kita bawa?"
"Bisa jadi," sahut Willuam lagi. "Tapi aku ragu kalau hanya itu alasannya. Soalnya dia sampai niat membayar mahal agar kau mau melepaskan pekerjaan kali ini. Pasi ada apa-apanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir Bintang
Fiksi IlmiahRuri An-Nisa, kapten kapal kargo Little Star menerima sebuah pekerjaan misterius, dari klien yang juga tidak kalah misterius, untuk mengirimkan beberapa kotak kargo ke Gugus Awan Magellan Besar yang berjarak 600 ribu tahun cahaya dari Bumi. Kondisi...