Atmomichani~14

51 6 6
                                    

Kamu menyebut itu sebagai masa lalu tapi kamu memperlakukannya seperti calon masa depan

***

Malam semakin larut Arly membuka ponsel miliknya. Jam sudah menunjukkan pukul 10:15 WIB. Seperti saat ini Arly tengah berjalan seorang diri di jalanan kota. Kemacetan lalu lintas telah berangsur-angsur sunyi seiring berjalannya waktu malam. Sekali lagi Arly men-cek ponselnya apakah ada seseorang yang mencarinya atau sekedar menanyakan keadaannya. Namun hasilnya tetap sama seperti setengah jam yang lalu. Tetap Nihil.

Arly sendiri bukan sosok kuat seperti Dissa ataupun tetap terlihat tenang seperti Olla, Arly sendiri bahkan tidak mampu membendung air matanya yang telah membasahi pipinya. Entah kenapa sepeninggal hilangnya Syakieb sejak tadi Arly merasa kecewa. Syakieb lebih memilih dan mementingkan seseorang yang menelponnya padahal ada sosok lain dihadapannya. Perempuan mana yang sabar saat diacuhkan demi perempuan lainnya?. Arly yakin yang menelpon Syakieb tadi adalah perempuan. Semakin diingat semakin membuat isakan Arly terdengar jelas.

"Arly?" Panggil seseorang.

Arly menyipitkan matanya. Dia tidak salah lihat kan?  Itu Dr.Rendy. Sedang apa dia tengah malam begini.

"Dokter.. "

"Kamu kenapa malam-malam begini disini? Terus mata kamu kok bisa sembab seperti itu? Dan satu lagi jangan panggil aku Dokter panggil saja Rendy" Ucapan Arly terpotong karena pertanyaan Dr.Rendy.

"Aku mencari udara segar kak. Terlalu sempit jika terus-terusan berada dirumah dengan tugas kuliah." Kali ini biarlah Arly berbohong demi kebaikan dia.

Sekuat apapun Arly berbohong Rendy jelas-jelas mengetahuinya bukannya dari profesinya ini ia dibekali ilmu psikolog. "Aku tau kamu pasti kecewa karena ditinggal Syakieb begitu saja. Sudah kuduga laki-laki itu hanya menjadikan mu sebagai pelarian." ucap Rendy dalam hati.

"Aku tau kamu bohong. Kalau kamu butuh seseorang yang mau mendengarkan keluh kesah mu datanglah padaku. Laki-laki yang kamu tangisi itu hanya membuang waktu mu saja." ujar Rendy.

"Siapa yang menangis?" Tanya Arly balik.

"Kamu berbohong demi laki-laki yang uda berani bohongi kamu juga?  Hebat kamu Arly bisa menutupi kebohongannya dengan kebohongan mu." Tukas Rendy.

Ucapan Rendy mampu menohok hati Arly. Ucapan ini juga mampu membuat air mata Arly keluar dari perindungannya. Tangis Arly pecah. Arly menghamburkan dirinya kepelukan Rendy.

"Kalau nangis bisa buat kamu tenang lakuin aja." Rendy mengelus punggung Arly berusaha untuk menenangkan perempuan dipelukannya ini.

"Maafin aku kak.."

Rendy mengeratkan pelukannya ketubuh Arly. Tidak ada penolakan yang diberikan oleh Arly sendiri. Bahkan tangisan Arly sudah mulai hilang. Rendy tersenyum puas kali ini ia selangkah lebih maju dari Syakieb. Bodoh sekali Syakieb meninggalkan perempuan seperti Arly. Rendy berjanji pada dirinya sendiri akan mendapatkan hati Arly.

Arly melepaskan pelukannya. Ditatapnya sosok yang berada dihadapannya ini. Laki-laki yang dijodohkan tepat seminggu yang lalu. Laki-laki yang diinginkan oleh Ibunya. Dilihatnya Rendy mendekatkan tubuhnya kembali. Rendy mencium keningnya dengan lembut. Haruskah Arly menerima perjodohan ini dan melupakan Syakieb?

"Terimakasih kak" ucap Arly.

"Sekarang kamu harus pulang ini uda larut malam. Mas Syahdan juga uda aku hubungi kalau kamu lagi sama aku." Rendy mengajak Arly memasuki mobilnya yang terparkir tidak jauh dari lapak pedagang kaki lima. Mobil Rendy melesat jauh membelah kesunyian jalan.

***

"Makasih uda nganterin aku kak." Arly tersenyum manis kearah Rendy.

Saat membalikkan badan Arly terkejut dengan kehadiran Syakieb di teras rumahnya. Untuk apa ia kembali. Mas Syahdan yang berdiri tidak jauh dari Syakieb hanya menatap datar seolah mengerti permasalahan yang sedang terjadi.

Arly hendak masuk kedalam rumah meninggalkan 3 laki-laki yang berada didepan rumahnya. Namun tangannya ditarik oleh Syakieb.

"Kamu kok bisa pulang bareng dia?" tanya Syakieb.

Arly melepas cekalan tangan milik Syakieb. "Bukan urusan kakak!"

Arly melewati sosok Syakieb begitu saja. Hatinya terasa sakit saat melihat Syakieb.

"Makasih ya Ren uda nganterin Arly." ucap Mas Syahdan.

Rendy yang diajak bicara hanya mengangguk tersenyum. Kali ini Mas Syahdan juga berada dipihaknya. Sudah dua langkah dia menang dari Syakieb untuk malam ini.

"Dan kamu Syakieb sebaiknya pulang!" Yang benar saja Mas Syahdan mengusir Syakieb.

Rendy lalu meninggalkan halaman rumah Arly. Syakieb masih berdiri didepan rumah Arly. Mas Syahdan sudah meninggalkannya dan masuk kedalam rumah. Beginikah rasanya ditinggalkan oleh orang terdekat? Tanya Syakieb dalam hati.

***

Hahaha mana nih pendukung Arly-Rendy?  Bahagia nih ye ngeliat mereka barengan.

Buat pendukung Arly-Sakieb mana nih? Kecewa ya?  Hahaha salah sendiri sih syakiebnya milih perempuan yang menelponnya.

Hidup Rendy 😁😁. Ciee dua langkah lebih maju daripada Syakieb. Yang sabar ya Syakieb sayang masih ada dedek disini.

Jangan lupa vomen guys.
Kiaax26







AtmomichaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang